Jumat, 13 Maret 2009

Kebutuhan akan perubahan dan memimpin perubahan.

“CHANGE”, demikian kata yang menjadi sedemikian populernya dan tidak asing lagi bagi kehidupan masyarakat di Amerika Serikat. Selama setahun ini, Barack Obama telah membuat kata tersebut menjadi kata yang menghipnotis negara berpenduduk 500 juta orang itu. Demi adanya perbaikan di tengah ekonomi yang sementara morat-marit akibat krisis finasial global, kata itu menjadi sangat berharga. Untuk mendapatkan penjelasan yang utuh akan kebutuhan perubahan dan bagaimana memimpin perubahan, bersama ini saya postingkan tulisannya Abdul Talib Rachman, yang berjudul Kebutuhan Akan Perubahan dan Memimpin Perubahan.
Semoga bermanfaat................
Salam, Hilman Muchsin



By Abdul Talib Rachman

Kepemimpinan CEO berperan untuk mengamati gelombang perubahan sehingga ia harus mampu mendorong setiap pemimpin pada semua tingkat untuk cepat belajar dan beradaptasi dari gelombang perubahan agar semua pihak yang terlibat dalam melaksanakan perubahan dalam bersikap proaktif dan berperilaku antisifatip.
Untuk menyiasiati dampak gelombang perubahan atas seluruh aspek kehidupan dunia tanapa batas yang sangat dipengaruhi 5 C menurut Kenichi Ohmae yang mencakup Customer (pelanggan), Competitor (pesaing), Company (perusahaan), Country (negara), Currency (mata uang) ,maka usaha untuk menyingkapi kebutuhan kompetensi yang sejalan dengan predeksi antisipati atas hasil analisa strategis.

Analisis SWOT merupakan alat untuk menggerakkan alat pikiran kesadaran, kecerdasan dan hati kedalam penelitian strategis yang mencakup 1) kemampuan memahami apa yang mempengaruhi persepsi peneliti, 2) memanfaatkan kemampuan berpikir dalam mencari jawaban lebih dari satu, 3) memvokuskan dan membuat pilihan, 4) membuat pemetaan pikiran, 5) kemampuan untuk menggambarkan masa depan.
Dengan melaksanakan analisa strategis melalalui analisis SWOT dapat dirumuskan hal-hal yang terkait dengan posisi dan arah dimasa depan dengan menetapkan keputusan-keputusan strategik (visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan) dalam melaksa-nakan program-program antisipasi berdasarkan identifikasi kesempatan dan kemampuan menghindari masalah.

Jadi SWOT akan kita pergunakan untuk memanfaatkan pikiran dalam melaksanakan pembaharuan dalam mewujudkan struktur pipih horizontal, lintas fungsional berlandaskan kerja sama tim kedalam perubahan oraganisasi yang fleksibel dan mudah dikontrol.
Pola pikir berubah sesuai dengan perubahan zaman dari reaktif menjadi antisifatip, maka CEO mencoba memperici kejadian-kejadian yang memungkinkan untuk menggerakkan pikiran agar terpacu untuk bercara pandang karena adanya faktor-faktor sbb.:

1). PELANGGAN SEBAGAI PEMACU, tergantung penampilan perusahaan perlu mengembangkan mekanisme untuk melacak keinginan pelanggan dan memonitor keluhannya. Pelanggan harus dibawa kedalam proses sebagai bagian dari suatu gabungan dari sistem, semua kegiatan bisnis mempunyai pelanggan karena kebutuhan pelanggan berkembang.

2). PERSAINGAN SEBAGAI PEMACU, persaingan mengarahkan perusahaan untuk meninjau kembali proses mereka dan menentukan apakah mereka bisa menjadi kompetitip atau bahkan membuat suatu loncatan persaingan dengan menitik beratkan pada proses. Persaingan tidak terlepas dari pelayanan terhadap penglanggan, maka perusahaan perlu mendifinisikan prosesnya yang menghubungkan dengan pelanggan dan kemudian membangun kembali mereka.

3). BIAYA SEBAGAI PEMACU, memerangi pemborosan maka sudah tidak semestinya lagi untuk mencari pemotongan biaya dari penugasan individu dan tingkat aktivitasnya dalam mencapai penghematan biaya yang berarti, melainkan harus didifinisikan cara pandang keseluruhan proses atau aliran dan kemudian memerangi biaya didalam setiap proses. Itulah satu jawaban atas “bagaimana mungkin perusahaan memotong biaya-biaya yang ada sementara pada saat yang bersamaan tidak hanya harus mempertahankan tetapi juga memperbaiki keaktipan dalam menanggapi sejumlah besar keinginan dari steakholders ?”

4). TENOLOGI SEBAGAI PEMACU,
perubahan teknologi yang diaplikasikan kepada produk atau proses, memaksa perusahaan untuk memulai konsep yang baru lewat kenaikan produktivitas (efesiensi, efektif dan mutu), jadi pangsa pasar yang diraih dan pertumbuhan pasar merupakan kunci dari strategi kompetitip pada industri yang sensitif terhadap teknologi.

5). PEMEGANG SAHAM SEBAGAI PEMACU, mereka menginginkan pemimpin yang berani dan imajinatip yang dapat mendobrak setiap keadaan serta sanggup menghadapi dengan tegar perubahan-perubahan besar yang terjadi, oleh karena itu pemimpin harus pula punya keyakinan yang besar untuk menciptakan laba agar mampu menunjukkan kemampuan atas pengembalian modal.

GELOMBANG PERUBAHAN

Faktor lingkungan yang begitu cepat berubah, mendorong setiap pelaku ekonomi harus menyesuaikannya dengan tuntutan perubahan itu sendiri, seperti halnya dengan terbentuknya kerja sama ekonomi Asia-Pasifik terutama Asia Timur dan Tenggara, diharapkan dapat meningkatkan perdagangan dan investasi di antara negara-negara di kawasan tersebut, ini berarti mendorong liberalisasi perdagangan dan investasi global yang akan berdampak peluang dalam lingkungan yang sangat kompetitip.
Oleh karena itu dalam usaha memaksimumkan peluang, inovasi dan sumber daya dalam lingkungan yang sangat kompetitip akan sangat ditentukan oleh pelaku ekonomi itu sendiri khususnya BUMN, BUMS dan KOPERASI sebagai pihak-pihak yang sangat mengetahui letak keunggul-an, inovasi dan antisipasi mereka.
Landasan yang kuat, mengapa perubahan berencana mutlak harus dilakukan oleh pelaku ekonomi karena adanya paradoksal kemajuan pelaku ekonomi untuk bertahan, tumbuh dan berkembang adalah kemamuan mengorbankan kepentingan sekarang demi kepentingan masa mendatang.

Jadi keberhasilan dan kejayaan pelaku ekonomi masa depan akan sangat ditentukan oleh kepemimpinan yang peka terhadap perubahaan. Oleh karena itu kepemimpinan harus mampu mengungkapkan ketidakpastian dan membuatnya bermanfaat melalui pemahaman bagi semua tingkat kepemimpinan dan pengikutnya atas :
1) bahaya yang dihadapi karena sikap mempertahankan status quo,
2) meyakinkan bagi semua pihak atas manfaat masa depan dengan mengadakan perubahan,
3) perubahan harus di persepsikan atas kebutuhan kepemimpinan puncak.

KEPUTUSAN STRATEGIK


Keputusan-keputusan strategik akan diambil oleh pimpinan puncak berdasarkan suatu analisa strategis yang bertolak dari kesadaran, kecerdasan dan akal untuk mengubah keadaan sesuai dengan perubahan faktor eksternal dan internal.
Untuk menggerakkan perubahan itu, maka kepemimpinan harus memiliki keterampilan yang berkaitan dengan hal-hal mengintreprestasikan hasil analisa SWOT kedalam tingkat-tingkat interpensi dalam melaksanakan arah perubahan dimasa depan yang meliputi 1) arah yang mempengaruhi organisasi dan sistem secara menyeluruh seperti pengembangan visi dan misi, tujuan, sasaran dan strategi ; 2) yang mempengaruhi SBU (strategik bisnis unit) seperti pembentukan bisnis unit, reposisi binis unit; 3) yang mempengaruhi peringkat unit fungsional.


KOMITMEN

Keberhasilan perubahan yang direncanakan ditentukan oleh komiten dari semua tingkatan kepemimpinan yang datang dari lubuk hati mereka sendiri bukan sesuatu yang dipaksakan.
Dengan komitmen diharapkan dapat mengikat dalam sikap dan perilaku atas keputusan-keputusan strategik yang telah ditetapkan untuk dilaksanakan pada tingkat resiko yang paling minimum untuk dihadapi oleh stakeholders.
Jadi kepemimpinan yang peka atas resiko yang dihadapi dimasa depan karena adanya gelombang perubahan dengan tingkat ketidakpastiannya yang besar, menuntut kepemimpinan memiliki seperangkat pengetahuan sebagai komitmen dirinya untuk menghadapi semua persoalan yang ditimbulkan oleh perubahan itu.

Perubahan pula yang memberikan daya dorong kepada dirinya untuk merubah dalam proses berpikir dari reaktif menjadi proaktif atau dari vertical menjadi lateral atau divergen menjadi konvergen. Namun demikian proses berpikir itu tetap diperlukan dan saling memiliki keterkaitan, sehingga proses belajarnya menuntut perhatian bagi yang ingin berubah.
Dengan memiliki kemampuan proses berpikir itu, kepemimpinan dituntut untuk memanfaatkan energinya dalam menggali gelombang ketidakpastian menjadi yang pasti, sehingga mampu mengungkapkan penyerdahaan terhadap seluruh situasi yang dihadapi secara fokus atas masalah kedalam masalah strtegis, pokok dan tambahan.

Akhirnya proses berpikir itu akan berakhir untuk mencari pemecahannya dengan menempatkan kepekaan atas kepentingan stakeholder sebagai pemegang resiko kunci yang harus mendapatkan perhatian dalam analisa strategis. Pelanggan, karyawan, pemasok dan pemilik modal, mereka adalah yang pertama mendapatkan informasi awal atas keinginan untuk melakukan perubahan artinya harus ada kejelasan mengapa kita harus melakukannya dan bagaimana kemampuan kita untuk melaksanakkannya, siapa yang harus melakukannya, kapan harus harus dilakukannya. Itulah komitmen yang harus ditanamkan bagi kepemimpinan yang ingin sukses dalam perubahan.

MEMIMPIN PERUBAHAN

Untuk melaksanakan perubahan yang berencana dan berkelanjutan maka bagi seorang pemimpin haruslah menunjukkan karekteristik umum dalam
kepemimpinannya agar seluruh langkah kedalam apa yang dinginkan, cara
melakukannya, evaluasi dan melaksanakan penyesuaian kembali.
Karekteristik umum yang kita maksudkan akan mencakup hal-hal :
1) adanya komitmen yang jelas dan berkelanjutan, 2) memiliki wawasan dan imajinatip untuk berpikir diluar batas-batas yang telah digariskan, 3) adanya keberanian untuk mendobrak pola pikir yang konpensional, 4) memiliki daya dorong untuk memotivasi diri sendiri dan orang lain, 5) menghargai pemikiran orang lain, 6) bijak dalam bersikap dan berperilaku, 7) peka atas semua kepentingan.

Wujud karekteristik umum diatas dalam mencapai kesuksesan dalam melaksanakan perubahan, maka keterampilan-keterampilan dibawah ini harus dapat dimanfaatkan dalam melaksana-kan perubahan : 1) memiliki visi dan misi yang jelas dan penting, 2) memiliki analisa diagnosis, fokus dan berpikir strategik, 3) memiliki etika bisnis dan hukum, 4) memiliki kemampuan menguasai perubahan, 5) memiliki kemampuan mengemban tanggung jawab dan mengambil pilihan yang tepat dalam keberanian mengambil resiko, 6) memiliki kemampuan dalam proses pengambilan keputusan, 7) memiliki kemampu-an untuk menggunakan kekuasaan yang arif dan bijaksanna, memiliki kemampuan untuk membentuk tim yang bersifat partisifatip.

MENGKOMUNIKASIKAN APA YANG DIINGINKAN DALAM PERUBAHAN


Sebelum kita melangkah untuk melaksanakan pembaharuan, maka pertama-tama kita akan menjawab “apa yang diinginkan dalam pembaharuan” bagaimana oraganisasi dapat menyeberangi kesenjangan dari masyarakat informasi ke masyarakat pengetahuan dalam rangka mempertahankan daur hidup organisasi yang prima.
Posisi yang perima berarti memiliki kemampuan manajerial, teknik, informasi dan organisasi pada setiap area pemasaran, penelitian dan pengembangan, produksi dan operasi, keuangan dan akuntansi, sumber daya manusia, pusat perencanaan, hukum dan hubungan masyarakat.
Usaha untuk mempertahankan daur hidup yang prima diperlukan langkah-langkah kesamaan persepsi dari para pemimpin puncak dalam merencanakan dan melaksanakan perubahan yang diinginkan. Pimpinan puncak dapat membentuk kesamaan persepsi, bila mereka dapat menghindari dilema-dilema yang akan mempengaruhi dalam proses keputusan manajemen strategik, yang secara umum dapat diungkapkan dilema terse-but dapat berbentuk :
1) apakah perubahan strategi sifatnya ra-sional atau adaptif dalam menghadapi perubahan lingkungan dan faktor internal perusahaan ? 2) apakah perubahan yang akan dilaksanakan bersifat multi dimensi ? 3) apakah melaksanakan perbaikan yang berkelanjutan atau transformasi yang bersifat radikal ? 4) apakah melaksanakan melalui pemberian kuasa, kepemimpinan dan atau komando ?

MENGELOLA DAN MEMBANGUN PARTISIPASI

Dengan memahami dilema yang kita utarakan diatas, diharapkan usaha untuk menyatukan persepsi berarti para pelaku pengelola perubahan berkemampuan bahwa dengan kesadaran yang tinggi untuk menyatukan berpikir, menyadari, menghayati, mengerti dan memahami mengenai bagaimana persepsi terbentuk, bagaimana persepsi mengatur cara kita memandang dan bagaimana cara kita bersikap dan berperilaku untuk memberikan jawaban-jawaban pokok atas pertanyaan berupa :
• Bagaimana cepatnya untuk berubah ?
• Apa yang berubah ?
• Bagaimana cara untuk berubah ?

Membangun partisipasi diharapkan pihak-pihak yang terlibat sebagai agen pembaharuan dalam mengelola perubahan tidak saja harus berpikir rasional
tetapi juga kreatif dan intuitif. Oleh karena itu diperlukan suatu pola pikir sebagai landasan dalam mengelola dan membangun partisipasi kedalam satu arah bersikap dan berperilaku dengan menetapkan prinsip-prinsip dasar dalam melakukan perubahan, prinsip-prinsip melakukan transformasi dan prinsip-prinsip perbaikan yang berkelanjutan.
Dengan menetapkan prinsip-prinsip dasar diharapkan pengelola dapat membangun partisipasi agar wujud penolakan oleh pihak-pihak yang tidak menginginkan perubahan dapat dielimir sekecil mungkin apakah penolakan logis karena rasional, psikologis karena emosional dan sosiologis karena kepentingan dan nilai kelompok.

Jadi dengan menetapkan prinsip-prinsip dasar, sebenarnya kita juga mencoba mencari jawaban-jawaban mengenai :
• Bagaimana kita mengembangkan pelaksanaan perubahan yang efektip ?
• Bagaimana kita dapat meyakinkan kepada semua pihak bahwa pelaksanaan perubahan berhasil ?
• Bagaimana kita dapat meyakinkan bahwa aplikasi dan produktivitas dapat berlanjut setelah perubahan.

PRINSIP DALAM PROSES PERUBAHAN

Dibawah ini diungkapkan 7 prinsip dalam proses perubahan sebagai ukuran keefektifan dan kualitas dari aktivitas yang dilakukan dalam melaksanakan proses perubahan :
• Mengorganisir pekerjaan yang berdampak langsung.
• Menyediakan akses langsung kepada pelanggan keluar dan kedalam.
• Memanfaatkan teknologi sesuai dengan kebutuh
• Melaksanakan pengawasan melalui kejelasan atas kebijakan, pelaksanaannya dan umpan balik.
• Memungkinkan pekerjaan yang saling tergantung dan simultan dalam pelaksanaannya.
• Melimpahkan kekuasaan dalam pengambilan keputusan.
• Menempatkan kedalam satu sistem atas pengukuran, penaksiran dan implementasi kedalam jalur umpan-balik.

PRINSIP DALAM PROSES TRANSFORMASI

Dibawah ini diungkapkan 7 prinsip untuk melaksanakan proses transformasi perubahan agar perubahan sikap dan perilaku berjalan tanpa terjadinya dorongan membuat konflik :
• Membentuk sikap dan perilaku dengan asumsi sebagai model budaya yang dapat diterima.
• Menumbuh kembangkan keteladanan agar orang mempercayai apa yang anda lakukan, bukan apa yang diucapkan.
• Mendorong keterlibatan para individu yang berperan utama dalam proses pengambilan keputusan.
• Menghindari suatu pelaksanaan tanpa adanya rancangan yang jelas agar tidak membuat kesalahan yang tidak dipikirkan secara mendalam dan menyeluruh.
• Melaksanakan perubahan sesuai dengan tingkatan masalah, dimulai dengan yang mendasar.
• Langkah melaksanakan transformasi haruslah dijalankan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.
• Perubahan dilakukan secara rasional menurut modul yang ditetapkan dan berjalan secara teratur dan berfungsi mandiri serta kemajuan tidak lineir.
PRINSIP PROSES PERBAIKAN BERKELANJUTAN
Keberhasilan memperbaiki dari satu posisi dan mempertahan posisi daur hidup yang prima, memerlukan 7 prinsip untuk mengembangkan proses perbaikan yang berkelanjutan seperti dibawah ini :
• Usaha peningkatan yang berkelanjutan adalah menjadi tugas dan kewajiban semua orang yang mencakup komunikasi, mengurangi kesalahan, pengurangan biaya, kepuasan pelanggan keluar dan kedalam, produktivitas (efesiensi, efektip, kualitas)
• Perbaikan terus menerus merupakan kebutuhan yang sejalan dengan tindakan proaktif dann antisifatip.
• Pelaku pembaharuan harus memiliki perhatian untuk setiap proses dan setelah pelaksanaan sampai pada tingkat terbawah.
• Setiap langkah dalam pelaksanaan haruslah dalam kerangka kerja yang sistimatis untuk mendapatkan hasil yang berkwalitas.
• Membangun terciptanya informasi terbuka dengan adanya keinginan saling menukar dan membagikan informasi secara terus menerus berlandaskan nilai dan kapabilitas melalui adanya methoda mengantisipasi masalah, data sebagai peluang untuk peningkatan, meneruskan solusi dan ide-ide, adanya semangat dan imbalan yang diberikan.
• Adanya pemahaman untuk tidak memaksakan suatu solusi dan mendengarkan pendapat orang lain dalam usaha mewujudkan kualitas melalui kebersamaan dalam tim, dorongan untuk memfokuskan diatas masalah mereka, menggerakkan semangat dalam menyampaikan ide-ide.
• Peningkatan didasarkan kepedulian individu, bukan organisasi sehingga mereka dapat berkontribusi dalam ide-ide.



Tidak ada komentar: