Minggu, 17 Oktober 2010

2 Jalan Layang Operasi Sebelum Proyek MRT Dibangun


Pembangunan jalan layang Antasari – Blok M dan Kp. Melayu – Tanah Abang (jalan layang Dr. Satrio) ditargetkan rampung awal 2012. Sehingga pembangunan yang menelan dana lebih dari Rp2 triliun tersebut dapat menjadi alternatif arus kendaraan saat dimulainya pembangunan fisik Mass Rapid Transit (MRT) pada tahun tersebut.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI, Ery Basworo, mengungkapkan saat ini pembangunan proyek tersebut masih dalam tahap proses lelang. Dan diharapkan pekan depan telah masuk ke dalam penentuan peserta pelaksana proyek. Kendati demikian, Ery menyatakan pembangunan fisik terhadap proyek ini akan tetap dilangsungkan pada tahun ini. “Pembangunan jalan layang ini bersifat multy years hingga 2012. Dan ditargetkan rampung sebelum pembangunan fisik MRT dimulai,” ujar Ery saat dihubungi Rabu (15/9). Sehingga dengan adanya jalan layang ini, arus lalu lintas saat pembangunan moda angkutan massal tersebut tidak terhambat.

Sedangkan terkait rencana pembangunan, Ery menyatakan sesuai dengan ketetapan pemerintah pusat tentang koefisien gempa, maka pembangunan kedua jalan layang ini ikut disesuaikan.

Tidak hanya itu, Ery mengaku terdapat permintaan dari Gubernur DKI untuk menaikkan ketinggian jalan layang menjadi 10 meter di atas jalan lokal, dari sebelumnya hanya 6-7 meter. Karena kedua jalan layang tersebut akan melewati dua simpang sebidang.

Bahkan ketika harus melewati Fly Over (FO) Sudirman dan underpass Kuningan, jalan layang harus dinaikkan kembali hingga setinggi 18 meter.

Pemprov DKI mengalokasikan dana sekitar Rp 2 triliun untuk pembangunan dua jalan layang di ruas Antasari-Blok M dan Kampung Melayu-Tanahabang, masing-masing sebesar Rp 1,2 triliun untuk ruas Antasari-Blok M dan Rp 800 miliar untuk ruas Kampung Melayu-Tanahabang.

Tahun ini, diharapkan pembangunan tahap pertama sepanjang masing-masing 5,5 kilometer untuk ruas Antasari-Blok M dengan rute Pasar Cipete-Lapangan PTIK Blok M bisa segera dimulai. Selain itu, sepanjang 3,5 kilometer untuk Kampungmelayu-Tanahabang dengan rute Casablanca-Mas Mansyur.

Secara terpisah anggota Komisi D DPRD DKI, Boy Bernadi Sadikin, berharap pembangunan dua jalan layang ini dapat selesai sesuai yang ditargetkan. Mengingat pertumbuhan jalan di Jakarta saat ini hanya 0,01 persen setiap tahunnya. Sehingga terjadi ketimpangan dengan tingginya jumlah kendaraan yang melintas. Akibatnya kemacetan dan kepadatan kendaraanpun tidak dapat tertangani. “Dengan pembangunan dua jalan layang ini dapat menjadi alternatif untuk mengurai kemacetan di lokasi tersebut yang setiap harinya padat,” ujar politisi PDI Perjuangan ini.

http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2010/09/16/2-jalan-layang-operasi-sebelum-proyek-mrt-dibangun

2011 Jakarta Berpotensi Macet Total


Kemacetan sudah pasti kita temukan setiap harinya, terlebih setelah liburan panjang selesai deretan mobil dan motor berjajar untuk saling mendahului agar segera sampai tujuan.

Situasi ini akan semakin parah manakala hujan mendera. Genangan air dan banjir memaksa pengguna jalan memperlambat laju kendaraannya atau bahkan berhenti di tengah jalan.

Kemacetan tak hanya terjadi di pagi atau sore hari disaat para pekerja berangkat dan pulang dari tempatnya beraktivitas. Di siang hari, kemacetan pun terjadi di mana-mana.

Ketua Komisi Organisasi Dewan Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Ririn Sefsani memprediksi lalu lintas Jakarta akan lumpuh pada 2011 apabila tidak ada penanganan khusus dari pemerintah.

Pasalnya setiap hari di Jakarta saja ada penambahan 1.172 kendaraan baru. Jumlah ini belum termasuk kendaraan dari daerah Depok, Bekasi, dan Tangerang, yang setiap hari lalu lalang di Ibukota. Di sisi lain, lebar dan panjang jalan di ibukota relatif stagnan.

Sekadar memberi gambaran, Jakarta memiliki panjang jalan 7.650 km, dengan luas jalan 40,1 km2 (6,2 persen dari luas wilayah DKI Jakarta). Setiap tahunnya, pertumbuhan panjang jalan hanya ±0,01%. Ini tak sebanding dengan pertambahan kendaraan -khusus Jakarta- 1.172 per hari. Pantas, kalau Jakarta kerap dilanda macet.

Dari tahun ke tahun, penyelesaian persoalan kemacetan di Jakarta hanya dilakukan secara tambal sulam. Sehingga permasalahan ini tidak kunjung usai dan cenderung semakin parah.

Pengamat perkotaan Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna, menyatakan kemacetan tidak akan terselesaikan sampai kiamat datang. Pasalnya, belum ada kesadaran dari Pemda DKI untuk mengelola masalah ini secara serius.

“Kalau kata orang-orang, sampai kiamat Jakarta akan macet terus. Saya berpikir untuk mengurangi beban Jakarta agar mengurangi kemacetan misalnya, buatlah daya tarik di luar Jakarta, biar tidak menumpuk di Jakarta semua,” paparnya.

Yayat menjelaskan, setiap orang yang biasanya hanya sampai di tempat tujuan sekira 30 menit, sekarang harus bersabar diri karena macet. Macet sudah menguras waktu dan tenaga yang cukup banyak. Selain itu, ada suatu keadaan yang buruk jika kendaraan pribadi semakin berkembang ketimbang kendaraan umum. Hal ini bisa dikatakan pemerintah belum bisa memberikan solusi.

“Saya melihat ada masalah di situ, karena beban biaya dari bahan bakar hingga biaya tol, serta volume kendaraan pribadi yang semakin tinggi. Kalau dari kendaraan massal yang berkembang itu hal yang bagus, tetapi kalau kendaraan pribadi yang berkembang kita gagal,” tambahnya.(ful)

1.172 Kendaraan Baru Bertambah Tiap Hari di Ibu Kota

Kemacetan di Jakarta memang tak bisa dielakkan. Banyak pendapat terlontar tentang penyebab kemacetan itu. Namun tampaknya ada satu fakta yang memang berpengaruh besar terhadap kemacetan itu.

Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Perhubungan, khusus untuk Jakarta jumlah kendaraan setiap harinya bertambah 1.172 kendaraan dengan estimasi 186 mobil dan 986 motor. Wow!

Jumlah itu belum termasuk kendaraan milik warga di sekitar Jakarta seperti Depok, Tangerang, dan Bekasi yang sehari-hari berkantor di Ibukota. Di mana pertambahan kendaraan warga yang “eksodus” itu mencapai angka 2.249 kendaraan per hari. 288 untuk mobil dan 1.960 motor. Fantastis bukan?

Melihat angka di atas, diperkirakan pada 2014 Jakarta akan macet total karena jumlah kendaraan sama dengan luas jalan.

Bahkan pendapat lebih ekstrem datang dari Ketua Komisi Organisasi Dewan Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Ririn Sefsani. Menurutnya, tak perlu menunggu 2014 sebab pada 2011 Jakarta sudah macet total!.

Sekadar memberi gambaran, Jakarta memiliki panjang jalan 7.650 km, dengan luas jalan 40,1 km2 (6,2 persen dari luas wilayah DKI Jakarta). Setiap tahunnya, pertumbuhan panjang jalan hanya ±0,01%. Ini tak sebanding dengan pertambahan kendaraan -khusus Jakarta- 1.172 per hari. Pantas, kalau Jakarta kerap dilanda macet.

Setelah berbicara soal penyebab macet yang jelas-jelas merugikan baik dari segi waktu maupun biaya, tak lengkap rasanya bila tidak diiringi hitung menghitung kerugian dalam bentuk angka.

Dinas perhubungan menaksir kerugian yang diderita akibat kemacetan. Yakni pemborosan biaya operasional kendaraan mencapai Rp17,2 triliun per tahun dan pemborosan energi (BBM) senilai Rp10 triliun per tahun.(ful)

Sumber :
http://news.okezone.com/read/extend/2010/10/14/343/382499/2011-jakarta-berpotensi-macet-total
http://news.okezone.com/read/extend/2010/10/14/343/382495/1-172-kendaraan-baru-bertambah-tiap-hari-di-ibu-kota

Otoritas Transportasi Jabodetabek akan Dibentuk

Wakil Presiden Boediono memberikan 17 instruksi untuk menangani masalah transportasi dan kemacetan di wilayah DKI Jakarta.

Demikian hasil Rapat Transportasi Massal di Jakarta di Istana Wakil Presiden Jakarta, Kamis (2/9).

Secara khusus, Kepala Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) diinstruksikan memantau berbagai upaya yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah mengatasi kemacetan di Jakarta.

"Wapres secara khusus minta kepada Kepala UKP4 untuk melakukan pemantauan upaya mengatasi kemacetan di Jakarta yang kian parah," kata Juru bicara Wapres Boediono, Yopie Hidayat usai rapat.

Rapat yang dipimpin Wapres Boediono diikuti antara lain Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menhub Freddy Numbery, Mendagri Gamawan Fauzi, Menteri PU Djoko Kirmanto, serta Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.

Dalam rapat diputuskan 17 langkah yang harus segera dilaksanakan dalam upaya menyelesaikan kemacetan di ibukota.

Pertama, memberlakukan Electronic Road Pricing (ERP). Untuk itu, Wapres Boediono meminta Kementerian Perhubungan segera menyelesaikan Peraturan Pemerintah (PP) yang melandasinya."Draft PP akan selesai seminggu setelah Lebaran," ujarnya.

Kedua, jalur busway tetap disterilisasi terutama di empat jalur yang sebelumnya disterilisasi Pemda DKI.

Ketiga, Pemda DKI mengkaji kebijakan perpakiran dan penegakan hukum tegas terutama untuk kendaraan yang parkir di bahu jalan yang dekat dengan jalur busway.

Keempat, Langkah berikutnya adalah, memperbaiki fasilitas jalan.

Kelima
, untuk busway, akan ditambah lagi dua jalur dan akan mulai beroperasi akhir tahun ini dan tahun depan akan tambah dua jalur lagi.

"Yang jelas pada akhir tahun ini harus ada sepuluh koridor yang beroperasi, dan tahun depan ada tambahan dua jalur," terang Yopie.

Keenam, akan ada pembicaraan serius mengenai harga gas khusus untuk transportasi. Oleh sebab itu, pemerintah akan menyinkronkan harga jual gas dan standar pelayanan yang sama dari Pertamina dan perusahaan gas negara.

Ketujuh, pemerintah meminta Pemda DKI restrukturisasi bus-bus kecil yang tidak efisien.

Kedelapan
, mengoptimalkan kereta api di Jabodetabek dengan membangun rel routing dan peningkatan pelayanan, serta menambah gerbong untuk jalur jalur yang padat.

Kesembilan, Untuk mengatasi kemacetan di Jakarta, polisi mendapat tugas menertibkan angkutan liar yang mangkal di titik-titik kemacetan.

Kesepuluh, mempercepat pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) yang tahun depan sudah mulai konstruksi untuk jalur Lebak Bulus-Hotel Indonesia.

Empat langkah berikutnya adalah, pembentukan otoritas transportasi Jabodetabek, revisi rencana induk transportasi terpadu, melanjutkan proyek double-double track jalur kereta api terutama ke arah Cikarang, serta mempercepat proyek lingkar dalam Kereta Api yang akan diintegrasikan dengan sistem angkutan massal di Jakarta.

Tiga langkah terakhir yakni, menyediakan jalan tol tambahan berupa enam ruas jalan tol, untuk jangka menengah panjang pemeritah pusat akan menyusun kebijakan membatasi penggunaan kendaraan bermotor dan untuk mendukung penggunaan kereta api, maka akan disiapkan lahan park and ride.

Menurut Yopie, masalah kemacetan Jakarta telah memberikan kerugian material dan psikologis sebesar Rp12,8 triliun per tahun. Kerugian tersebut termasuk kerugian operasional, stres para pengguna jalan, dan kerugian waktu. (Tup/OL-9)

http://www.mediaindonesia.com/read/2010/09/09/166348/35/5/Otoritas-Transportasi-Jabodetabek-akan-Dibentuk

Inilah Jurus Atasi Macet Jakarta


Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) menganalisa kerugian akibat kemacetan mencapai Rp12,8 trilun per tahun.

Kerugian itu antara lain disebabkan biaya operasional kendaraan dan stres yang dialami masyarkat yang setiap hari terjebak kemacetan.

UKP4 juga memperkirakan, jika tidak ada penanganan serius, Jakarta akan macet total pada tahun 2012 atau dua tahun lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Bahkan, Ketua Komisi Organisasi Dewan Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Ririn Sefsani, memperkirakan, pada 2011 kota Jakarta akan macet total.

Untuk mengatasi problem macet di Jakarta, banyak strategi dilemparkan. Tak terkecuali wacana memindahkan ibu kota negara dan pemerintahan ke deaerah lain karena saking akutnya kemacetan ini.

Lalu apa sajakah jurus-jurus untuk mengatasi macet Jakarta, ini rinciannya:
1. Percepatan pemberlakuan electronic road pricing (ERP)
2. Sterilisasi jalur Busway
3. Pemprov DKI Jakarta mereview perda parkir
4. Biaya perbaikan jalan yang bersifat multy-years contract
5. Menambah 2 jalur Busway menjadi 10 jalur tahun ini dan 2 jalur tambahan tahun depan.
6. Sinkronisasi harga gas untuk transportasi dan pembenahan stasiun pengisian.
7. Revitalisasi restrukturusasi bus kecil yang banyak namun tidak efisien. Pemerintah mengupayakan mereka beralih menjadi bus besar yang kapasitas angkutnya lebih banyak.
8. Kereta Api dioptimalkan ada re-routing dan peningkatan pelayanan dan tambahan gerbong di rute yang padat sehigga bisa mengangkut 3 juta orang per hari.
9. Polisi menertibkan angkutan liar.
10. MRT Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia dimulai konstruksinya tahun 2011, melanjutkan pembangunan monorail dan percepatan pembangunan jalur kereta api Manggarai-Cengkareng.
11. Membentuk otoritas transportasi Jabodetabek
12. Merevisi rencana induk transportasi terpadu di Jabodetabek
13. Proyek double track ke Cikarang akan ditambah.
14. Mempercepat pembangunan proyek pembangunan jalur kereta lingkar dalam yang akan diintegrasikan dengan sistem transportasi Jakarta.
15. Membangun 6 jalan tol layang tambahan.
16. Pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan mengatasi penambahan jumlah kendaraan dengan mengatur penggunaan kendaraan.
17. Menyediakan lahan park and ride di dekat stasiun kereta api untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan masyarakat beralih ke kereta api.

Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi akan menyurati Gubernur Banten, Gubernur Jawa Barat dan Gubernur DKI Jakarta mengenai hal tersebut.


Subway Solusi Macet Biaya Tinggi

Subway atau kereta bawah tanah adalah alternatif untuk mengatasi kemacetan di Jakarta yang diwacanakan Pemda DKI. Pengerjaan untuk pembuatan kendaraan umum yang dirancang mengangkut banyak penumpang, hingga kini masih belum juga dilaksanakan.

”Untuk sistem Subway dengan jalur Lebak Bulus sedang ada pembebasan lahan, desain pun sudah dikerjakan konsultan dari Kementerian Perhubungan. Mungkin 2012 pelaksanaannya dan 2016 mulai pengoperasiannya,” ungkap petugas Dinas Perhubungan yang enggan disebutkan namanya kepada okezone, di Kantor Dinas Perhubungan DKI, beberapa waktu lalu.

Petugas Dishub tersebut mengakui permasalahan dana pembuatan subway pun tidak dibiayai oleh pemerintah, melainkan bantuan dana dari Jepang. ”Dana dari Jepang tidak dari pemerintah pusat,” tandasnya.

Sementara itu, untuk pembangunan jalan layang yang diusulkan oleh Pemda DKI tersebut pun ditegaskan sudah ada sedikit realisasinya. “Dinas PU sudah ada lelang jalan dari Jalan Antasari hingga Blok M dan jalan Tanah Abang hingga Kampung Melayu untuk dibuat jalan layang tersebut,” tambahnya.

Walaupun hal tersebut mempunyai waktu yang dibilang cukup lama karena harus lewati sistem bertahap, tapi dipastikan berjalan dengan prosedur jika benar-benar direalisasikan.
(ful)

http://news.okezone.com/read/extend/2010/10/14/343/382487/inilah-jurus-atasi-macet-jakarta

Sarana Angkutan Umum Tak Manusiawi


Kengganan warga Jakarta dan sekitarnya menggunakan angkutan umum salah satunya karena ketidaknyamanan moda transportasi massal tersebut.

Selain itu, keamanan harta dan jiwa juga dipertaruhkan ketika naik angkutan umum seperti kereta rel listrik (KRL), bus Transjakarta, Metromini, Kopaja, bus PPD, serta angkutan publik lainnya.

Tilik saja situasi di atas KRL pada pagi dan sore hari. Hanya orang-orang nekat dan tidak punya pilihan lain saja yang bersedia berdesak-desakan di dalam kereta. “Angkutan umum kita memang tidak manusiawi,” ujar anggota DPR Hanif Dhakiri kepada okezone beberapa waktu lalu.

Ada beberapa solusi kemacetan akibat enggannya publik menggunakan angkutan umum yang hingga kini diwacanakan oleh Pemda DKI Jakarta. Di antaranya dngan membuat subway, monorail, dan waterway. Tetapi hal tersebut tidaklah dianggap perlu, jika pemberdayaan fasilitas yang ada bisa dimaksimalkan.

PT Kereta Api Indonesia menawarkan sebuah solusi yang bisa dibilang cemerlang dengan memanfaatkan fasilitas yang ada sekarang ini. Yakni mensinergikan antara kereta api dengan bus Transjakarta.

“Saya punya suatu solusi untuk mengurangi tingkat kemacetan, di mana adanya sinergi antara busway dengan kereta api,” ujar Makmur Syaheran, Coorporate Secretary PT KAI ketika dihubungi okezone, beberapa waktu lalu.

Pengaplikasiannya, sambung dia, bus Transjakarta akan diperankan sebagai shuttle bus untuk KRL. Misalnya, hingga kini belum ada jalur busway dari Lebak Bulus ke Kampung Rambutan. Sedangkan kereta api sudah ada jurusan Lenteng Agung yang ke sekitar Kampung Rambutan.

“Jadi di setiap stasiun kereta api ditambahkan halte busway untuk mempermudah sampai ke Kampung Rambutan. Itu sistem yang akan kami coba tawarkan kepada Pemda DKI,“ jelasnya.

Makmur juga berjanji pihaknya akan menambah fasilitas untuk menarik minat para penumpang agar menggunakan moda transportasi KRL. “Di antaranya akan merenovasi 17 stasiun kereta api di Citayam, UI, Pondok Cina,” tambahnya.

Selain itu, tingkat keamanan di setiap gerbong juga akan ditingkatkan dengan cara menempatkan personel keamanan di setiap gerbong KRL. “Biasanya hanya ada satu pengaman, sekarang ditingkatkan jadi dua,” ujarnya.

Dalam kaitan ini, PT KAI juga berjanji akan segera menyediakan fasilitas untuk mempermudah pembelian tiket kereta api. Pembelian tiket nantinya akan menggunakan layanan internet, yakni system e-ticketing untuk semua jalur Jabodetabek.

“Tapi kami baru akan terapkan di express dulu. Layanan ini memudahkan masyarakat agar tidak mengantri lagi di loket pembelian,” ungkapnya.

Sementara itu, terkait dengan penambahan gerbong dan penutupan kereta api non AC dengan biaya tarif kereta api yang akan naik, Makmur menerangkan pihaknya hanya ingin memberikan kenyamanan kepada penumpang.(ful)

http://news.okezone.com/read/extend/2010/10/14/343/382490/sarana-angkutan-umum-tak-manusiawi

Transportasi Massal Buruk, Pilih Mobil


Mobil menjadi pilihan utama masyarakat kelas menengah ke atas Jakarta untuk menjalani aktivitas sehari-hari, baik ke kantor, kuliah, jalan-jalan, ataupun aktivitas lainnya. Tetapi bagaimana jika preferensi individu-individu itu menjadi preferensi kolektif, mayoritas warga?

Apapun, inilah argumentasi mereka yang merasa lebih nyaman mengendarai mobil dibandingkan bersepeda motor, lebih-lebih moda transportasi massal yang semestinya disediakan maksimal.

Jacob, pegawai bank swasta Indonesia, mengaku, merasa lebih nyaman bermobil meskipun bersepeda motor jauh lebih efisien. "Kalau efisien, memang lebih cepat motor, lebih hemat waktu. Tapi, dari segi kenyamanan dan tingkat safetynya, mobil lebih unggul," ucapnya kepada KOMPAS.com, Selasa (27/7/2010).

Menurutnya, apabila dilihat dari segi macetnya, baik mobil, motor, ataupun kendaraan lainnya, sama-sama mengalami kemacetan. Namun, alasannya. mobil punya fasilitas pendukung kenyamanan seperti Air Conditioner (AC).

Hal serupa juga diungkapkan Ignatius Haryanto, staf redaksi sebuah majalah. Ia menuturkan, keamanan apabila berkendara dengan mobil lebih terjaga dibandingkan berkendara dengan motor ataupun kendaraan umum.

"Di bus banyak copet, di Transjakarta juga ada copet, bergelantungan, desak-desakan. Nggak nyaman," ucap pria berusia 56 tahun tersebut.

Selain Jacob dan Ignatius, pendapat serupa juga dikemukakan oleh para pengendara mobil lainnya. Sheridan misalnya. Ia mengaku, berkendara dengan mobil biaya yang dikeluarkan tidak jauh beda dengan kendaraan umum.

Dan juga, apabila berkendara dengan mobil lebih bebas untuk pergi ke mana-mana, tanpa harus turun naik seperti kendaraan umum. "Dengan mobil, lebih bebas ke mana-mana. Kita yang atur," kata perempuan berusia 19 tahun tersebut melanjutkan.

http://megapolitan.kompas.com/read/2010/07/28/06150216/Transportasi.Massal.Buruk..Pilih.Mobil

Proyek MRT Terhambat Pembebasan Lahan


Pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) masih terkendala pembebasan lahan. Hal ini menyusul belum bersedianya sejumlah pihak untuk merelakan lahannya untuk digunakan pembangunan proyek angkutan berbasis rel ini.

Untuk MRT tahap I (Lebak Bulus – Bundaran Hotel Indonesia), pembebasan lahan rata-rata menyisir sepanjang jalur. Kebutuhan lahan untuk MRT sepanjang 15,5 kilometer tersebut membutuhkan lahan sekitar dua hektare yang terdiri dari 187 bidang.

Sebanyak 156 bidang berada di Kelurahan Cilandak Barat dan 31 bidang di Kelurahan Lebak Bulus. Lahan yang dipakai untuk pembangunan stasiun serta pemasangan tiang pancang. Total dana pembebasan yang disiapkan Rp90 miliar.

Pada 2009 lalu, dana telah dianggarkan Rp 50 miliar. Pada awal tahun, sebanyak 14 bidang di Kelurahan Lebak Bulus telah selesai dibebaskan dengan nilai ganti rugi Rp 5,8 miliar.

Terkait hal ini Direktur Utama PT. MRT, Tribudi Rahardjo, berharap adanya langkah Pemprov DKI untuk mempercepat penyelesaian masalah ini. Sehingga pembebasan lahan dapat rampung tepat waktu.

Pasalnya sesuai dengan persyaratan yang disepakati dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) akan mengucurkan pinjaman jika pihak-pihak yang terlibat siap menyelesaikan kewajiban dan tanggungjawabnya masing-masing.

“Kalau pembebesan lahan belum selesai, pembangunan fisik tidak bisa dilaksanakan,” kata Tribudi.

Terkait pembebasan lahan, saat JICA datang ke Jakarta, pihak yang bertanggungjawab membebaskan lahan akan ditanya apakah sanggup menyelesaikan pembebasan tepat pada waktunya atau belum. Lalu perkiraan jumlah penumpang yang sangat terkait dengan kemampuan mengembalikan pinjaman, serta kesiapan MRT tahap I mengangkut 412.000 penumpang per hari.

“Jika seluruh pihak menyatakan telah siap, dana pinjaman akan dikucurkan. Yang akan ditanya Jepang rata-rata terkait teknis feasibily MRT,” terangnya.

Sementara itu, anggaran untuk proyek MRT tahap I diperkirakan menelan anggaran sebesar Rp16 triliun. Awalnya, anggaran diperkirakan sebesar Rp14 triliun. Bertambahnya anggaran tersebut disebabkan adanya penambahan stasiun bawah tanah di Universitas Al-Azhar, Kebayoran Baru.

Nantinya, halte bus Transjkarta di kawasan itu akan dibuang diganti dengan stasiun bawah tanah MRT. Selain itu, adanya perpanjangan rute dari Dukuh Atas ke Bundaran HI.

Namun, untuk perpanjangan ke Bundaran HI hanyalah pengalihan anggaran dari tahap II (Dukuh Atas-Kampung Bandan menjadi Bunderan HI-Kampung Bandan).(guruh/dms)

http://www.poskota.co.id/megapolitan/2010/09/03/proyek-mrt-terhambat-pembebasan-lahan