Minggu, 15 Maret 2009

Wirausaha dan harapan para (calon) konsumen

By Hilman Muchsin

Saat ini Wirausaha adalah sebuah fenomena dahsyat yang sedang dan akan selamanya menjadi perhatian utama masyarakat. Karena sudah terbukti bahwa ketahanan sektor wirausaha yang kebanyakan merupakan usaha mikro, kecil, dan menengah pada situasi ekonomi yang paling sulit sekalipun telah menjadikan sektor usaha ini menjadi sektor yang tahan uji. Di era kompetisi yang begini hebat ini seorang entrepreneur dituntut untuk terus mau bergerak dan berubah sesuai dengan perkembangan yang ada.
Wirausaha merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan menangkap peluang bisnis, mengumpulkan sumberdaya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dan mengambil tindakan yang tepat dalam memastikan keberhasilan. Biasanya menyangkut inisiatif usaha dan mempertimbangkan risiko.
Ketika anda membuat keputusan dan memiliki keyakinan diri untuk melakukan bisnis dalam bentuk wirausaha berarti anda mampu menjawab “ akankah bisnis dari wirausaha ini bertahan ?
Aktivitas bisnis akan terus hidup dan terus berkembang dengan model investasi yang dilakukan. Kompleksitas bisnis terus berkembang sejalan dalam meningkatnya kekuatan ekonomi yang mempengaruhi sikap stakeholders, serta meniti kebahagian melalui bisnis merupakan suatu cara membuka jalan kesuksesan.
untuk menjadi entrepreneur yang sukses meniti kebahagian, bergantung dari kejelasan dari keputusan strategic yang dituang kedalam visi, misi, tujuan, budaya, strategi sebagai gambaran jiwa bisnis masa depan.
Menuju keberhasilan adalah suatu wujud kerjasama membuat impian menjadi kenyataan sangat bergantung kemampuan kepemimpinan entrepreneur yang mampu menumbuh kembangkan jiwa bisnis atau mental bisnis dari para individu dalam menciptakan organisasi kewirausahaan.

Persoalan mental ini yang kemudian menjadi beberapa tantangan besar bagi keberlanjutan usaha. Oleh karena itu, menanamkan jiwa bisnis adalah kunci keberhasilan karena ia merupakan manifestasi dari kompleksitas yang dicapai oleh system saraf manusia. Jadi mengelola output sebagai suatu system yang memiliki jiwa yang dapat memberikan energi kedalam sub-sistem sehingga melahirkan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) atasnya.
Dengan demikian, bila tertanamkan jiwa bisnis berarti kepemimpinan entrepreneur telah memfokuskan dalam kerja dan sedemikian efektif mengedepankan keputusan strategik dapat diwujudkan dari kerjasama yang dapat menyentuh jiwa dan kebutuhan dalam usaha bersama mencapai kebahagian.

Ada seorang motivator yakni Reza M. Syarief, menuturkan tentang kesuksesan tokoh-tokoh dunia seperti Henry Ford dan Bill Gates. Mereka memperoleh kesuksesan dari sebuah bisnis. Fakta lain yang mendorong seseorang untuk memulai bisnis ialah 95% dari karyawan saat berusia 65 tahun tinggal di pinggiran kota dalam keadaan bangkrut bahkan masih berjuang untuk hidup (sumber: Robert T. Kiyosaki).

“ 3 Minutes Begin Your Business with Grandmaster Reza Syarief “

1. What is Business?
O2 - B2  O1 - B1

Ket:
O1: Obstacle, B1: Barriers, O2: Opportunity, B2: Benefit

Yakinkan Tuhan, kalau memang kita mampu untuk mengelola uang, dengan cara meningkatkan kompetensi.

2. Entrepreneur is...
Eyes like an eagle. Melihat ada potensi pasar langsung diambil.
Nose like a dog. Punya sensitifitas terhadap peluang.
Ears like a deer. Dengar ada peluang langsung diwujudkan.

3. Big Business Comes From Big Thinking

Mulailah berpikir besar, tapi jangan malu untuk mulai dari hal kecil.
Beliau sendiri memulai usahanya dari garasi di rumah mertuanya.

Dalam 3 menit :

Minute # 1 Break
Negative mind set
Virus 1 : MINDER
Virus 2 : MENUNDA-NUNDA
Virus 3 : MALAS
Virus 4 : MERASA GAGAL

Minute # 2 Improve Creativity
Bisnis bermodal uang TAPI tidak harus dari kantong kita, yang penting punya ide.

Ciri orang kreatif :

1. Rakus akan informasi
2. Tidak tertarik pekerjaan monoton
3. Punya ide “gila”.

Minute # 3 Grow up Relationship
Kembangkan pergaulan Anda. Orang tidak peduli seberapa banyak pengetahuan Anda, sampai mereka tahu seberapa kepedulian Anda. Yang penting care.

Selanjutnya, beliau mengajak untuk mengucapkan IKRAR HARIAN:

1. Jika Bukan Saya, siapa lagi ?
2. Jika Tidak Sekarang, kapan lagi ?
3. Jika Bukan yang Ini, yang mana lagi ?

Pertanyaannya yang muncul dalam benak saya adalah mengapa orang musti memilih kita dan tidak yang lain ? Atau sebelum itu, bagaimana konsumen bisa menemukan kita di tengah puluhan bahkan ratusan orang yang menyediakan jasa yang sama ?

Beruntung dan bersyukur sekali kalau jawabannya adalah Karena kita adalah yang terbaik di bidang tertentu, dan semua orang tahu itu. Tetapi satu lagi pertanyaan besarnya, Berapa dari antara kita para entrepreneur yang berani memberi jawaban seperti itu ?

Anggaplah kita yang terbaik, namun benarkah semua orang mengetahuinya ? Atau sebaliknya, katakanlah semua orang tahu bahwa kita adalah seorang entrepreneur handal dengan spesifikasi bidang tertentu. Tapi apakah mereka yakin bahwa kita yang terbaik ?

Dengan kesadaran kompetisi itulah kita sadar bahwa kita bukan satu-satunya profesional di bidang tertentu. Sebutlah kita merasa menjadi jawara dalam bidang tertentu, bukan berarti bahwa kita adalah satu-satunya penyedia layanan produk tertentu tersebut.

Sebab entry barrier untuk memasuki sektor bisnis independen tersebut tentulah sangat kompleks jika ingin menjadi yang terbaik dan dikenal. Untuk itulah maka apa pun bisnis yang kita geluti, salah satu hal yang amat penting adalah senantiasa mengkomunikasikan bisnis kita.

Kita sebagai salah satu produsen sebuah produk barang atau layanan jasa musti mampu membangun alasan yang sedemikian kuat sehingga konsumen akan memilih produk kita. Kita harus bisa membangun persepsi pasar bahwa kita adalah profesional terbaik yang bisa diperoleh oleh calon pelanggan.

Lantas bagaimanakah cara membangun persepsi pasar itu? Tentu saja dengan terus mengkomunikasikan posisi kelebihan dan kekuatan diri kita dengan baik. Prinsip utamanya yang perlu selalu diingat adalah bahwa isi komunikasi kita kepada (calon) konsumen itu berarti janji kita kepada mereka. Sementara persepsi yang kita bangun itu adalah harapan para (calon) konsumen. Kalau di benak klien sudah muncul harapan berarti komunikasi yang kita utarakan sampai.

Yang terpenting disini adalah isi dari komunikasi yang diutarakan itu haruslah sisi positif dan ideal yang pasti bisa kita penuhi. Tentu saja, ini adalah bagian profesionalisme dari sistem kerja kita.

Hal lain yang barangkali perlu diketahui adalah bahwa persepsi (branding) yang kita bangun itu tidaklah bersifat statis, namun sesuatu yang dinamis. Ia musti disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang menggejala pada saat kekuatan kita itu dikomunikasikan.
Kemampuan kita mendeliver janji dan harapan orang lain harus diwujudkan dalam bahasa yang operasional, bahasa yang nyata.

Tidak ada komentar: