Minggu, 17 Oktober 2010

2 Jalan Layang Operasi Sebelum Proyek MRT Dibangun


Pembangunan jalan layang Antasari – Blok M dan Kp. Melayu – Tanah Abang (jalan layang Dr. Satrio) ditargetkan rampung awal 2012. Sehingga pembangunan yang menelan dana lebih dari Rp2 triliun tersebut dapat menjadi alternatif arus kendaraan saat dimulainya pembangunan fisik Mass Rapid Transit (MRT) pada tahun tersebut.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI, Ery Basworo, mengungkapkan saat ini pembangunan proyek tersebut masih dalam tahap proses lelang. Dan diharapkan pekan depan telah masuk ke dalam penentuan peserta pelaksana proyek. Kendati demikian, Ery menyatakan pembangunan fisik terhadap proyek ini akan tetap dilangsungkan pada tahun ini. “Pembangunan jalan layang ini bersifat multy years hingga 2012. Dan ditargetkan rampung sebelum pembangunan fisik MRT dimulai,” ujar Ery saat dihubungi Rabu (15/9). Sehingga dengan adanya jalan layang ini, arus lalu lintas saat pembangunan moda angkutan massal tersebut tidak terhambat.

Sedangkan terkait rencana pembangunan, Ery menyatakan sesuai dengan ketetapan pemerintah pusat tentang koefisien gempa, maka pembangunan kedua jalan layang ini ikut disesuaikan.

Tidak hanya itu, Ery mengaku terdapat permintaan dari Gubernur DKI untuk menaikkan ketinggian jalan layang menjadi 10 meter di atas jalan lokal, dari sebelumnya hanya 6-7 meter. Karena kedua jalan layang tersebut akan melewati dua simpang sebidang.

Bahkan ketika harus melewati Fly Over (FO) Sudirman dan underpass Kuningan, jalan layang harus dinaikkan kembali hingga setinggi 18 meter.

Pemprov DKI mengalokasikan dana sekitar Rp 2 triliun untuk pembangunan dua jalan layang di ruas Antasari-Blok M dan Kampung Melayu-Tanahabang, masing-masing sebesar Rp 1,2 triliun untuk ruas Antasari-Blok M dan Rp 800 miliar untuk ruas Kampung Melayu-Tanahabang.

Tahun ini, diharapkan pembangunan tahap pertama sepanjang masing-masing 5,5 kilometer untuk ruas Antasari-Blok M dengan rute Pasar Cipete-Lapangan PTIK Blok M bisa segera dimulai. Selain itu, sepanjang 3,5 kilometer untuk Kampungmelayu-Tanahabang dengan rute Casablanca-Mas Mansyur.

Secara terpisah anggota Komisi D DPRD DKI, Boy Bernadi Sadikin, berharap pembangunan dua jalan layang ini dapat selesai sesuai yang ditargetkan. Mengingat pertumbuhan jalan di Jakarta saat ini hanya 0,01 persen setiap tahunnya. Sehingga terjadi ketimpangan dengan tingginya jumlah kendaraan yang melintas. Akibatnya kemacetan dan kepadatan kendaraanpun tidak dapat tertangani. “Dengan pembangunan dua jalan layang ini dapat menjadi alternatif untuk mengurai kemacetan di lokasi tersebut yang setiap harinya padat,” ujar politisi PDI Perjuangan ini.

http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2010/09/16/2-jalan-layang-operasi-sebelum-proyek-mrt-dibangun

2011 Jakarta Berpotensi Macet Total


Kemacetan sudah pasti kita temukan setiap harinya, terlebih setelah liburan panjang selesai deretan mobil dan motor berjajar untuk saling mendahului agar segera sampai tujuan.

Situasi ini akan semakin parah manakala hujan mendera. Genangan air dan banjir memaksa pengguna jalan memperlambat laju kendaraannya atau bahkan berhenti di tengah jalan.

Kemacetan tak hanya terjadi di pagi atau sore hari disaat para pekerja berangkat dan pulang dari tempatnya beraktivitas. Di siang hari, kemacetan pun terjadi di mana-mana.

Ketua Komisi Organisasi Dewan Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Ririn Sefsani memprediksi lalu lintas Jakarta akan lumpuh pada 2011 apabila tidak ada penanganan khusus dari pemerintah.

Pasalnya setiap hari di Jakarta saja ada penambahan 1.172 kendaraan baru. Jumlah ini belum termasuk kendaraan dari daerah Depok, Bekasi, dan Tangerang, yang setiap hari lalu lalang di Ibukota. Di sisi lain, lebar dan panjang jalan di ibukota relatif stagnan.

Sekadar memberi gambaran, Jakarta memiliki panjang jalan 7.650 km, dengan luas jalan 40,1 km2 (6,2 persen dari luas wilayah DKI Jakarta). Setiap tahunnya, pertumbuhan panjang jalan hanya ±0,01%. Ini tak sebanding dengan pertambahan kendaraan -khusus Jakarta- 1.172 per hari. Pantas, kalau Jakarta kerap dilanda macet.

Dari tahun ke tahun, penyelesaian persoalan kemacetan di Jakarta hanya dilakukan secara tambal sulam. Sehingga permasalahan ini tidak kunjung usai dan cenderung semakin parah.

Pengamat perkotaan Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna, menyatakan kemacetan tidak akan terselesaikan sampai kiamat datang. Pasalnya, belum ada kesadaran dari Pemda DKI untuk mengelola masalah ini secara serius.

“Kalau kata orang-orang, sampai kiamat Jakarta akan macet terus. Saya berpikir untuk mengurangi beban Jakarta agar mengurangi kemacetan misalnya, buatlah daya tarik di luar Jakarta, biar tidak menumpuk di Jakarta semua,” paparnya.

Yayat menjelaskan, setiap orang yang biasanya hanya sampai di tempat tujuan sekira 30 menit, sekarang harus bersabar diri karena macet. Macet sudah menguras waktu dan tenaga yang cukup banyak. Selain itu, ada suatu keadaan yang buruk jika kendaraan pribadi semakin berkembang ketimbang kendaraan umum. Hal ini bisa dikatakan pemerintah belum bisa memberikan solusi.

“Saya melihat ada masalah di situ, karena beban biaya dari bahan bakar hingga biaya tol, serta volume kendaraan pribadi yang semakin tinggi. Kalau dari kendaraan massal yang berkembang itu hal yang bagus, tetapi kalau kendaraan pribadi yang berkembang kita gagal,” tambahnya.(ful)

1.172 Kendaraan Baru Bertambah Tiap Hari di Ibu Kota

Kemacetan di Jakarta memang tak bisa dielakkan. Banyak pendapat terlontar tentang penyebab kemacetan itu. Namun tampaknya ada satu fakta yang memang berpengaruh besar terhadap kemacetan itu.

Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Perhubungan, khusus untuk Jakarta jumlah kendaraan setiap harinya bertambah 1.172 kendaraan dengan estimasi 186 mobil dan 986 motor. Wow!

Jumlah itu belum termasuk kendaraan milik warga di sekitar Jakarta seperti Depok, Tangerang, dan Bekasi yang sehari-hari berkantor di Ibukota. Di mana pertambahan kendaraan warga yang “eksodus” itu mencapai angka 2.249 kendaraan per hari. 288 untuk mobil dan 1.960 motor. Fantastis bukan?

Melihat angka di atas, diperkirakan pada 2014 Jakarta akan macet total karena jumlah kendaraan sama dengan luas jalan.

Bahkan pendapat lebih ekstrem datang dari Ketua Komisi Organisasi Dewan Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Ririn Sefsani. Menurutnya, tak perlu menunggu 2014 sebab pada 2011 Jakarta sudah macet total!.

Sekadar memberi gambaran, Jakarta memiliki panjang jalan 7.650 km, dengan luas jalan 40,1 km2 (6,2 persen dari luas wilayah DKI Jakarta). Setiap tahunnya, pertumbuhan panjang jalan hanya ±0,01%. Ini tak sebanding dengan pertambahan kendaraan -khusus Jakarta- 1.172 per hari. Pantas, kalau Jakarta kerap dilanda macet.

Setelah berbicara soal penyebab macet yang jelas-jelas merugikan baik dari segi waktu maupun biaya, tak lengkap rasanya bila tidak diiringi hitung menghitung kerugian dalam bentuk angka.

Dinas perhubungan menaksir kerugian yang diderita akibat kemacetan. Yakni pemborosan biaya operasional kendaraan mencapai Rp17,2 triliun per tahun dan pemborosan energi (BBM) senilai Rp10 triliun per tahun.(ful)

Sumber :
http://news.okezone.com/read/extend/2010/10/14/343/382499/2011-jakarta-berpotensi-macet-total
http://news.okezone.com/read/extend/2010/10/14/343/382495/1-172-kendaraan-baru-bertambah-tiap-hari-di-ibu-kota

Otoritas Transportasi Jabodetabek akan Dibentuk

Wakil Presiden Boediono memberikan 17 instruksi untuk menangani masalah transportasi dan kemacetan di wilayah DKI Jakarta.

Demikian hasil Rapat Transportasi Massal di Jakarta di Istana Wakil Presiden Jakarta, Kamis (2/9).

Secara khusus, Kepala Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) diinstruksikan memantau berbagai upaya yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah mengatasi kemacetan di Jakarta.

"Wapres secara khusus minta kepada Kepala UKP4 untuk melakukan pemantauan upaya mengatasi kemacetan di Jakarta yang kian parah," kata Juru bicara Wapres Boediono, Yopie Hidayat usai rapat.

Rapat yang dipimpin Wapres Boediono diikuti antara lain Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menhub Freddy Numbery, Mendagri Gamawan Fauzi, Menteri PU Djoko Kirmanto, serta Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.

Dalam rapat diputuskan 17 langkah yang harus segera dilaksanakan dalam upaya menyelesaikan kemacetan di ibukota.

Pertama, memberlakukan Electronic Road Pricing (ERP). Untuk itu, Wapres Boediono meminta Kementerian Perhubungan segera menyelesaikan Peraturan Pemerintah (PP) yang melandasinya."Draft PP akan selesai seminggu setelah Lebaran," ujarnya.

Kedua, jalur busway tetap disterilisasi terutama di empat jalur yang sebelumnya disterilisasi Pemda DKI.

Ketiga, Pemda DKI mengkaji kebijakan perpakiran dan penegakan hukum tegas terutama untuk kendaraan yang parkir di bahu jalan yang dekat dengan jalur busway.

Keempat, Langkah berikutnya adalah, memperbaiki fasilitas jalan.

Kelima
, untuk busway, akan ditambah lagi dua jalur dan akan mulai beroperasi akhir tahun ini dan tahun depan akan tambah dua jalur lagi.

"Yang jelas pada akhir tahun ini harus ada sepuluh koridor yang beroperasi, dan tahun depan ada tambahan dua jalur," terang Yopie.

Keenam, akan ada pembicaraan serius mengenai harga gas khusus untuk transportasi. Oleh sebab itu, pemerintah akan menyinkronkan harga jual gas dan standar pelayanan yang sama dari Pertamina dan perusahaan gas negara.

Ketujuh, pemerintah meminta Pemda DKI restrukturisasi bus-bus kecil yang tidak efisien.

Kedelapan
, mengoptimalkan kereta api di Jabodetabek dengan membangun rel routing dan peningkatan pelayanan, serta menambah gerbong untuk jalur jalur yang padat.

Kesembilan, Untuk mengatasi kemacetan di Jakarta, polisi mendapat tugas menertibkan angkutan liar yang mangkal di titik-titik kemacetan.

Kesepuluh, mempercepat pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) yang tahun depan sudah mulai konstruksi untuk jalur Lebak Bulus-Hotel Indonesia.

Empat langkah berikutnya adalah, pembentukan otoritas transportasi Jabodetabek, revisi rencana induk transportasi terpadu, melanjutkan proyek double-double track jalur kereta api terutama ke arah Cikarang, serta mempercepat proyek lingkar dalam Kereta Api yang akan diintegrasikan dengan sistem angkutan massal di Jakarta.

Tiga langkah terakhir yakni, menyediakan jalan tol tambahan berupa enam ruas jalan tol, untuk jangka menengah panjang pemeritah pusat akan menyusun kebijakan membatasi penggunaan kendaraan bermotor dan untuk mendukung penggunaan kereta api, maka akan disiapkan lahan park and ride.

Menurut Yopie, masalah kemacetan Jakarta telah memberikan kerugian material dan psikologis sebesar Rp12,8 triliun per tahun. Kerugian tersebut termasuk kerugian operasional, stres para pengguna jalan, dan kerugian waktu. (Tup/OL-9)

http://www.mediaindonesia.com/read/2010/09/09/166348/35/5/Otoritas-Transportasi-Jabodetabek-akan-Dibentuk

Inilah Jurus Atasi Macet Jakarta


Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) menganalisa kerugian akibat kemacetan mencapai Rp12,8 trilun per tahun.

Kerugian itu antara lain disebabkan biaya operasional kendaraan dan stres yang dialami masyarkat yang setiap hari terjebak kemacetan.

UKP4 juga memperkirakan, jika tidak ada penanganan serius, Jakarta akan macet total pada tahun 2012 atau dua tahun lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Bahkan, Ketua Komisi Organisasi Dewan Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Ririn Sefsani, memperkirakan, pada 2011 kota Jakarta akan macet total.

Untuk mengatasi problem macet di Jakarta, banyak strategi dilemparkan. Tak terkecuali wacana memindahkan ibu kota negara dan pemerintahan ke deaerah lain karena saking akutnya kemacetan ini.

Lalu apa sajakah jurus-jurus untuk mengatasi macet Jakarta, ini rinciannya:
1. Percepatan pemberlakuan electronic road pricing (ERP)
2. Sterilisasi jalur Busway
3. Pemprov DKI Jakarta mereview perda parkir
4. Biaya perbaikan jalan yang bersifat multy-years contract
5. Menambah 2 jalur Busway menjadi 10 jalur tahun ini dan 2 jalur tambahan tahun depan.
6. Sinkronisasi harga gas untuk transportasi dan pembenahan stasiun pengisian.
7. Revitalisasi restrukturusasi bus kecil yang banyak namun tidak efisien. Pemerintah mengupayakan mereka beralih menjadi bus besar yang kapasitas angkutnya lebih banyak.
8. Kereta Api dioptimalkan ada re-routing dan peningkatan pelayanan dan tambahan gerbong di rute yang padat sehigga bisa mengangkut 3 juta orang per hari.
9. Polisi menertibkan angkutan liar.
10. MRT Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia dimulai konstruksinya tahun 2011, melanjutkan pembangunan monorail dan percepatan pembangunan jalur kereta api Manggarai-Cengkareng.
11. Membentuk otoritas transportasi Jabodetabek
12. Merevisi rencana induk transportasi terpadu di Jabodetabek
13. Proyek double track ke Cikarang akan ditambah.
14. Mempercepat pembangunan proyek pembangunan jalur kereta lingkar dalam yang akan diintegrasikan dengan sistem transportasi Jakarta.
15. Membangun 6 jalan tol layang tambahan.
16. Pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan mengatasi penambahan jumlah kendaraan dengan mengatur penggunaan kendaraan.
17. Menyediakan lahan park and ride di dekat stasiun kereta api untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan masyarakat beralih ke kereta api.

Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi akan menyurati Gubernur Banten, Gubernur Jawa Barat dan Gubernur DKI Jakarta mengenai hal tersebut.


Subway Solusi Macet Biaya Tinggi

Subway atau kereta bawah tanah adalah alternatif untuk mengatasi kemacetan di Jakarta yang diwacanakan Pemda DKI. Pengerjaan untuk pembuatan kendaraan umum yang dirancang mengangkut banyak penumpang, hingga kini masih belum juga dilaksanakan.

”Untuk sistem Subway dengan jalur Lebak Bulus sedang ada pembebasan lahan, desain pun sudah dikerjakan konsultan dari Kementerian Perhubungan. Mungkin 2012 pelaksanaannya dan 2016 mulai pengoperasiannya,” ungkap petugas Dinas Perhubungan yang enggan disebutkan namanya kepada okezone, di Kantor Dinas Perhubungan DKI, beberapa waktu lalu.

Petugas Dishub tersebut mengakui permasalahan dana pembuatan subway pun tidak dibiayai oleh pemerintah, melainkan bantuan dana dari Jepang. ”Dana dari Jepang tidak dari pemerintah pusat,” tandasnya.

Sementara itu, untuk pembangunan jalan layang yang diusulkan oleh Pemda DKI tersebut pun ditegaskan sudah ada sedikit realisasinya. “Dinas PU sudah ada lelang jalan dari Jalan Antasari hingga Blok M dan jalan Tanah Abang hingga Kampung Melayu untuk dibuat jalan layang tersebut,” tambahnya.

Walaupun hal tersebut mempunyai waktu yang dibilang cukup lama karena harus lewati sistem bertahap, tapi dipastikan berjalan dengan prosedur jika benar-benar direalisasikan.
(ful)

http://news.okezone.com/read/extend/2010/10/14/343/382487/inilah-jurus-atasi-macet-jakarta

Sarana Angkutan Umum Tak Manusiawi


Kengganan warga Jakarta dan sekitarnya menggunakan angkutan umum salah satunya karena ketidaknyamanan moda transportasi massal tersebut.

Selain itu, keamanan harta dan jiwa juga dipertaruhkan ketika naik angkutan umum seperti kereta rel listrik (KRL), bus Transjakarta, Metromini, Kopaja, bus PPD, serta angkutan publik lainnya.

Tilik saja situasi di atas KRL pada pagi dan sore hari. Hanya orang-orang nekat dan tidak punya pilihan lain saja yang bersedia berdesak-desakan di dalam kereta. “Angkutan umum kita memang tidak manusiawi,” ujar anggota DPR Hanif Dhakiri kepada okezone beberapa waktu lalu.

Ada beberapa solusi kemacetan akibat enggannya publik menggunakan angkutan umum yang hingga kini diwacanakan oleh Pemda DKI Jakarta. Di antaranya dngan membuat subway, monorail, dan waterway. Tetapi hal tersebut tidaklah dianggap perlu, jika pemberdayaan fasilitas yang ada bisa dimaksimalkan.

PT Kereta Api Indonesia menawarkan sebuah solusi yang bisa dibilang cemerlang dengan memanfaatkan fasilitas yang ada sekarang ini. Yakni mensinergikan antara kereta api dengan bus Transjakarta.

“Saya punya suatu solusi untuk mengurangi tingkat kemacetan, di mana adanya sinergi antara busway dengan kereta api,” ujar Makmur Syaheran, Coorporate Secretary PT KAI ketika dihubungi okezone, beberapa waktu lalu.

Pengaplikasiannya, sambung dia, bus Transjakarta akan diperankan sebagai shuttle bus untuk KRL. Misalnya, hingga kini belum ada jalur busway dari Lebak Bulus ke Kampung Rambutan. Sedangkan kereta api sudah ada jurusan Lenteng Agung yang ke sekitar Kampung Rambutan.

“Jadi di setiap stasiun kereta api ditambahkan halte busway untuk mempermudah sampai ke Kampung Rambutan. Itu sistem yang akan kami coba tawarkan kepada Pemda DKI,“ jelasnya.

Makmur juga berjanji pihaknya akan menambah fasilitas untuk menarik minat para penumpang agar menggunakan moda transportasi KRL. “Di antaranya akan merenovasi 17 stasiun kereta api di Citayam, UI, Pondok Cina,” tambahnya.

Selain itu, tingkat keamanan di setiap gerbong juga akan ditingkatkan dengan cara menempatkan personel keamanan di setiap gerbong KRL. “Biasanya hanya ada satu pengaman, sekarang ditingkatkan jadi dua,” ujarnya.

Dalam kaitan ini, PT KAI juga berjanji akan segera menyediakan fasilitas untuk mempermudah pembelian tiket kereta api. Pembelian tiket nantinya akan menggunakan layanan internet, yakni system e-ticketing untuk semua jalur Jabodetabek.

“Tapi kami baru akan terapkan di express dulu. Layanan ini memudahkan masyarakat agar tidak mengantri lagi di loket pembelian,” ungkapnya.

Sementara itu, terkait dengan penambahan gerbong dan penutupan kereta api non AC dengan biaya tarif kereta api yang akan naik, Makmur menerangkan pihaknya hanya ingin memberikan kenyamanan kepada penumpang.(ful)

http://news.okezone.com/read/extend/2010/10/14/343/382490/sarana-angkutan-umum-tak-manusiawi

Transportasi Massal Buruk, Pilih Mobil


Mobil menjadi pilihan utama masyarakat kelas menengah ke atas Jakarta untuk menjalani aktivitas sehari-hari, baik ke kantor, kuliah, jalan-jalan, ataupun aktivitas lainnya. Tetapi bagaimana jika preferensi individu-individu itu menjadi preferensi kolektif, mayoritas warga?

Apapun, inilah argumentasi mereka yang merasa lebih nyaman mengendarai mobil dibandingkan bersepeda motor, lebih-lebih moda transportasi massal yang semestinya disediakan maksimal.

Jacob, pegawai bank swasta Indonesia, mengaku, merasa lebih nyaman bermobil meskipun bersepeda motor jauh lebih efisien. "Kalau efisien, memang lebih cepat motor, lebih hemat waktu. Tapi, dari segi kenyamanan dan tingkat safetynya, mobil lebih unggul," ucapnya kepada KOMPAS.com, Selasa (27/7/2010).

Menurutnya, apabila dilihat dari segi macetnya, baik mobil, motor, ataupun kendaraan lainnya, sama-sama mengalami kemacetan. Namun, alasannya. mobil punya fasilitas pendukung kenyamanan seperti Air Conditioner (AC).

Hal serupa juga diungkapkan Ignatius Haryanto, staf redaksi sebuah majalah. Ia menuturkan, keamanan apabila berkendara dengan mobil lebih terjaga dibandingkan berkendara dengan motor ataupun kendaraan umum.

"Di bus banyak copet, di Transjakarta juga ada copet, bergelantungan, desak-desakan. Nggak nyaman," ucap pria berusia 56 tahun tersebut.

Selain Jacob dan Ignatius, pendapat serupa juga dikemukakan oleh para pengendara mobil lainnya. Sheridan misalnya. Ia mengaku, berkendara dengan mobil biaya yang dikeluarkan tidak jauh beda dengan kendaraan umum.

Dan juga, apabila berkendara dengan mobil lebih bebas untuk pergi ke mana-mana, tanpa harus turun naik seperti kendaraan umum. "Dengan mobil, lebih bebas ke mana-mana. Kita yang atur," kata perempuan berusia 19 tahun tersebut melanjutkan.

http://megapolitan.kompas.com/read/2010/07/28/06150216/Transportasi.Massal.Buruk..Pilih.Mobil

Proyek MRT Terhambat Pembebasan Lahan


Pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) masih terkendala pembebasan lahan. Hal ini menyusul belum bersedianya sejumlah pihak untuk merelakan lahannya untuk digunakan pembangunan proyek angkutan berbasis rel ini.

Untuk MRT tahap I (Lebak Bulus – Bundaran Hotel Indonesia), pembebasan lahan rata-rata menyisir sepanjang jalur. Kebutuhan lahan untuk MRT sepanjang 15,5 kilometer tersebut membutuhkan lahan sekitar dua hektare yang terdiri dari 187 bidang.

Sebanyak 156 bidang berada di Kelurahan Cilandak Barat dan 31 bidang di Kelurahan Lebak Bulus. Lahan yang dipakai untuk pembangunan stasiun serta pemasangan tiang pancang. Total dana pembebasan yang disiapkan Rp90 miliar.

Pada 2009 lalu, dana telah dianggarkan Rp 50 miliar. Pada awal tahun, sebanyak 14 bidang di Kelurahan Lebak Bulus telah selesai dibebaskan dengan nilai ganti rugi Rp 5,8 miliar.

Terkait hal ini Direktur Utama PT. MRT, Tribudi Rahardjo, berharap adanya langkah Pemprov DKI untuk mempercepat penyelesaian masalah ini. Sehingga pembebasan lahan dapat rampung tepat waktu.

Pasalnya sesuai dengan persyaratan yang disepakati dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) akan mengucurkan pinjaman jika pihak-pihak yang terlibat siap menyelesaikan kewajiban dan tanggungjawabnya masing-masing.

“Kalau pembebesan lahan belum selesai, pembangunan fisik tidak bisa dilaksanakan,” kata Tribudi.

Terkait pembebasan lahan, saat JICA datang ke Jakarta, pihak yang bertanggungjawab membebaskan lahan akan ditanya apakah sanggup menyelesaikan pembebasan tepat pada waktunya atau belum. Lalu perkiraan jumlah penumpang yang sangat terkait dengan kemampuan mengembalikan pinjaman, serta kesiapan MRT tahap I mengangkut 412.000 penumpang per hari.

“Jika seluruh pihak menyatakan telah siap, dana pinjaman akan dikucurkan. Yang akan ditanya Jepang rata-rata terkait teknis feasibily MRT,” terangnya.

Sementara itu, anggaran untuk proyek MRT tahap I diperkirakan menelan anggaran sebesar Rp16 triliun. Awalnya, anggaran diperkirakan sebesar Rp14 triliun. Bertambahnya anggaran tersebut disebabkan adanya penambahan stasiun bawah tanah di Universitas Al-Azhar, Kebayoran Baru.

Nantinya, halte bus Transjkarta di kawasan itu akan dibuang diganti dengan stasiun bawah tanah MRT. Selain itu, adanya perpanjangan rute dari Dukuh Atas ke Bundaran HI.

Namun, untuk perpanjangan ke Bundaran HI hanyalah pengalihan anggaran dari tahap II (Dukuh Atas-Kampung Bandan menjadi Bunderan HI-Kampung Bandan).(guruh/dms)

http://www.poskota.co.id/megapolitan/2010/09/03/proyek-mrt-terhambat-pembebasan-lahan

Kamis, 30 September 2010

Kemacetan Hebat Terjadi di Jakarta



Hujan yang mengguyur wilayah Jakarta pada Sabtu (7/8/2010) sore kembali menimbulkan genangan air dan menyebabkan kemacetan di sejumlah titik jalan di Jakarta. Kemacetan terparah karena genangan air yang tinggi terjadi di wilayah Jakarta Selatan.

Informasi dari Traffic Management Center (TMC) Polda Metro Jaya menyebutkan, genangan air mengakibatkan arus lalu lintas terputus di Cirendeu arah Kampung Gunung. Di depan Universitas Negeri Jakarta, jalur terputus karena luapan Kali Pesanggrahan.

Di Jakarta Selatan, genangan air setinggi 20-30 sentimeter antara lain di depan SPBU Shell Mampang, Pasar Cipete, Duren Tiga, Kemang Timur, depan Grand Kemang, LP3I Pasar Minggu, Fatmawati Raya Selatan, dan Jalan Haji Nawi. Genangan menyebabkan kemacetan parah. Genangan juga memacetkan jalan di Arteri Pondok Indah.

Jalan Veteran menuju Tanah Kusir macet parah. Kendaraan padat dan tidak bergerak. Poppy, pengemudi mobil yang melintas dari Margonda ke Palmerah, juga membutuhkan waktu sekitar 2,5 jam karena mobil hanya bisa berjalan merayap.

Hujan juga memperparah kemacetan di pinggiran Jakarta, yaitu di pertigaan Pasar Rebo-Jalan Raya Jatiasih hingga sekitar Pintu Tol Jatiasih, Kota Bekasi. Kemacetan antara lain terjadi di jalan lingkar luar Jakarta (JORR) Cikunir hingga Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan.

Hujan deras yang mengganggu jarak pandang dan padatnya jalan tol tersebut membuat perjalanan melambat hingga kecepatan 10-20 kilometer per jam. Waktu tempuh Jatiasih-Pondok Indah, yang biasanya satu jam, harus ditempuh hampir tiga jam.

Sejak pukul 16.00, kendaraan sudah merambat di Jalan Tol Jagorawi arah Jakarta. Laju kendaraan itu tersendat akibat panjangnya antrean di Pintu Tol Rambutan menuju Pondok Indah dan Gerbang Tol Halim. Laju kendaraan nyaris tidak bergerak karena arus kendaraan tertahan di simpang susun Cawang. Kendaraan yang masuk ke tol dalam kota arah Semanggi tertahan di Pintu Tol MT Haryono dan Kuningan karena ada genangan di Pancoran dan Warung Buncit Raya, Jakarta Selatan.

Di Jakarta Barat, Jalan Raya Joglo juga padat. Feri, salah satu pengguna jalan, mengatakan, jalan alternatif di sekitar Joglo padat, begitu juga Jalan Meruya Utara ke arah Mal Puri Indah dan jalan menuju Puri Kembangan. Genangan air juga terlihat di sekitar Jalan KS Tubun hingga perempatan Slipi dan menimbulkan kemacetan, termasuk di flyover Slipi. ”Tinggi air sekitar 20 sentimeter,” kata Edi Hidayat, pengendara sepeda motor yang melintas sekitar pukul 17.00.

Sistem resapan

Pengamat ruang terbuka hijau (RTH) Jakarta, Nirwono Joga, mengatakan, salah satu solusi pengurangan genangan air yang paling mungkin dilaksanakan dalam jangka pendek adalah menambah sistem peresapan air di Jakarta. Dia mencontohkan, genangan di kawasan Palmerah bisa dikurangi dengan mengalirkan air ke danau di Taman Ria Senayan. Di Bundaran HI, terdapat waduk melati yang bisa dimanfaatkan untuk menampung air yang menggenang dari jalan. Apabila fungsi waduk atau situ ini dioptimalkan, genangan air di jalan berkurang sekitar 50 persen.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Ery Basworo mengatakan, genangan air di jalan yang timbul setelah hujan bisa disebabkan adanya sumbatan sampah. ”Kami sudah mengecek jalan mana saja yang tergenang dan mencari penyebabnya. Sebagian besar karena tersumbat sampah. Kami akan bersihkan dan semprot agar alirannya lancar kembali,” ujarnya

http://megapolitan.kompas.com/read/2010/08/08/07454724/Kemacetan.Hebat.Terjadi.di.Jakarta

'Infrastruktur transportasi RI kalah dengan Vietnam'

Infrastruktur sarana transportasi di Indonesia masih tertinggal jauh dari negara-negara Asean, sehingga biaya untuk kebutuhan transportasi di tanah air masih mencapai 30% dari keseluruhan pengeluaran untuk konsumsi masyarakat.

Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) Eka Sari Lorena Soerbakti mengatakan kondisi tersebut membuat kualitas infrastruktur trasportasi di Indonesia, untuk ukuran tingkat Asean saja, lebih lebih buruk dari Vietnam.

"Masalah trasportasi di Indonesia yang selama ini terjadi, seperti kemacetan dan minimnya akses, sering menjadi bahan perbincangan di tingkat internasional karena sangat mengganggu kinerja investasi," kata Eka saat melakukan kunjungan ke Surabaya, tadi malam.

Menurut Eka, di Jakarta Misalnya, dari 20 juta pengguna sarana transportasi, 10 juta orang diantaranya merupakan pengguna sarana transportasi umum yang jumlah sarananya hanya 4% dari keseluruhan jumlah alat transportasi di Jakarta.

Kondisi ini, kata Eka membutuhkan kerjasama lebih erat antara insansi pemeintah bersama asosiasi pengusaha transportasi dan lembaga donor asing untuk memacu pembangunan infrastruktur transportasi di tanah air.

"Baru-baru ini, pihak Bank Dunia menyatakan kepada kami berniat melakukan diskusi bersama berbagai stake holder sektor transportasi dan survey ke daerah luar Jakarta untuk melihat kemungkinan peningkatan investasinya di sektor transportasi Indonesia," kata pemilik perusahaan bus Lorena itu.

Kepala Dinas Perhubungan Jawa Timur, Wahid Wahyudi, membenarkan pernyatan Eka dengan menunjukkan contoh kasus di Jawa Timur yang tengah mengalami permasalahan kepadatan arus transportasi baik di darat, udara, maupun laut.

"Untuk transportasi darat, wilayah Surabaya, sebagian Gresik dan sebagian Sidoarjo merupakan sentrum kemacetan yang sangat sulit diatur apalagi di saat-saat arus mudik dan arus balik seperti sekarang," kata Wahid.

Wahid mencontohkan Tanjung Perak, yang memiliki kapasitas menampung 30 juta ton kargo, sudah mengalami overload sejak satu dasawarsa lalu.

"Karena itu pembangunan pelabuhan kargo baru di Teluk Lamong dan kawasan Soca ( Madura) sangat perlu dipercepat untuk mengurangi kepadatan tanjung Perak, selain itu, persoalan pipa Kodeco di selat madura juga harus segera terselesaikan," kata Wahid.

Kondisi Juanda, tambah Wahid, juga tengah mengalami kondisi kepadatan yang mengkhawatirkan karena bandara, yang sebenarnya hanya berkapasitas menampung enam juta penumpang dalam setahun itu, kini harus melayani sebelas juta penumpang selama satu tahun.

"Makanya, situasi terminal pemberangkatan penumpang di Juanda sekarang ramai sekali mirip terminal bus, apalagi di sana terdapat pesawat sipil dan militer sehingga jarak keberangkatan antar pesawat di Juanda saat ini hanya 1,21 menit," terang Wahid. (Bsi)

http://web.bisnis.com/sektor-riil/transportasi/1id206240.html

Senin, 07 Juni 2010

Internal Rate of Return: Ketika "Cinta" Harus Memilih.

Alkisah si Mister Gekko sedang senang. Sewaktu makan siang bersamanya hari ini, dia begitu bersemangatnya menceritakan ‘hoki’-nya saat ini.

‘Bayangkan Son, di saat orang-orang sedang pusing harus invest di mana, saya malah kebanjiran tawaran investasi. Hari ini saja sudah 2 tawaran investasi yang saya dapat.’
‘Memangnya ada tawaran investasi apa saja, Mister?’
‘Yang pertama, saya ditawari obligasi pemerintah, Jatuh temponya 5 tahun lagi. Nilai investasinya 100 juta. Bunganya 10% bersih per tahun, dan investasinya dikembalikan di akhir tahun ke-5.’
‘Untuk tawaran yang kedua, bentuknya adalah kerjasama di suatu proyek pemerintah. Investasinya juga 100 juta, dan proyeknya juga berjangka 5 tahun. Investasinya itu dikembalikan dalam bentuk cicilan, setiap tahunnya Rp 27 juta. Resikonya boleh dikatakan nol karena anggaran proyeknya sudah turun penuh.’
‘Menarik juga, Mister. Jadi Mister memilih investasi yang mana?’
‘Ya sudah tentu di obligasi dong. Sederhana saja hitungnya. Di obligasi, setiap tahun bunganya 10% alias Rp 10 juta, dalam 5 tahun berarti saya dapat 50 juta. Jika di proyek pemerintah, total cicilan cuma 5xRp27 juta = Rp 135 juta. Dipotong investasi awal saya (Rp 100 juta), berarti saya cuma dapat 35 juta. Sama-sama mesti invest 100 juta utk 5 tahun, sudah pasti saya memilih yang dapat Rp 50 juta dong.’
Apakah pilihan si Mister itu benar?


—–oOo—–

Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita dihadapkan pada dilema memilih antara berbagai alternatif investasi. Mungkin ini tidak jauh dari berbeda dengan dilema ketika kita memilih calon pacar. Shanti badannya lebih sexy, tetapi Shinta kulitnya lebih putih. Akibatnya tidak sedikit di antara kita yang ‘sakit kepala’ ketika diharuskan memilih (baik dalam cinta maupun dalam Investasi).
Untungnya, dibandingkan dengan urusan pilih-memilih cinta, pilih-memilih dalam urusan investasi bisa dikatakan relatif lebih sederhana. Salah satu metode yg kerap dipakai untuk membandingkan alternatif peluang investasi adalah analisa Internal Rate of Return (IRR), yaitu analisa tingkat pengembalian (hasil) dari suatu investasi.

Analisa IRR sangat terkait dengan konsep Net Present Value (NPV), yaitu suatu penghitungan nilai waktu dari uang. Uang mempunyai nilai waktu. Rp 1 juta yang kita terima saat ini lebih berharga dibandingkan dengan Rp 1 juta yang kita terima tahun depan.

Misalkan saja bunga deposito adalah 5% net/tahun. Maka Rp 1 juta yg baru akan kita terima 1 tahun lagi sebenarnya cuma bernilai Rp 952.380,95 di saat ini. Logikanya sederhana saja. Jika kita menaruh uang Rp 952.380,95 di sebuah deposito dengan bunga 5% net/tahun, maka di tahun depan uang itu akan sudah tumbuh menjadi Rp 1 juta.

—–oOo—–

Lalu seperti apa sih analisa IRR itu? IRR jika disederhanakan, adalah tingkat suku bunga dimana total dari NPV semua arus keluar masuk uang adalah = 0 (Edison: ya, saya tahu bahwa bagi orang non-ekonomi, mungkin definisi ini tidak ‘sederhana’. Tetapi sabar saja, teruskan membaca, saya akan menjelaskannnya dengan contoh yg relatif mudah dimengerti).

Misalkan saja kita membeli ORI seri 5 seharga 5 juta, dan memegangnya sampai jatuh tempo (5 thn lagi). Bunga ORI seri 5 adalah 11,45% gross alias 9,16% net (setelah dipotong pajak 20%). Maka, selama 5 tahun itu, arus keluar-masuk uangnya adalah sebagai berikut :

• Awal tahun ke-1: - Rp 5.000.000,- (minus Rp 5 juta, karena uangnya ‘keluar’)
• Akhir tahun ke-1: Rp 458.000,- (Bunga 9,16%)
• Akhir tahun ke-2: Rp 458.000,- (Bunga 9,16%)
• Akhir tahun ke-3: Rp 458.000,- (Bunga 9,16%)
• Akhir tahun ke-4: Rp 458.000,- (Bunga 9,16%)
• Akhir tahun ke-5: Rp 5.458.000,- (Bunga 9,16% ditambah dengan nilai obligasi yg cair)
(PS: untuk menyederhanakan contoh ini, anggap saja bunga ORI 5 dibayar sekali setahun. Pada prakteknya, bunga ORI dibayar setiap bulan).

Seperti saya katakan di atas, analisa IRR, dalam hal ini berusaha mencari tingkat suku bunga (%) dimana TOTAL dari Net Present Value (NPV) dari masing-masing arus keluar masuk adalah = 0. Untuk investasi seperti Obligasi maupun instrumen tabungan & deposito yang memberikan bunga tetap, nilai IRR itu adalah sebesar tingkat bunganya (dgn asumsi bunga dibayar per tahun).
Tidak percaya ? Mari kita hitung Total NPV arus keluar masuk di atas dengan menggunakan bunga 9,16%:
• Awal tahun ke-1: -Rp 5.000.000 (NPV tetap Rp 5juta krn uangnya ‘keluar’ saat ini)
• Akhir tahun ke-1: Rp 419.567,61(NPV)
• Akhir tahun ke-2: Rp 384.360,21(NPV)
• Akhir tahun ke-3: Rp 352.107,19 (NPV)
• Akhir tahun ke-4: Rp 322.560,64 (NPV)
• Akhir tahun ke-5: Rp 3.521.404,35 (NPV)
Total? Rp 0. Berarti IRR obligasi ini adalah 9,16%.
(PS: Nilai NPV di atas didapat dari arus keluar masuk setiap tahun dibagi dengan (1+r)^t di mana r=suku bunga dan t adalah tahun)

—–oOo—–

Jika kita membeli sebuah obligasi, menabung di tabungan ataupun deposito, kita bisa dengan mudah tahu berapa IRR-nya, yaitu besarnya % bunga yg diberikan/thn. Dalam kasus Mister Gekko (lihat kembali di awal artikel), investasi obligasinya memberikan bunga sebesar 10%/thn. Dengan demikian IRR investasi obligasi tersebut adalah 10%.
Tetapi bagaimana dengan peluang investasi yg tidak memberikan bunga? Investasi membuka pabrik misalnya, ataupun juga investasi seperti dalam contoh kasus Mister Gekko di atas (tawaran yang kedua), berapa besar IRRnya?

Untuk kasus ‘tanpa % bunga’ seperti ini, penghitungan secara manualnya agak sedikit merepotkan. Ini karena kita harus melakukan ‘coba-coba’. Misalkan saja utk kasus Mr. Gekko (tawaran yg kedua), kita asumsikan bahwa IRRnya=10%, maka NPV dari arus kas masuk/keluar peluang investasi tersebut adalah:
• Awal tahun ke-1: - Rp 100.000.000 (NPV dari investasi awal)
• Akhir tahun ke-1: Rp 24.545.455 (NPV dari Rp 27 juta)
• Akhir tahun ke-2: Rp 22.314.050 (NPV)
• Akhir tahun ke-3: Rp 20.285.500 (NPV)
• Akhir tahun ke-4: Rp 18.441.363 (NPV)
• Akhir tahun ke-5: Rp 16.764.876 (NPV)
Totalnya? Rp 2.351.243,-.

Jika total NPVnya lebih besar dari 0, berarti asumsi tingkat IRR yang kita pakai (10%) terlalu kecil. Oleh karena itu, kita harus mengganti tingkat IRRnya dengan % yg lebih tinggi. Setelah ‘mencoba-coba’, kita akan mendapatkan bahwa pada bunga 10,9162%, total NPVnya akan mendekati 0. Dengan demikian, berarti IRR investasi yang ini adalah 10,9162%.
(PS: Bagi yg ingin mencoba-coba menghitung IRR, saya ada membuat sebuah file Microsoft Excel yg bisa dipakai. File tersebut berjudul IRR.xls dan bisa didownload di widget BOX yg ada di bar sebelah kanan. )

Tambahan: ada tips dari rekan suflinur yang mengajarkan cara cepat utk mencari nilai IRR di file excel yg saya buat tanpa coba-coba dengan menggunakan Goal Seek. Cara kerjanya (1) sorot sel yang ingin kita hitung selisihnya, yaitu sel C15, (2) set value ke nilai yang kita inginkan, yaitu 0, dan terakhir (3) sorot sel yang nilainya ingin kita rubah, yaitu B17 dan Enter. Thanks utk tipsnya

—–oOo—–

Jika kita bandingkan antara kedua peluang investasi yg didapat oleh Mister Gekko di awal artikel ini, maka sebenarnya justru tawaran yg kedua (proyek pemerintah) justru lebih menarik daripada tawaran yg pertama (obligasi). IRR proyek pemerintah adalah sebesar 10,9162% sedangkan IRR obligasi hanyalah sebesar 10%. Dengan demikian, Mister Gekko justru malah memilih investasi yang IRR-nya lebih rendah.

Tentunya dalam praktek realnya, banyak hal lain yang harus kita pertimbangkan selain IRR ini. Misalkan saja bagaimana resiko masing-masing investasi, atau seberapa akuratnya perkiraan arus kas keluar/masuk itunya. Tetapi dengan asumsi resiko investasinya sama dan perkiraan arus kas keluar/masuknya akurat, maka investasi yang menawarkan IRR lebih tinggi merupakan pilihan yang lebih menarik dari segi tingkat keuntungan yang ditawarkan.

http://janganserakah.com/2008/08/19/internal-rate-of-return-ketika-cinta-harus-memilih/

Sabtu, 01 Mei 2010

20 RUAS TOL MANGKRAK Perpres No 13/2010 Tidak Implementatif

Source : Investor Daily, Hal. 1 Wed, 21 Apr 2010
Oleh Imam Mudzakir



JAKARTA - Investor jalan tol yang tergabung dalam Asosiasi Tol Indonesia (ATI) menilai Peraturan Presiden (perpres) Nomor 13 Tahun 2010 tidak implementatif karena ditujukan pada proyek yang akan dikerjakan pemerintah ke depan. Padahal, saat ini ada 20 ruas tol yang mangkrak akibat terganjal pembebasan tanah.

"Perpres No 13 Tahun 2010 belum jelas dan tidak mengakomodasi kepentingan investor jalan tol yang saat ini sudah berjalan," kata Wakil Ketua ATI Hilman Muchsin di Kantor Pusat Jasa Marga, Jakarta, Selasa (20/4). Hal senada juga di ungkapkan oleh Direktur Operasi Jasa Marga Tbk Adityawarman.

Hilman mengakui, Perpres No 13 Tahun 2010 mengatur tentang pembebasan lahan yang dilaksanakan oleh menteri/kepala lembaga/kepala daerah, sebelum proses pengadaan tanah oleh badan usaha. Namun, perpres tersebut tidak mengatur pembebasan lahan terhadap proyek tol yang mangkrak saat ini.

"Saya sudah telanjur kecebur dan sudah 'berdarah-darah'. Tapi tidak diakomodir dalam Perpres 13. Artinya, aturan ini tidak implementatif karena hanya mengatur proyek yang masih di awang-awang," katanya.

Kebijakan untuk Mengatasi Kendala Pembebasan Lahan

Perpres, No 36 Tahun 2005 tentang "Pengadaan Tanah Bagi Pelaksaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

Perpres No 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Alas Perpres·. No 36 Tahun 2005 tentang pengadaan Tanah Bagi Pelaksaan Pembangunan Bagi Kepentingan Umum

'Perpres No 13 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Pepres No 67 Tahun 2005 tentang kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur

· Tidak memasukkan jalan tol sebagai salah satu kategori bidang pembangunan untuk kepentingan umum

· Panitia pengadaan tanah dibentuk Oleh bupati/Walikota

· Tidak disebutkan sususnan kepanitiaan pengadaan tanah

· Jika musyawarah dengan pemilik lahan, tidak diatur bagaimana mekanisme selanjutanya

· Ganti rugi lahan hanya berupa uang, tanah pengganti, atau pemukiman kemba

· Memasukkan jalan tol sebagai salan satu Kategori bidang pembangunan Untuk kepentigan umum

· panitia pengadaan tanah juga dibentuk bupati/walikota, kecuali panitia pengadaan tanah daerah khusus ibukota Jakarta dibentuk Oleh gubernur

· Susunan kepanitian pengadaan tanah terdiri atas unsur perangkat daerah dan unsur badan pertanahan nasional

· Jika musyawarah dengan pemilik lahan tak tercapai, diberi batas waktu hingga 120 hari bagi pemilik lahan untuk menyerahkan lahan, jika tak juga diserahkan bisa ditempuh jalur konsiyasi

· Ganti rugi lahan berupa uang, tanah pengganti, pemukiman kembali, gabungan dari opsi-opsi tersebut, atau bentuk lain yang disetujui pemilik lahan

· Pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilakukan oleh pemerintah oleh menteri/kepala lembaga/kepala daerah sebelum proses pengadaan Badan Usaha. Teknis pelaksanaan akan di atur melalaui UU Pembebasan Tanah yang kini masih dalam prosese pembebasan lahan

Menurut Hilman, Perpres No 13 Tahun 2010 yang merupakan penyempurnaan Perpres No 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur masih perlu diperjelas. "Memang sudah ada drafnya di Kementerian PU (pekerjaan Umum). Tapi kan itu tidak mengatur pelaksanaan jalan tol yang lama," katanya.

Hilman, yang juga menjabat sebagai wakil direktur Utama PT Trans Lingkar Kita, sangat menyayangkan tidak adanya lembaga yang bertanggungjawab terkait pembebasan lahan.

"Pemerintah pusat, daerah, termasuk juga TPT (tim pembebasan tanah) dan pantia pembebasan tanah (P2T) saling lempar tanggung jawab kalau ada masalah," katanya.

Kondisi ini menyebabkan investor harus mengeluarkan biaya banyak karena tidak ada kepastian kapan pembebasan lahan selesai. "Sekitar 20 ruas tol yang sudah teken kontrak dengan pemerintah sekarang ini mangkrak. Sebab, pemerintah tidak memberikan kepastian masalah tanah," jelasnya.

Direktur Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Kota Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum Haris Batubara mengakui, Perpres 13 Tahun 2010 hanya untuk proyek-proyek yang akan ditenderkan pemerintah. Dalam perpres itu disebutkan, pembebasan tanah akan dikerjakan oleh pemerintah lewat APBN. Setelah tanah nanti bebas, pemerintah langsung menawarkan kepada investor yang berminat.

Investor tol Becakayu Didik Hari Wilopo mengusulan Perpres 13 Tahun 2010 seharusnya jika diberlakukan untuk proyek tol yang mangkrak. Pemerintah, kata dia, seharusnya membantu membebaskan tanah untuk proyek tol yang terbengkalai untuk menciptakan kepastian berusaha.

Ketidak jelasan soal pembebasan lahan, kata dia, menyebabkan harga tanah pada ruas tol yang ditenderkan naik hingga 321% dari estimasi awal. Ini terjadi hampir di seluruh ruas tol yang mencapai 20 titik, sehingga proyek itu mangkrak.


Tidak Efektif


Menurut Adityawarman, berbagai kebijakan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur tidak akan efektif jika tidak tidak ada aturan yang jelas mengenai tanah itu sendiri.

Ia mencontohkan, PT Jasa Marga Tbk saat ini membutuhkan enam hektare lahan untuk memindahkan gerbang tol Cikarang. Namun, hingga dua tahun lebih nasib pembebasan lahan itu belum jelas. "Bagaimana proyek tol lebih besar lagi kalau membebaskan enam hektare saja butuh waktu dua tahun lebih," ujarnya.

Pembangunan jalan tol sangat diperlukan untuk konektivitas daerah dan mengurangi kemacetan di kota-kota besar. "Bagaimana investor mau masuk ke Indonesia, kalau perjalanan dari Cikarang sampai ke Tanjung Priok butuh dua sampai tiga jam lebih karena macet," katanya.

Anggota ATI Tri Agus mengatakan, seharusnya pemerintah memberikan perhatian kepada ruas tol yang sudah berjalan, bukan proyek yang akan datang. Apalagi, pembangunan tol di Indonesia sangat lamban. Sejak 1996 sampai 2010, kata dia, jalan tol yang dibangun di Indonesia kurang dari 100 kilometer.

Berdasarkan data yang diolah Investor Daily, panjang jalan tol di Indonesia kalah jauh dengan Malaysia. Padahal, luas wilayah RI lebih dari enam kali lipat luas wilayah Malaysia. (Lihat tabel).

Untuk mempermudah pembebasan lahan, kata dia, pemerintah harus mempercepat revisi rencana tata ruang dan wilayah (RTRW). Lahan-lahan yang akan dipakai untuk kepentingan public harus segera di bebaskan sebelum jatuh ke tangan spekulan tanah. "

Tata Ruang Wilayah


Sekretaris Jenderat Pengurus Nasional Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Indonesia Bernardus R Djonoputro mengatakan, hingga saat ini, pemerintah daerah yang telah menetapkan Perda RTRW baru dua provinsi dan delapan kabupaten/kota.

"Sekitar 90% pemerintah daerah belum menyelesaikan persoalan RTRW. Pemerintah pusat harus proaktif karena waktu yang dijadwalkan oleh UU tinggal delapan bulan,"ujarnya, kemarin.

Berlarutnya penetapan RTRW, provinsi dan kabupaten/kota, kata dia, berpengaruh pada ikIim investasi dan pergerakan ekonomi daerah. Sebab, RTRW menjadi acuan investor dalam berinvestasi. "Kalau RTRW belum ditetapkan, investor menggunakan acuan hukum apa? Bisa-bisa setelah pabrik dibangun lalu digusur karena dinilai tidak sesuai RTRW," ungkapnya.

Keberadaan Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) yang berada di bawah komando Kementerian Koordinator Perekonomian, kata dia, perlu jemput bola agar revisi RTRW segera selesai.

Dirjen Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum Imam Santoso Ernawi mengakui lambannya revisi RTRW di sejumlah provinsi dan kabupaten/kota. Hal ini disebabkan terbatasnya sumber daya manusia (SDM) di daerah yang memahami mekanisme penyusunan RTRW.

Di tempat terpisah, Gubemur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang mengatakan, pembangunan daerah terhambat karena Undang-Undang (UU) Tata ruang di daerah dan pusat tumpang tindih. "Pembangunan daerah saaf ini terkendala UU Tata ruang Daerah," katanya.

Hal senada diungkapkan Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) Awang Farouk Ishak. Ia mencontohkan, pembangunan pabrik pupuk urea di Kaltim V terkendala karena tidak mendapat pasokan gas. Padahal, Kaltim adalah provinsi penyuplai gas nasional sebanyak 30%. Kami sampai mengemis untuk mendapatkan gas, katanya.

Sementara itu Wakil Gubernur Kaliman Barat (Kalbar), Christiandy Sanjaya menilai UU Tataruang di daerah sangat dibutuhkan agar tidak ada tumpang tindih kebijakan daerah

Dan Pusat "Jangan sampai, masyarakat Kalimantan tidak bisa mengembangkan daerahnya karena,terhambat ketidak jelasan UU Tataruang di daerah. Ada kasus, Kalbar tidak bisa membangun karena tidak punya stok kayu, kasus itu jangan terjadi lagi," keluhnya.

Sedangkan, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, pembangunan di daerah tidak ada kaitannya dengan UU Tata-ruang sebab, jika, pemda ingin membangun pembangkit listrik, jembatan atau jalan harus meminta izin kepada menteri kehutanan. "Pemda tinggal bilang ke Menhut Setelah mereka dapat izin, pemda sudah bisa membangun; "tegas Ratta. (raj)

Pemerintah Harus Tanggung Tol Mangkrak

Source : Investor Daily, Hal. 19 Wed, 21 Apr 2010

JAKARTA - Kalangan investor jalan tol meminta pemerintah segera menerbitkan peraturan menteri (permen) sebagai petunjuk operasionaI Perpres 13/2010 sebagai revisi Perpres 67/2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.

Dalam permen itu harus memasukkan klausul yang menyebutkan bahwa pembebasan lahan untuk proyek tol yang telah memiliki kontrak, namun progresnya tidak signifikan alias mangkrak juga ditanggung pemerintah.

Anggota Asosiasi Tol Indonesia (ATI) Hilman Muchsin mengungkapkan, pihaknya kecewa dengan adanya Perpres 13/2010 yang ternyata tidak berlaku surut Artinya, pemerintah hanya menanggung pembebasan lahan untuk proyek-proyek infrastruktur yang akan dating, yakni yang akan ditender dan yang sudah ditender, namun belum tanda tangan kontrak. Sedangkan untuk proyek-proyek yang sudah tanda tangan kontrak namun belum jalan karena terkendala lahan justru sama sekali tidak tersentuh.

"Saat ini, ada 20 ruas tol yang sudah teken kontrak, namun kelanjutannya tak jelas karena kendala lahan. Tapi ini justru tidak diakomodasi dalam Perpres 13/2010. Karena itu, kami minta pemerintah mengeluarkan permen yang mengatur khusus kelanjutkan proyek-proyek yang sudah kontrak tapi tak memiliki progres bagus, "kata Hilman di Jakarta, Selasa (20/4).

Menurut Hilman, pembebasan lahan tol memang sudah seharusnya ditanggung pemerintah guna menghindari tarif tol tinggi. Selama ini, biaya pembebasan lahan sepenuhnya ditanggung investor akibatnya biaya investasi investor pun besar. Untuk menutupi biaya yang telah dikeluarkan, tarif yang diberlakukan pun cenderung tinggi. Dampak lebih jauh, lalu lintas harian (LHR) tol bersangkutan minim, investor pun merugi. Sebagai contoh, tol Kanci-Pejagan, JORR WI (Kebun Jeruk-Penjaringan), Waru-Juanda, dan Bogor Ring Road.

"Kalau ditanggung pemerintah, tarif tol bisa lebih murah dan investasi yang dikeluarkan investor lebih cepat kembali. Tapi kalau ini tetap tak dilakukan pemerintah untuk tol-tol yang sudah teken kontrak, ya bisa jadi pembangunan jalan tol akan mandeg, "ujar di.

Pengurangan Masa Konsesi

Direktur Operasi PT Jasa Marga Tbk Adityawarman menambahkan, investor ke-20 ruas tol yang sudah teken kontrak, namun progres pembangunannya lamban siap mendapatkan pengurangan masa konsesi apabila pembebasan lahan menjadi tanggung jawab sepenuhnya pemerintah. Karena yang dibutuhkan investor saat ini adalah kepastian dari pemerintah untuk melanjutkan proyek-proyek yang minim progres itu.

"Investor ke-20 tol itu tak perlu masa konsesi hingga 40 tahun, 15 tahun saja cukup. Setelah masa konsesi habis, pemerintah akan menender proses pemeliharaannya kepada operator juga kami persilahkan. Yang terpenting saat ini adalah kepastian dari pemerintah. Investor siap lanjut, tapi butuh dukungan pemerintah untuk menanggung biaya lahan," kata Adityawarman.

Anggota ATI Didik Hariwilopo menambahkan, pemerintah perlu menyadari bahwa terealisasinya ke-20 tol itu bisa memberikan kontribusi signifikan bagi negara, yakni 1% setiap tahunnya terhadap pertumbuhan ekonomi. Asumsinya, ke-20 tol itu membutuhkan total investasi Rp100 triliun, dengan kebutuhan itu ditargetkan bisa memberikan penghematan biaya transportasi secara nasional mencapai Rp3,7 triliun per tahun.

"Kalau 20 tol mangkrak ini dibangun, kontribusinya akan besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain dari kontribusi itu, realisasi tol bisa menyerap tenaga kerja secara langsung hingga 900 ribu dan tenaga tak langsung dua juta orang," kata dia.

Di sisi lain, kata dia, realisasi ke-20 tol itu bisa menciptakan pemasukan pajak selama masa konsesi hingga Rp, 10 triliun dan terjadinya pengurangan biaya pemeliharaan jalan nontol sebesar Rp 500 miliar per tahun.

Siap Akomodasi

Dihubungi secara terpisah, Direktur Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Kota Ditjen Bina Marga Kementerian PU Haris Batubara mengungkapkan, pihaknya siap mengakomodasi keinginan para investor itu. Kini, Kementerian PU masih mengevaluasi secara menyeluruh terhadap 20 ruas tol tersebut Setelah evaluasi selesai, Kementerian PU akan membuat permen yang di dalamnya mengatur nasib ke-20 tol bersangkutan.



"Kalau 20 tol yang sudah kontrak nanti payung hukumnya memang permen. Dalam permen itu akan diatur, misalnya ruas tol yang investornya sudah tak sanggup untuk melanjutkan diperboIehkan untuk mencari mitra baru tanpa harus menunggu tol tersebut beroperasi," kata dia. (imm)



20 Proyek Tol Mangkrak

1. Cikopo-Palimanan

2. Depok-Antasari

3. Pejagan-Pemalang

4. Bekasi-Cawang-Kp. Melayu

5. Pemalang-Batang

6. JORR 2 (Kunciran-Serpong)

7. Batang-Semarang

8. JORR 2 (Cengkareng-Kunciran)

9. Kertosono-Mojokerto

10. JORR W2 (Ulujami-Kebon Jeruk)

11. Mojokerto-Surabaya

12. Cikarang-Tanjung Priok

13. Pasuruan-Probolinggo

14. Gempol-Pandaan

15. Ciawi-Sukabumi

16. Gempol-Pasuruan

17. Bogor Ring Road

18. Waru (aloha)-Wonokromo-Tanjung Perak

19. Semarang-solo

20. Cinere-Jagorawi

Selasa, 02 Maret 2010

Pria Lajang dan Gagal dalam Pernikahan, Lebih Rentan Stroke


Mewujudkan pernikahan yang bahagia memang mewujudkannya tak semudah yang dibayangkan. Namun,pria yang benar-benar bahagia dengan pernikahannya bisa menekan risiko stroke dibanding kerabat yang tidak berbahagia dalam menjalani mahligai rumah tangga mereka. Demikian diungkap sebuah riset yang dipublikasi University of Tel-Aviv.

Disebutkan dalam riset, pria lajang dan gagal mendapati pernikahan bahagia memiliki risiko besar mengalami stroke sebesar 64% ketimbang pria yang sukses meraih kebahagian dalam pernikahan. Para peneliti mengatakan pernikahan tidak bahagia juga memperbesar risiko pria terkena diabetes.

Hasil riset ini tak ayal mengejutkan peneliti. Pasalnya, para peneliti beranggapan kegagalan menjalani pernikahan seharusnya tidak berdampak secara langsung terhadap kesehatan pria. Riset sebelumnya mencatat resiko perempuan mengalami stroke bakalan berkurang jika ia menjalani pernikahan dengan bahagia.

Riset yang dilaksanakan oleh Israeli Ischemic Heart Disease Study in 1963 ini melibatkan 10.059 individu yang berkerja di bagian pelayanan publik atau pabrik. Selang dua tahun setelah riset pertama, tepatnya 1965, setiap sukarelawan ditanyakan kehidupan pernikahan mereka. Apakah berhasil atau tidak?

Dr Uri Goldbourt dari Tel Aviv University, mengatakan riset yang dilakukan menandakan betapa pentingnya keberhasilan menjalani sebuah hubungan bagi kaum pria. "Hasil analisa dari kesimpulan riset mencatat 3.6 % dari pria yang mengalami kegagalan pernikahan beresiko besar (64%) mengalami stroke ketimbang pria yang sukses menjalani pernikahan," ungkapnya kepada Telegraph.co.uk, Senin (1/3).

Ia menambahkan pihaknya tidak mengharapkan adanya kegagalan rumah tangga berdampak terhadap kesehatan pria."Pria lajang beresiko tinggi mengalami stroke, sama seperti pria yang gagal menjalani pernikahannya," kata dia.

Goldbourt menilai berdasarkan rataan usia meninggal dan status sosial ekonomi, obesitas, tekanan darah, kebiasaan merokok dan jumlah keluarga, merupakan faktor pemicu diabetes dan jantung. "Hal yang paling fatal adalah resiko stroke yang dialami pria dengan diabetes," tegasnya.

Walau demikian, Dr Goldbourt berpendapat riset terbaru cenderung memiliki beberapa kelemahan. "Telah terjadi kesalahan data dari stroke tidak beresiko dan beresiko, dan partisipasi penanganan secara medis setelah lima tahun riset berlangsung.

Selain itu, perempuan juga tidak dimasukan dalam riset. Sekalipun efek dari status pernikahan dan kesuksesan perempuan menjalani pernikahan tidaklah sama, riset pada perempuan mutlak diperlukan," pungkasnya.

http://www.republika.co.id/berita/105346/pria-lajang-dan-gagal-dalam-pernikahan-lebih-rentan-stroke

Senin, 01 Maret 2010

Tol Becakayu Jadi Dambaan Warga Bekasi



Warga Bekasi mendambakan beroperasinya tol Bekasi Cawang Kampung Melayu (Becakayu) untuk mengatasi kemacetan lalulintas di seputar kawasan Kalimalang.

Fachry, warga Bintara Jaya Bekasi Barat, di Bekasi, Jumat, mengatakan, setiap hari membutuhkan waktu satu setengah jam untuk sampai di kantornya disebuah bank swasta kawasan Salemba Jakarta.

"Mulai dari Kalimalang depan pasar Sumber Arta hingga ke perempatan Jatiwaringin pada pagi hari untuk masuk tol kendaraan sangat padat dan macet, begitu juga bila masuk melalui pintu tol Bekasi Barat," ujarnya, Jumat (27/11).

Bila tol Becakayu beroperasi maka pintu masuk tol akan dibangun di seputar kawasan Sumber Arta atau titik lain yang dekat dari Bintara Jaya hingga memudahkan ke Jakarta pusat melalui tol dalam kota Jakarta.

Kini kendaraan roda empat saat jam akan ke kantor dan pulang kantor mengalami kemacetan. Jalan didomonasi oleh kendaraan roda dua dan angkutan umum. "Jika nanti tol tersebut beroperasi maka kendaraan roda empat tidak akan menumpuk lagi di jalan Kalimalang disebabkan kendaraan bisa langsung masuk ke tol," ujarnya.

Anggota DPRD Kota Bekasi HS Mulyanto mengatakan akses jalan tol tersebut sangat penting bagi masyarakat Kota Bekasi yang bekerja di Jakarta. Dengan adanya jalan tol Becakayu tersebut maka akan bisa mengurai kemacetan yang ada di sepanjang Kali malang menuju Jakarta, disebabkan jalan ada kini sudah tidak mampu lagi menampung volume kendaraan.

Ia mengatakan pemerintah melalui PT Jasa Marga harus ikut mendanai pembangunan jalan tol tersebut dan bermitra dengan swasta lain disebabkan anggaran dana pembangunannya sangat besar. Jalan tol yang tiangnya sudah terpasang di sepanjang Kalimalang itu telah terhenti pengerjaannya sejak sebelum 2000 lalu akibat adanya krisis.

"Setahu saya untuk menyelesaikan jalan tol sepanjang 21 km itu diperlukan anggarannya sekitar Rp4 triliun dan pengerjaannya diharapkan bisa dilanjutkan kembali," ujarnya. (Ant/OL-03)

http://www.mediaindonesia.com/read/2009/11/27/108276/35/5/Tol-Becakayu-Jadi-Dambaan-Warga-Bekasi

NB :
Konstruksi jalan tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) yang sempat mangkrak sejak 1998 akibat krisis ekonomi akan segera dibangun. Investor proyek jalan tol ini, PT Kresna Kusuma Dyandra Marga akan mulai konstruksi tol senilai investasi Rp 5,74 triliun ini pada Maret nanti.

Direktur Utama Kresna Kusuma Dyandra Marga, Moertomo Basoeki, mengatakan pembangunan jalan tol sepanjang 21 kilometer ini akan dibagi dua tahap. Tahap satu ruas Jakasampurna (Bekasi Barat) -Kampung Melayu sepanjang 11 kilometer dan tahap dua ruas Jakasampurna - Duren Jaya (Bekasi Timur) sepanjang 10 kilometer.

"Masih ada 1 hektar lahan yang belum bebas di ruas tahap satu," kata Basoeki usai penekenan sindikasi pembiayaan di Jakarta hari ini. Namun pembebasan tanah itu tak sulit. Proyek tahap satu akan mulai beroperasi dengan sistem terbuka pada akhir 2009 dengan tarif kendaraan untuk golongan satu Rp 8000.

“Lalu lintas yang masuk ke jalan tol ini diprediksi mencapai 80-100 ribu kendaraan per hari,” kata Basoeki usai penekenan sindikasi pembiayaan di Jakarta, Rabu (16/1). Kresna memperoleh kredit senilai Rp 4,01 triliun dari sindikasi 14 bank dan satu perusahaan sekuritas.

Kamis, 18 Februari 2010

Jalan Tol dan Transportasi Massal Harus Seimbang


Pengamat transportasi dan infrastruktur dari Universitas Katolik (Unika) Sugiopranoto, Semarang, Joko Setyowarno, menyambut baik rencana pengoperasian perdana jalan tol Jalan Lingkar Barat W1 yang akan diresmikan Presiden SBY Senin (22/2).

Menurut Joko Setyowarno, ruas tol JBL W1 yang berfungsi menghubungkan interchange Penjaringan, Jakarta Utara, dan interchange Kebon Jeruk, Jakarta Barat, diharapkan secara signifikan bermanfaat untuk menekan probelm kemacetan yang telah menjadi momok bagi masyarakat.

Mengingat masih banyaknya jalan tol dalam kota yang masih dalam tahap perencanaan pengerjaan karena terkendala berbagai hal, Sugiopranoto meminta agar pembangunan jalan tol dalam kota hendaknya juga diseimbangkan dengan pembangunan sistem transportasi massal yang terpadu.

“Pembangunan jalan tol dalam kota bertujuan mengatasi kemacetan, seperti yang terjadi di kota besa Jakarta. Hendaknya pembangunan jalan tol diseimbangkan dengan pembangunan sistem transportasi massal yang terpadu. Kalau dua hal ini berjalan bersama-sama, saya kira problem kemacetan bisa teratasi,” kata Joko di Jakarta, Selasa.

Dikatakan Joko, pemerintah pusat dan Pemprov DKI Jakarta hendaknya mau meniru sistem pembangunan jalan tol dalam kota dan sistem tranportasi massal yang terpadu seperti yang ada di kota-kota besar di Eropa.

“Beberapa kota besar di Eropa seperti London, bisa mengatasi kemacetan karena pembangunan jalan tol dalam kota seimbang dengan pembangunan sistem transportasi massal yang terpadu,” jelas Joko.

Namun menurut Joko, tidak ada guananaya membangun jalan tol dalam kota, kalau kendaraan pribadi tetap bertambah. “Makin bertambahnya kendaraan pribadi disebabkan sistem transportasi massal kita tidak menarik simpati semua penduduk Jakarta, baik itu kelas menengah maupun kelas atas. Padahal kalau sistem transportasi kita bagus maka saya optimis semua kalangan masyarakat pasti tertarik untuk memanfaatkan kendaraan umum,” papar Joko.

“Pembangunan jalan tol dalam kota hendaknya tidak mengenyampingkan kenyamanan pengguna. Selain itu pembangunan jalan tol juga harus bisa menarik minat investor asing untuk berinvestasi di industri jalan tol,” terang Joko.

Selain itu tambahnya, percepatan pembangunan tol untuk luar kota seperti di pulau Sumatera dan pulau Kalimantan sangat diperlukan saat ini, untuk meningkatkan arus transportasi barang dan jasa antar kota-kota industri

“Pembangunan jalan tol di Sumatera dan Kalimantan perlu segera direalisasikan. Selama ini keluhan investor di dua pulau ini adalah soal biaya transportasi yang mahal karena kondisi jalan yang kurang baik sehingga menambah ongkos produksi,” urai Joko.

Sementara Presiden Direktur PT Jalan Lingkar Barat (JBL) Fatchur Rochman mengatakan, tol JBL W1 ini ditargetkan bisa memangkas kemacetan pintu tol Tomang-Tangerang, Jakarta Barat hingga 30%.

“Dengan adanya tol ini pengguna truk atau kendaraan lainnya tidak harus melewati Tomang untuk ke Tanjung Priok namun bisa melewati Penjaringan-Ancol dan Tanjung Priok maupun sebaliknya,” ujarnya.

Untuk diketahui panjang jalan tol ini 9,7 KM, dan dilengkapi sebanyak 6 pintu masuk dan juga dilengkapi 29 gardu dari arah Kebon Jeruk-Penjaringan atau sebaliknya dengan memakai sistem tol terbuka.(*edy/z)

http://matanews.com/2010/02/16/jalan-tol-dan-transportasi-massal-harus-seimbang/

Tol Baru Picu Investasi


Beroperasinya ruas-ruas tol baru seperti halnya jalan tol Lingkar Barat W-1 yang menghubungkan Interchange Penjaringan, Jakarta Utara – Interchange Kebon Jeruk, Jakarta Barat, dapat memicu pertumbuhan investasi asing di berbagai bidang, termasuk investasi jalan tol.

Hal tersebut ditegaskan ahli infrastruktur dari Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof. Dr. Mudrajat Kuncoro, saat dihubungi di Yogyakarta, Kamis (18/2).

“Dari dulu saya dukung pembangunan jalan tol dalam kota Jakarta, maupun jalan tol di daerah lainnya. Selain untuk memperlancar akses tranportasi, jalan tol dalam kota juga berfungsi untuk mengatasi problem kemacetan di Ibukota,” ujar Kuncoro.

Mudrajat menambahkan selain memperlancar akses transportasi dan mengatasi kemacetan, pembangunan jala tol juga diharapkan bisa menarik investasi asing.

Ia menyebutkan, wilayah Indonesia yang begitu luas, hingga saat ini belum semuanya terhubung oleh jalan tol. “Ini (jalan tol) sangatlah menarik bagi investor asing untuk berinvestasi di industri jalan tol. Apalagi kalau pemerintah menciptakan iklim investasi yang baik, seperti kemudahan pembebasan lahan,” jelasnya.

Mudrajat menyebutkan, salah satu proyek jalan tol yang perlu segera direalisasikan adalah ruas Semarang-Solo-Yogyakarta. soalnya, arus kendaraan di ruas ini semakin ramai dan bahkan sudah menimbulkan kemacetan yang panjang. “Jadi kalau ruas ini dibangun jalan tol maka prospek investasinya sangat bagus,” urai Mudrajat.

Selain itu kata Mudrajat pembangunan jalan tol Semarang-Solo-Jogjakarta juga adalah untuk menyeimbangkan pembangunan jalan tol agar tidak dititikberatkan di Jakarta dan sekitarnya.

JORR

Jalan Tol Lingkar Barat Satu (JLB) W-1 Kebun Jeruk-Penjaringan yang merupakan bagian tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) direncanakan beroperasi pada Senin (22/2) mendatang, dan ditargetkan mampu memangkas kemacetan di pintu tol Tomang-Tangerang hingga 30 persen.

Dengan adanya tol ini pengguna truk atau kendaraan lainnya tidak harus melewati Tomang untuk ke Tanjung Priok namun bisa melewati Penjaringan-Ancol dan Tanjung Priok maupun sebaliknya.

Jalan tol ini dibagaun oleh PT Jalan Lingkar Barat (JLB) W Satu dan ditargetkan bisa memangkas kemacetan pintu tol Tomang-Tangerang, Jakarta Barat hingga 30%. Dengan adanya tol ini pengguna truk atau kendaraan lainnya tidak harus melewati Tomang untuk ke Tanjung Priok namun bisa melewati Penjaringan-Ancol dan Tanjung Priok maupun sebaliknya.

Jalan tol sepanjang 9,7 KM ini yang dibangun PT Jalan Lingkar Barat W Satu ini, dilengkapi sebanyak 6 pintu masuk dan juga dilengkapi 29 gardu dari arah Kebon Jeruk-Penjaringan atau sebaliknya dengan memakai sistem tol terbuka.(*edy/bo)

http://matanews.com/2010/02/18/tol-baru-picu-investasi/

Industri Jalan Tol Dibutuhkan dan Dikritisi

Selain mempersingkat waktu tempuh, jalan tol juga menjadi arena aktivitas bisnis yang berdampak pada pembangunan ekonomi baik secara makro maupun secara mikro. Walau masih menyisahkan banyak persoalan, jalan tol tetap merupakan salah satu industri yang diminati investor.

Seperti diketahui bahwa industri jalan tol membutuhkan strategi pembangunan yang jitu agar proyeknya tidak rugi. Oleh karena itu dibutuhkan dana yang besar, tenaga dan investasi yang besar juga. Namun, belakangan keberadaan industri ini, mulai dihadapkan pada pelayanan yang dinalai masih rendah. Buntutnya operator jalan tol di seluruh Indonesia, yakni PT Jasa Marga seringkali dikritik oleh masyarakat.

Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi yang dihubungi di Jakarta, Rabu, Mengatakan, YLKI tidak bosan-bosannya mendesak pemerintah untuk menekan PT Jasa Marga agar memperhatikan soal pelayanan agar lebih ditingkatkan.

Karena menurut Tulus, sebagai pengguna jalan tol, warga masyarakat punya hak-hak yang harus dihormati. Menurut UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyebut beberapa hak konsumen, yakni: hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan, hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa, hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur, hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan, hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut, hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen, hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif, dan hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian.

Sementara itu operator jalan tol kata Tulus, memiliki kewajiban Standar pelayanan seperti, Kondisi jalan tol, Kecepatan tempuh rata-rata, Aksessibilitas, Mobilitas, Keselamatan, dan Unit pertolongan/penyelamatan dan bantuan pelayanan.

Oleh karenanya kata Tulus, operator jalan tol harus berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik dan menyadari betul bahwa sumber pendapatan adalah pemakai jalan. Pelayanan yang buruk berakibat pada minat pemakai jalan untuk menggunakan jalan tol. Atas dasar itu, betapa pentingnya mendengarkan dan memahami kebutuhan pengguna jalan tol.

Tulus juga meminta DPR sebagai pembuat UU, melakukan revisi atas Undang-Undang nomer 38 tahun 2004 tentang kenaikan tarif tol. Hal itu dilakukan untuk membuat pengelolaan jalan tol lebih transparan dan bisa menjadi alat untuk melayani masyarakat.

Dampak Ekonomi

Infrastruktur memiliki peran yang sangat penting dalam sistem perekonomian. Semakin baik keadaan infrastruktur, semakin baik pula pengaruhnya terhadap keadaan ekonomi. Infrastruktur merupakan urat nadi perekonomian, yang menentukan lancar atau tidaknya kegiatan perekonomian.

Menurut Ekonom Nawir Messie, pembangunan jalan tol membutuhkan dana yang cukup besar. Tapi demi tercapainya pembanguanan yang strategis dan terstruktur, pemerintah harus bisa mewujudkan mimpi masyarakat Indonesia dalam hal pemerataan pembangunan.

Nawier menambahkan pembangunan jalan tol didaerah perkotaan besar dan sekitarnya memang berpengaruh terhadap industri yang banyak berada di sekitar daerah perkotaan. Fungsi jalan tol adalah menghubungkan pusat produksi dengan pasar gobal, oleh karena itu untuk memudahkan aktifitas bisnis jalan tol menjadi alernatif untuk mempercepat arus keluar masuk barang

tetapi dalam hal ini Nawier mengkritik program pemerintah yang lebih fokus membangun jalan tol di daerah perkotaan, tanpa memperhatikan kondisi jalan-jalan di pedesaan yang sebenarnya sangat membantu masyarakat yang rata-rata miskin dalam meningkatkan aktifitas ekonomi mereka. sehingga dalam hal ini kesenjangan antara daerah perkotaan dan pedesaan sangatlah terasa.

“Pemerintah harus segera memperbaiki kondisi jalan antar desa di seluruh Indonesia” tegasnya. Alasannya adalah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang stabil dan pro rakyat haruslah dimuali dari pedesaan.

Sementara Pengamat Kebijakan Publik Faisal Baasir mengatakan, melihat kondisi saat ini, potensi industri jalan tol masih menjanjikan untuk lebih dikembangkan, sesuai dengan perkembangan tingkat perekonomian bagsa Indonesia saat ini.

Menurutnya, PT Jasa Marga selaku pengelola jalan tol awal di Indonesia, telah memberikan kontribusi yang besar dalam pembangunan jalan tol di negeri ini. Oleh karena itu, Faisal meminta setiap proyek pembangunan jalan tol yang dicanangkan harus benar-benar bertujuan untuk kepentingan umum.

Untuk itu kata Faisal, dalam beberapa hal kinerja PT Jasa Marga dan pengelola swasta lainnya, yang bertanggung jawab penuh terhadap seluruh proyek jalan tol masih dituntut kemaksimalannya dalam mengelola jalan tol. “Hal ini kita bisa saksikan jalan tol yang masih berlubang, kemacetan di jalan tol, dan adanya pungutan liar (pungli) di jalan tol”ungkapnya

Sedangkan Analis Ekonomi UI Avilliani mengatakan, pembangunan infrastruktur melalui industri jalan tol akan berdampak pada pembangunan ekonomi. Oleh karena itu menurutnya sebelum satu daerah berkeinginan membangun jalan tol maka yang paling penting adalah aktivitas ekonomi di daerah tersebut harus bisa memberikan kontribusi terhadap proyek jalan tol agar tidak rugi.

Dampak dari pembangunan jalan tol kata Aviliani, adalah semakin mudaknya akses tranportasi antar daerah, sehingga aktifitas bisnis berjalan dengan lancar. Tapi yang tentunya menggembirakan bahwa bagaimana bangsa ini bisa membangun proyek infrastuktur berskala besar di saat ekonomi lagi terpuruk.Oleh karena itu dibutuhkan disiplin, ketekunan dan kerja keras dari seluruh komponen bangsa.

Ditambahkannya bahwa apabila badan yang mengelola jalan tol kinerjanya bagus dan transparan, maka arus investasi di industri tol ini bisa berkembang. Dengan masuknya investasi asing ke industri jalan tol tentu berdampak pada pertumbuhan ekonomi.(*z/edy)

http://matanews.com/2009/07/29/industri-jalan-tol-dibutuhkan-dan-dikritisi/

Manfaat Ganda Jalan Tol


Industri jalan tol bisa menjadi salah satu alternatif perluasan lapangan kerja di Indonesia, jika dikelola dengan baik. Untuk itu, pemerintah harus mampu menghilangkan kesan, bahwa pembangunan jalan tol hanya untuk kepentingan investor dan kelompok tertentu saja. Dengan demikian, resistensi masyarakat terhadap pembangunan jalan tol dapat berkurang. Demikian dikatakan Analis Transportasi Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, Djoko Setijawarno, ketika dihubungi,Jumat.

Menurutnya, pembangunan jalan tol memang membawa dua dampak yakni keuntungan dan kerugian. Dampak keuntungnnya adalah terbukanya lapangan kerja dan meningkatkan aktivitas ekonomi rakyat sementara dampak kerugiannya adalah warga masyarakat di sepanjang jalan tol terancam kehidupanya karena tidak bisa berharap banyak dari penjualan barang dan jasa. “Oleh karenanya, tinggal bagaimana masyarakat kecil tersebut bisa diperhatikan pemerintah,” tegasnya.

Persoalan yang paling mengemuka dalam pembangunan jalan tol saat ini kata Djoko, adalah soal pembebasan lahan atau tanah. Meski pembangunan jalan tol peruntukannya untuk kepentingan umum, namun masih banyak rakyat yang tidak mau melepas tanahnya untuk kepentingan tersebut.
“Biasanya ini berkaitan dengan kepentingan dan motif ekonomi saja. Jika pembebasan lahan dan penetapan harga sesuai dengan UU, ditambah tim pembebasan lahan tol yang akomodatif saya rasa persoalan ini bisa teratasi,” ujar Djoko Setijawarno.

Lebih jauh menurut Djoko, mengingat industri jalan tol Jalan tol merupakan salah satu aset produktif yang cukup vital, pengelolaannya perlu melibatkan masyarakat luas, khususnya rakyat yang telah mengorbankan tanahnya untuk kepentingan umum tersebut. “Misalkan, di sepanjang jalan tol yang ada sekarang kita belum melihat adanya suatu kawasan yang dijadikan sebagai sentra bisnis bagi rakyat kecil,” ujarnya.

Saat ini kata Djoko, Yang terlihat perusahaan milik pengusaha raksasa, menegah dan asing. Alangkah baiknya jika pemerintah mau menyisihkan sebagian areal di sekitar jalan tol itu sebagai tempat pengembangan usaha kecil dan mikro. Mereka bisa mendirikan home industri, yang hasilnya ditampung oleh industri besar di kawasan tersebut.

Sebenarnya kata Djoko, jika pemerintah dan pengelola jalan tol mau, banyak peluang yang bisa dimanfaatkan untuk memberikan keuntungan bagi semua pihak, baik pengusaha, pemerintah, maupun masyarakat di sekitar jalan tol. “Masih banyak ruang kosong di bawah jalan tol yang belum dimanfaatkan. Kalau saja lokasi itu bisa dioptimalkan, tentu akan sangat bermanfaat bagi warga yang tergusur dan sekaligus nyaman untuk dipandang,” paparnya.

Terlepas dari itu semua, Djoko minta dua hal pada pemerintah sehubungan dengan pembangunan jalan tol, pertama, pembangunan jalan tol tidak menggunakan lahan pertanian begitu banyak karena sektor pertanian merupakan penopang ekonomi kita dan kedua, pemerintah kembali menengok pemakaian kereta api sebagai alat transportasi masal yang tepat guna.(*z/edy)

http://matanews.com/2009/08/12/manfaat-ganda-jalan-tol/

Wajah Indonesia di Lihat dari Jalan Nasional


Bicara tentang Jalan Nasional, Departemen Pekerjaan Umum merupakan pengambil kebijakan nasional untuk Jalan Nasional yang memakai dana APBN. Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi yang merupakan urat nadi kehidupan masyarakat mempunyai peranan penting dalam usaha pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam kerangka tersebut, jalan mempunyai peranan untuk mewujudkan sasaran pembangunan seperti pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi, dan perwujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung ekonomi, soisal budaya, lingkungan, politik, serta pertahanan dan keamanan. Dari aspek ekonomi, jalan sebagai modal sosial masyarakat merupakan katalisator diantara proses produksi, pasar, dan konsumen akhir. Dari aspek sosial budaya, keberadaan jalan membuka cakrawala masyarakat yang dapat menjadi wahana perubahan sosial, membangun toleransi, dan mencairkan sekat budaya. Dari aspek lingkungan, keberadaan jalan diperlukan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Dari aspek politik, keberadaan jalan menghubungkan dan mengikat antar daerah, sedangkan dari aspek pertahanan dan keamanan, keberadaan jalan memberikan akses dan mobilitas dalam penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan.

Melihat Negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, China dan Australia, seharusnya Indonesia berada di tengah-tengah untuk mempunyai transportasi yang baik, mengingat pandangan asing bagus atau tidak dari sarana transportasi bandara sampai stasiun yang mengantarkan kita sampai kepada tujuan.

Jalan raya dapat meningkatkan kegiatan ekonomi di suatu tempat karena menolong orang untuk pergi atau mengirim barang lebih cepat ke suatu tujuan. Dengan adanya jalan raya, komoditi dapat mengalir ke pasar setempat dan hasil ekonomi dari suatu tempat dapat dijual kepada pasaran di luar wilayah itu. Selain itu, jalan raya juga mengembangkan ekonomi lalu lintas di sepanjang lintasannya. Contohnya, di pertengahan lintasan jalan raya utama yang menghubungkan bandar-bandar besar, penduduk setempat dapat menjual makanan kepada supir truk yang kerap lewat di situ. Satu contoh yang baik bagi ekonomi lalu lintas dapat dilihat di pasar Machap, Johor Malaysia.

Singapura telah mengukir sejarah sebagai tuan rumah pertama di Asia dalam penyelenggara seri balap F1 yang digelar di ruas jalan raya pada tanggal 26-28 September 2008. Sejumlah pembalap kelas dunia seperti Kimi Raikkonen, Felipe Massa dan Lewis Hamilton akan beradu cepat menuntaskan 61 putaran di atas sirkuit jalan raya sepanjang 5,067 km yang memberikan banyak kesempatan menyalip dan belokan-belokan yang menantang saat pembalap memacu dengan kecepatan melebihi 300kph. Ini artinya struktur jalan di Singapura sangat bagus, tidak hanya itu, Jet tempur dan pesawat militer Singapura lainnya hari Minggu 30 November 2008, telah tinggal landas dan mendarat di jalan raya Singapura yang telah diubah menjadi landasan pacu alternatif, Latihan, yang membantu menyiapkan pasukan udara dalam kasus landasan normal tdak berfungsi, itu melatih kesiapan untuk menggunakan kekuatan udara tanpa gangguan di sepanjang waktu (Informasi dari Kementerian Pertahanan Singapura).

Seperti halnya Singapura, salah satu upaya membangun perekonomian ialah membangun jalan raya dan melancarkan jalan bagi pengangkutan barang, bahan baku, hasil produk maupun angkutan manusia. China melakukan dengan intensip sekali dan luar biasa pembangunan jalan ini. Kapan Indonesia meniru pembangunan seperti China?

Sejauh ini, sistem jalan raya, yang total panjangnya 35 ribu kilometer, telah dibentuk kata Menteri Komunikasi Li Shenglin, seperti dikutip Xinhua, di Beijing Ia mengatakan, China juga membangun jalan raya untuk lalu lintas kendaraan cepat dengan total sepanjang 5.000 kilometer dan pembangunannya diperluas di delapan jalan raya antar provinsi. Li menambahkan bahwa dukungan khusus akan diperluas untuk sejumlah wilayah di perbatasan dan wilayah yang masih miskin yang berada di wilayah kelompok minoritas.

Berbeda dengan China, Australia cepat sekali menjadi pengekspor penting untuk hasil pertanian dan mineral. Saat ini, dengan adanya sistem angkutan jalan raya, kereta api, angkutan laut dan udara yang efisien, terjadilah hubungan antara daerah pedalaman dengan daerah pantai di Australia dan terciptalah hubungan yang efisien dengan dunia luar.

Manajemen Jalan Raya

Masalah struktural besar Indonesial adalah serba terbatasnya kondisi infrastruktur. Infrastruktur itu sendiri dapat dipilah menjadi tiga bagian besar sebagai berikut:

1. Infrastruktur keras fisik (physical hard infrastructure) yang meliputi jalan raya, rel kereta api, bandara, dermaga dan pelabuhan, bendungan dan saluran irigasi, dan sebagainya.

2. Infrastruktur keras non fisik (nonphysical hard infrastructure) yang berkaitan dengan fungsi utilitas umum seperti ketersediaan air bersih berikut instalasi pengolahan air dan jaringan pipa penyaluran; pasokan listrik; jaringan telekomunikasi (telepon, internet); dan pasokan energi mulai dari minyak bumi, biodiesel, dan gas berikut jaringan pipa distribusinya.

3. Infrastruktur lunak (soft infrastructure) atau yang bisa pula disebut kerangka institutsional (kelembagaan) yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja), norma (khususnya yang telah dikembangkan dan dikodifikasikan menjadi peraturan hukum dan perundang-undangan), serta kualitas pelayanan umum yang disediakan oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah.

Ketiga jenis infrastruktur tersebut sama-sama memainkan peranan vital karena ketiganya merupakan wahana sekaligus instrumen guna menggerakkan ”mesin” perekonomian nasional. Infrastruktur merupakan penentu kelancaran dan akseslerasi pembangunan. Tersedianya fasilitas infrastruktur akan merangsang pembangunan di suatu daerah atau negara. Semakin cepat dan besar pembangunan ekonomi yang hendak digerakkan, semakin banyak fasilitas infrastruktur yang diperlukan. Tanpa ketersediaan infrastruktur yang memadai, dapat dipastikan suatu kegiatan ekonomi atau pembangunan pada umumnya akan berjalan tersendat-sendat. Dalam berbagai literatur kita telah mengetahui betapa infrastruktur memiliki sifat eksternalitas positif yang tinggi. Artinya, pengadaan suatu infrastruktur akan sangat memengaruhi secara positif (mendukung) perkembangan berbagai sektor ekonomi lainnya. Sebaliknya, keterbatasan infrastruktur jelas mengakibatkan pemanfaatan potensi dan sumber daya ekonomi menjadi tidak optimal, bahkan sulit berkembang hingga ke taraf yang diharapkan.

Infrastruktur keras fisik, pada dasarnya, seperti pembangunan jalan raya adalah proses pembukaan ruangan lalu lintas yang mengatasi pelbagai rintangan geografi. Proses ini melibatkan pengalihan muka bumi, pembangunan jembatan dan terowong, bahkan juga pengalihan tumbuh-tumbuhan. Pelbagai jenis mesin pembangun jalan akan digunakan untuk proses ini.

Muka bumi harus diuji untuk melihat kemampuannya untuk menampung beban kendaraan. Berikutnya, jika perlu, tanah yang lembut akan diganti dengan tanah yang lebih keras. Lapisan tanah ini akan menjadi lapisan dasar. Seterusnya di atas lapisan dasar ini akan dilapisi dengan satu lapisan lagi yang disebut lapisan permukaan. Biasanya lapisan permukaan dibuat dengan aspal ataupun semen.

Pengaliran air merupakan salah satu faktor yang harus diperhitungkan dalam pembangunan jalan raya. Air yang berkumpul di permukaan jalan raya setelah hujan tidak hanya membahayakan pengguna jalan raya, malahan akan mengikis dan merusakkan struktur jalan raya. Karena itu permukaan jalan raya sebenarnya tidak betul-betul rata, sebaliknya mempunyai landaian yang berarah ke selokan di pinggir jalan. Dengan demikian, air hujan akan mengalir kembali ke selokan.

Setelah itu retroflektor dipasang di tempat-tempat yang berbahaya seperti belokan yang tajam. Di permukaan jalan mungkin juga akan diletakkan “mata kucing”, yakni sejenis benda bersinar seperti batu yang “ditanamkan” di permukaan jalan raya. Fungsinya adalah untuk menandakan batas lintasan.

Pentingnya Dana Preservasi Jalan

Dana Preservasi jalan digunakan untuk pembiayaan pemeliharaan jalan yang rusak. Ada beberapa kegiatan dari masyarakat yang dapat digunakan sebagai momentum dipungutnya Dana Preservasi Jalan ini, yaitu antara lain melalui :

1. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ; nantinya masyarakat akan dikenakan pajak bensin atau pajak solar. Dalam praktek di Amerika, kendaraan yang berbahan bakar solar dikenakan pajak BBM yang lebih mahal dari pada kendaraan ber-BBM bensin. Hah ini didasarkan tonase kendaraan solar lebih besar dan berdaya rusak terhadap jalan juga lebih besar ketimbang mobil bensin.

2. Pajak Kendaraan Bermotor ; nantinya mungkin akan ada tambahan item dalam Pajak Kendaraan Bermotor yang biasanya kita bayar pada saat mengurus STNK di Samsat, baik pajak tahunan maupun pada saat memperpanjang STNK.

3. Pungutan Jalan ; penerapan Pungutan Jalan di jalan raya berpola Electronic Road Pricing (ERP), pemerintah daerah juga yang menetapkan besaran dan daerah mana saja yang terkena ERP.

Apapun bentuk tata cara dan mekanisme pengumpulan dan pemungutan Dana Preservasi Jalan ini, bagi pemilik kendaraan bermotor dalam rangka berpartisipasi di Dana Preservasi Jalan ini.

Selanjutnya dalam Undang-undang ini mengamanatkan Peraturan Pelaksanaan Undang-undang ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun. Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dibentuk paling lama 1 (satu) tahun. Unit pengelola Dana Preservasi Jalan harus berfungsi paling lama 1 (satu) tahun sejak Undang-undang ini berlaku (Pasal 323 UU RI No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan). Sedangkan Pusat Kendali Sistem Informasi dan Komunikasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dibentuk paling lama 2 (dua) tahun sejak Undang-undang ini berlaku (Pasal 322 UU RI No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Kesiapan SDM Indonesia

Seharusnya kita ini mempunyai sumber daya manusia transportasi yang professional sehingga bisa membawa manusia ke arah transportasi tersebut bisa berdisiplin. Apakah kita sudah demikian, jawaban adalah BELUM. Kenapa BELUM, karena masih terjadinya kemacetan, juga kita kurang berdisiplin dan kurang profesionalisme transportasi umum kita.

Ini adalah contoh paling nyata betapa infrastruktur keras fisik di negara kita begitu terbatas dan sama sekali tidak memadai seperti jalan raya darat. Sebagai pengguna jalan sehari-hari kebanyakan kita tentunya telah merasakan sendiri betapa lebar dan luas jalan raya berbagai kota kian terasa sempit dan sesak. Secara absolut, panjang jalan dan kualitas (peraspalan) sesungguhnya bertambah dari tahun ke tahun. Hanya saja, peningkatan tersebut tidak mencukupi dan bahkan dari waktu ke waktu kian tidak memadai untuk mendukung berbagai kegiatan ekonomi nasional. Dalam kalimat lain, peningkatan kualitas dan kuantitas jalan raya mengikuti deret hitung, sementara kebutuhannya meingkat dalam deret ukur. Akibatnya jelas, ketimpangan antara ketersediaan dan kebutuhan jalan raya kian timpang. Berbagai kota besar, bahkan menengah, di Indonesia kian tidak nyaman dihuni karena setiap kali bepergian kita dijebak oleh kemacetan lalu lintas. Catatan untuk Departemen Perhubungan, baik atau tidak pelayanan kepada masyarakat ditentukan oleh tidak adanya komplain masalah pelayanan. Apakah bisa memberikan 24 jam pelayanan yang aman, nyaman dan murah. Masalah jalanan dan pembangunan ekonomi, kalau selama ini belum bisa terpenuhi prasarana yang baik maka jangan berharap Negara ini bisa maju.

Penutup

Sudah selayaknya Indonesia mempunyai sarana transportasi yang nyaman, aman dan murah. Dengan demikian ada baiknya masyarakat mendukung jalan nasional atau jalan bebas hambatan (tol) tersebut. Inilah sebenarnya kebutuhan primer, karena seperti pergi kerja atau ke tempat tujuan lain, jalan raya disiapkan untuk masyarakat agar bisa hidup lebih sejahtera, disiplin seperti layaknya kita melihat di TV. Kita mempunyai sarana dan prasarana yang baik membuat kita harus bangga terhadap bangsa kita, kebutuhan ini satu paket, untuk itu belajar dari sejarah bangsa kita bagaimana memberikan contoh yang baik, dalam menciptakan kebijakan dan pelaksana infrastruktur jalan raya dan penggunaannya mulai dari Presiden sampai ketua RT.

Merupakan harapan kita bersama, sarana dan prasarana Transportasi dapat berubah, yang tadinya wajah Indonesia terkesan kacau dan amburadul, berubah menjadi wajah Indonesia yang tertib, bersih, nyaman dan Indah setaraf dengan negara-negara maju. Bagaimana pendapat rekan-rekan kompasianers? Wallahu alam bishshawab.

Jakarta, 19 Januari 2010

Adjie Massaid, SE

http://polhukam.kompasiana.com/2010/01/19/wajah-indonesia-di-lihat-dari-jalan-nasional/