Senin, 31 Agustus 2009

PERIODE 2005 – 2009, Realisasi Anggaran Infrastruktur Naik Hampir 300%


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengungkapkan, realisasi anggaran infrastruktur pemerintah pada 2005-2009 meningkat hampir 300% dari Rp 22,48 triliun pada 2005 menjadi Rp 62,88 triliun (2009).

”Biasanya, kenaikan itu akan berdampak pada peningkatan pertumbuhan yang semakin signifikan,” kata Sekretaris Menteri Negara PPN/Sestama Bappenas Syahrial Loetan kepada Investor Daily, di Jakarta, akhir pekan lalu.

Syahrial mengungkapkan, dari enam kementerian/lembaga (K/L) penerima anggaran infrastruktur, peningkatan anggaran yang cukup signifikan terjadi di Departemen Pekerjaan Umum (DPU) sebesar Rp 13,08 triliun (2005) menjadi Rp 34,98 triliun (2009), bahkan pada 2008 mencapai Rp 36,1 triliun.

”Anggaran infrastruktur terkecil terdapat di Kementerian Negara Perumahan Rakyat Rp 964,1 miliar pada 2009,” ujar dia.

Berdasarkan data pemerintah, kenaikan dana infrastruktur selama lima tahun terakhir tepatnya mencapai 279,7% atau setara Rp 40,4 triliun. Untuk anggaran infrastruktur 2010, masih akan dibahas lebih jauh oleh pemerintah dan DPR.

Pemerintah, kata Syahrial, berupaya meningkatkan anggaran infrastruktur guna mendekatkan angka rasio besaran anggaran infrastruktur terhadap produk domestik bruto (PDB) 5% seperti negara lain di dunia. ”Dengan begitu, standar infrastruktur kita menjadi lebih baik, dan mampu memberikan konfidensi bagi para investor untuk masuk ke Indonesia,” tutur dia.

Data Bappenas mencatat, enam K/L yang menyerap anggaran infrastruktur terbesar adalah Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dari Rp 3,29 triliun (2005) menjadi Rp 6,74 triliun (2009). Kedua, Departemen Perhubungan dari Rp 5,4 triliun (2005) menjadi Rp 16,98 triliun (2009). (lihat tabel)

Tawarkan Proyek Rp 326 T

Sementara itu, Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas mengatakan, pemerintah kini siap menawarkan sejumlah proyek infrastruktur senilai Rp 326 triliun kepada investor dari seluruh dunia. Proyek-proyek tersebut juga akan ditawarkan dalam forum United Nations Economic and Social Commission Asia Pasific (UNESCAP) yang beranggotakan 53 negara pada 2010.

Paskah mengakui, pemerintah pernah menawarkan proyek kerja sama pemerintah dan swasta dalam skema kerja sama pemerintah-swasta (public private partnership/PPP) kepada para investor. Namun, para investor meragukannya karena 90% proyek tersebut belum siap jual.

Itu sebabnya, kata paskah, pemerintah membagi proyek-proyek infrastruktur dalam beberapa kategori yang lebih jelas. ”Dalam UNESCAP itu kami akan fokus pada kebutuhan investasi proyek infrastruktur untuk empat sektor industri yang menyangkut hajat hidup orang banyak, yaitu energi, minyak dan gas, transportasi, serta teknologi informasi dan telekomunikasi,” papar dia.

Paskah menambahkan, kebutuhan investasi untuk infrastruktur pada 2009-2014 mencapai Rp 1.429 triliun atau sekitar 3% PDB. Angka tersebut diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi 5-7% per tahun.

Pengusaha Domestik

Menanggapi itu, Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Erwin Aksa mendorong pemerintah untuk melibatkan pengusaha domestik dalam menggarap sektor infrastruktur pemerintah. Karena itu, berbagai aturan pendukung harus segera dibenahi untuk menarik minat swasta berinvestasi di sektor infrastruktur.

”Pemerintah bisa memfokuskan peran swasta, khususnya untuk berinvestasi di sektor-sektor infrastruktur yang sudah berjalan,” kata dia.

Menurut Erwin, hal itu bisa dilakukan dengan menjual proyek pemerintah yang sudah eksis, mengingat banyak proyek baru pemerintah memiliki risiko cukup besar. Kondisi itulah yang menjadi pertimbangan investor swasta masuk ke sektor infrastruktur.

”Untuk proyek-proyek yang sudah berjalan, diperkirakan risikonya menjadi berkurang,” tutur dia.

Sementara itu, Wakil Ketua Kadin Bidang Investasi Chris Kanter mendorong pemerintahan baru dan DPR segera membentuk UU tentang pembebasan tanah untuk kepentingan publik.

”Kalau itu diprioritaskan, investasi ke sektor infrastruktur pemerintah akan lebih banyak. Dan yang jelas, dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi juga akan terasa secara signifikan melalui investasi yang masuk,” kata Chris. (raj)

01/09/2009 10:30:03 WIB
JAKARTA, INVESTOR DAILY

http://www.investorindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=68202&Itemid=

Aset Bank Syariah Global Melonjak 66%


Nilai aset 100 bank syariah terbesar di dunia pada 2008 tumbuh hingga 66% dibanding tahun sebelumnya. Hal ini terjadi justru pada saat dunia dilanda gejolak keuangan dan sejumlah bank besar dunia mengalami guncangan hebat.

Tahun lalu, total aset yang dikuasai oleh 100 bank syariah terbesar di dunia mencapai US$ 580 miliar, melonjak dari US$ 350 miliar pada 2007. Demikian laporan tahunan The Asian Banker, majalah bagi kalangan profesional keuagan, yang dipublikasikan pada Jumat (28/8) .

Pada periode yang sama, majalah itu juga melaporkan bahwa 300 bank terbesar di Asia membukukan tingkat kenaikan aset jauh lebih rendah yaitu hanya 13,4%.
Gejolak keuangan global yang dipicu oleh krisis pasar perumahan di Amerika Serikat (AS) telah menjalar ke segala penjuru dunia akhir tahun lalu. Kondisi ini berdampak pada kemerosotan ekonomi secara keseluruhan dan mengantarkan sejumlah negara ke jurang resesi.

Bahkan, bank investasi utama AS Lehman Brothers jatuh ke jurang kebangkrutan, sedangkan beberapa bank besar lain di AS dan Eropa menderita kerugian dalam jumlah yang besar.

“Meskipun gejolak keuangan pada akhir 2008 melumpuhkan banyak lembaga keuangan besar di Barat, sejumlah bank syariah terus tumbuh secara menonjol dan dengan nilai yang besar," jelas majalah tersebut dalam pernyataan persnya.

“Popularitas industri keuangan syariah telah melonjak secara tak terduga. Ini terlihat dari rezim regulasi perbankan syariah yang semakin kuat serta pemahaman dunia internasional yang lebih baik. Industri keuangan syariah berjalan dinamis,” ujar Emmanuel Daniel, presiden dan chief executive The Asian Banker, menambahkan.

Perbankan syariah menggabungkan prinsip-prinsip hukum Islam dan perbankan modern. Pendanaan berbankan syariah tidak diperkenankan berasal dari invetasi perusahaan yang berkaitan dengan tembakau, alkohol, dan perjudian. Sebaliknya dana perbankan syariah juga tidak diperbolehkan untuk membiayai tiga jenis kegiatan usaha tersebut.

Iran Menguasai

Sejumlah perbankan di Iran yang menjadi pemain utama di sektor perbankan syariah global, menguasai tujuh dari 10 rangking teratas dan 12 dari 100 rangking teratas perbankan syariah dunia. Namun, perbankan di Arab Saudi tercatat lebih mampu membukukan keuntungan.

Pada 2008, Al Rajhi Bank Arab Saudi membukukan pendapatan bersih tertinggi sebesar US$ 1,74 miliar, lebih besar dari lima kali pendapatan Bank Tejarat, bank di Iran dengan keuntungan paling besar.

The Asian Banker menyebutkan, bank-bank di Iran memberi kontribusi 40% dari total aset 100 bank syariah terbesar di dunia dan persentase yang sama berasal dari gabungan aset bank Uni Emirat Arab, Malaysia, Arab Saudi, dan Kuwait. Sedangkan sisanya dikontribusi oleh bank-bank kecil di 10 negara yang lain.

Berdasarkan laparan itu, di luar kawasan Timur Tengah, dua bank syariah di Inggris berhasil masuk dalam jajaran 100 bank syariah terbesar tersebut.

Menurut The Asian Banker, nilai asetperbankan di Asia dan Afrika Utara tergolong masih kecil dibanding pemain-pemain dari Timur Tengah. “Hanya bank syariah di Malaysia dan Bangladesh yang memiliki aset cukup signifikan," ujar majalah tersebut.

Indonesia, negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, hanya memasukkan dua bank dalam daftar 100 bank tersbesar tersebut. Pakistan memasukkan tiga bank, sementara Singapura—pusat keuangan Asia—dan Brunei Darussalam hanya memasukkan satu bank. (afp/ns)

30/08/2009 23:54:23 WIB

Oleh Nasori
SINGAPURA, INVESTOR DAILY

http://www.investorindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=68087&Itemid=

Minggu, 30 Agustus 2009

Benarkah Baja Ringan Ramah Lingkungan?

dari Majalah Techno Konstruksi
Oleh Iden Wildensyah


Baja ringan adalah baja canai dingin yang keras yang diproses kembali komposisi atom dan molekulnya, sehingga menjadi baja yang lebih fleksibel. Saat ini baja ringan menjadi material bangunan yang sedang trend, rangka atap baja ringan lebih dominan terkenal dibanding material baja ringan untuk struktur lainnya. Hal ini karena gencarnya iklan-iklan yang menawarkan produk rangka atap baja ringan menggantikan rangka atap dari material kayu. Mengingat kayu semakin hari semakin langka juga karena harga kayu yang relatif mahal, maka pemilihan material rangka atap baja ringan menjadi satu pilihan para kontraktor atau owner dalam membangun rumah. Selain karena faktor keawetan dan tahan rayap dan karat, rangka atap baja ringan mempunyai kelebihan yaitu kekuatan struktur yang lebih bagus, seperti lebih kuat, lebih kaku dibanding konstruksi kayu.

Disamping itu kemudahan dalam mendapatkan, kecepatan pemasangan, dan struktur yang kuat membuat rangka atap baja ringan terkenal. Teknologi dalam perencanaan dan pemasangan rangka atap baja ringan beragam sesuai dengan profil dari elemen kuda-kuda itu sendiri. Profil kuda-kuda rangka atap baja ringan yang beredar di pasaran terdiri dari C, Z, hollow dan UK atau profil Omega atau HAT. Tiap profil memiliki kelebihan-kelebihan serta perbedaan prinsip dalam dalam pemasangannya.

Elemen dasar Baja Ringan

Bahan dasar baja ringan adalah Carbon Steel, Carbon Steel adalah baja yang terdiri dari elemen-elemen yang prosentase maksimum selain bajanya sebagai berikut: 1.70% Carbon, 1.65% Manganese, 0.60% Silicon, 0.60% Copper. Carbon adalah unsur kimia dengan nomor atom 6, tingkat oksidasi 4.2 dan Mangan adalah unsur kimia dengan nomor atom 25, tingkat oksidasi 7.6423. Carbon dan Manganese adalah bahan pokok untuk meninggikan tegangan (strength) dari baja murni. Penambahan prosentase Carbon akan mempertinggi Yield Stress tetapi akan mengurangi daktilitas.

Rangka atap baja ringan yang diproduksi di Indonesia menggunakan bahan dasar baja dengan kekuatan G-550 Mpa atau setara dengan 5500 Megapascal sesuai standar AISI (American Iron and Steell Institute). Adapun coating (pelapis/pelindung) baja ringan dari karat yang beredar adalah zinc/galvanis, zincalume, dan zincalume dengan penambahan magnesium. Lapisan coating ini melindungi bahan dasar baja ringan dari karat.

Baja Ringan Ramah Lingkungan

Baja ringan diklaim memiliki sifat yang ramah lingkungan, karena menggunakan material yang bisa mengurangi pembalakan liar (illegal logging). Tidak jarang juga kita menemui brosur rangka atap baja ringan dengan kode ekolabel atau ramah lingkungan, label yang menjelaskan produk yang dijual adalah ramah terhadap lingkungan. Namun apakah benar ramah lingkungan? Untuk mengetahui hal itu, baiknya kita ketahui produk yang berlabel ramah lingkungan atau ekolabel.

Dalam situs Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia (www.menlh.go.id) dilansir bahwa Ekolabel merupakan salah satu sarana penyampaian informasi yang akurat,‘verifiable’ dan tidak menyesatkan kepada konsumen mengenai aspek lingkungan dari suatu produk (barang atau jasa), komponen atau kemasannya. Pemberian informasi tersebut pada umumnya bertujuan untuk mendorong permintaan dan penawaran produk ramah lingkungan di pasar yang juga mendorong perbaikan lingkungan secara berkelanjutan.

Ekolabel dapat berupa simbol, label atau pernyataan yang diterakan pada produk atau kemasan produk, atau pada informasi produk, buletin teknis, iklan, publikasi, pemasaran, media internet. Selain itu, informasi yang disampaikan dapat pula lebih lengkap dan mengandung informasi kuantitatif untuk aspek lingkungan tertentu yang terkait dengan produk tersebut. Ekolabel dapat dibuat oleh produsen, importir, distributor, pengusaha ‘retail’ atau pihak manapun yang mungkin memperoleh manfaat dari hal tersebut.

Tujuan dan Manfaat Ekolabel


Ekolabel dapat dimanfaatkan untuk mendorong konsumen agar memilih produk-produk yang memberikan dampak lingkungan yang lebih kecil dibandingkan produk lain yang sejenis. Penerapan ekolabel oleh para pelaku usaha dapat mendorong inovasi industri yang berwawasan lingkungan. Selain itu, ekolabel dapat memberikan citra yang positif bagi ‘brand’ produk maupun perusahaan yang memproduksi dan/atau mengedarkannya di pasar, yang sekaligus menjadi investasi bagi peningkatan daya saing di pasar.

Bagi konsumen, manfaat dari penerapan ekolabel adalah konsumen dapat memperoleh informasi mengenai dampak lingkungan dari produk yang akan dibeli/digunakannya. Karena kepentingan tersebut, konsumen juga memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam penerapan ekolabel dengan memberikan masukan dalam pemilihan kategori produk dan kriteria ekolabel. Penyediaan ekolabel bagi konsumen juga akan meningkatkan kepedulian dan kesadaran konsumen bahwa pengambilan keputusan dalam pemilihan produk tidak perlu hanya ditentukan oleh harga dan mutu saja, namun juga oleh faktor pertimbangan lingkungan.

Prinsip – Prinsip Ekolabel


Produk yang diberi ekolabel selayaknya adalah produk yang dalam daur hidupnya mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi, pendistribusian, penggunaan, dan pembuangan setelah penggunaan, memberi dampak lingkungan relatif lebih kecil dibandingkan produk lain yang sejenis. Ekolabel akan memberikan informasi kepada konsumen mengenai dampak lingkungan yang ada dalam suatu produk tertentu yang membedakannya dengan produk lain yang sejenis.

Ukuran keberhasilan ekolabel dapat dilihat dari adanya perbaikan kualitas lingkungan yang dapat dikaitkan langsung dengan produksi maupun produk yang telah mendapat ekolabel. Selain itu, tingkat peran serta dari kalangan pelaku usaha dalam menerapkan ekolabel juga menjadi indikator penting keberhasilan ekolabel.

Selain melihat bahan baku, sejumlah akolabel yang diberlakukan suatu negara (buyers) juga memerhatikan proses pembuatan serta kemampuan produk tersebut didaur ulang. Setiap ekolabel itu ada kriteria masing-masing. Bahkan, jenis bahan bakar apa yang digunakan serta proses limbahnya diolah seperti apa juga menjadi pertimbangan buyer membeli sebuah produk.

Penutup

Pemikiran tentang ramah lingkungan, ataupun recyclibility dalam penggunaan material baja ringan harus dipertegas kembali. Hendaknya setiap produsen dapat menjelaskan kepada konsumen tentang konsep tersebut, apakah karena material yang tidak akan menyisakan sampah? Atau bahan-bahan sisa yang bisa di recycle menjadi bahan lain yang berguna?

Walaupun demikian Jika di telusuri lebih jauh, secara umum baja ringan mungkin saja bisa mengurangi pembalakan liar karena bisa meminimalisir bahkan cenderung menghilangkan penggunaan material kayu dalam konstruksinya. Tapi sesuai dengan prinsip ekolabel bahwa produk yang diberi ekolabel selayaknya adalah produk yang dalam daur hidupnya mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi, pendistribusian, penggunaan, dan pembuangan setelah penggunaan, memberi dampak lingkungan relatif lebih kecil dibandingkan produk lain yang sejenis. Mudah-mudahan saja baja ringan menjadi alternatif penggunaan material bangunan masa depan yang lebih bisa diterima lingkungan karena daur hidupnya yang memberikan dampak yang kecil.

*), adalah Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan, Unpad.
Bekerja di Konstruksi Rangka Atap Baja Ringan di Bandung


Aug 24, 2008

http://penakayu.blogdrive.com/archive/127.html

Pembangunan Rel Diharapkan Sentuh Semua Pulau Besar


Cetak biru pembangunan rel di masa mendatang diharapkan dapat menyentuh seluruh pulau besar di Indonesia sehingga diharapkan pemda-pemda dapat melakukan kerjasama dengan investor untuk mewujudkan hal tersebut.

"Pemda-pemda di pulau-pulau besar itu diharapkan dapat melakukan kerjasama dengan investor untuk mewujudkan hal tersebut. Undang-undang perkeretaapian yang baru telah memungkinkan mewujudkan hal tersebut," kata Dirjen Perkeretaapian, Tunjung Inderawan kepada wartawan saat mendampingi Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal kunjungan kerja di PT Inka Madiun, Minggu, untuk persiapan angkutan lebaran.

Menurut dia, investasi untuk pembangunan rel sebenarmya tidak sebesar pembangunan jalan raya, karena pembangunan rel hanya membutuhkan lahan yang sedikit dan tidak merusak ekosistim lingkungan di daerah. "Pembangunan jalan rel hanya membutuhkan lahan yang sedikit tetapi penting untuk membangkitkan potensi perekonomian di daerah," katanya.

Pemerintah saat ini, katanya, baru melakukan rehabilitasi dan membuka rel-rel yang dulunya sudah ada yang kini sudah mati dan di samping itu, pemerintah juga sudah mengadakan kereta api komuter di beberapa di kota besar di P.Jawa dan Sumatra.

Menurut dia, hadirnya layanan kereta api komuter yang berjarak pendek terbukti sangat membantu masyarakat, terutama membantu masyarakat pedesaan dalam menjual produksinya untuk dijual di kota dengan biaya murah.

Dalam pembangunan perkeretaapian jangka panjang tersebut, saat ini sudah dipelopori oleh beberapa pemda seperti Pemda Bengkulu dan di Kalimantan Timur yang membangun rel dengan perusahaan swasta batubara. “Tinggal bagaimana pemda bisa mangadakan lokomotif yang harganya murah yang saat ini satu setnya sebesar Rp 20 miliar,” katanya.

Industri KA


Sementara itu, Menhub Jusman Syafii Djamal dalam sambutannya dengan para pejabat PT Inka Madiun mengatakan, pemerintah selain terus meningkatkan industri kereta api seperti Inka, pemerintah juga terus meningkatkan balai-balai yasa atau bengkel-bengkel kereta api yang ada.

"Karena balai-balai yasa tersebut mempunyai peranan penting sebagai pusat perawatan kereta api. Dari jumlah 170 lokomotif pada umumnya sudah berumur tua, tetapi dengan perawatan yang terjadwal kareta api tersebut meskipun sudah tua tapi masih produktif," katanya.

Setelah mendengar laporan dari pejabat PT Inka tahun ini sudah mampu memproduksi 75 set kereta api, Menhub mengucapkan selamat dengan umurnya baru 28 tahun, Inka sudah mampu memproduksi 75 KA, meningkat 50% lebih dibanding dengan tahun sebelumnya. (ant/gor)

31/08/2009 10:15:30 WIB
JAKARTA, investorindonesia.com

http://www.investorindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=68117&Itemid=33

Jumat, 28 Agustus 2009

Defisit AS Diperkirakan 82% dari PDB



Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengharapkan defisit anggaran selama 10 tahun akan mencapai US$9 triliun. Seperti yang diungkapkan oleh administrasi Obama pada cnn.com, (defisit) lebih tinggi sebesar US$2 triliun yang diperkirakan pada tahun ini.


“Resesi lebih tajam dari yang diperkirakan, tentunya program-program belanja (seperti asuransi pengangguran dan makanan) adalah proyek yang secara otomatis menambah (pengeluaran) dan pendapatan otomatis akan berkurang,”
ungkap Peter Orszag, direktur kantor manajemen dan anggaran yang dikutip dari cnn.com.

Kabar yang beredar defisit anggaran berlipat ganda dari yang tercatat pada tahun 2008 yang sebesar 41%. Dikutip dari cnn.com, defisit yang besar, akumulasi defisit seluruh tahun pada dekade ini yang diperkirakan mencapai 82% dari produk domestik bruto (PDB).

Sebagai informasi perbandingan, defisit anggaran di AS mencapai sekitar 30% dari PDB pada tahun anggaran 1942/1943 dan pada tahun anggaran berikutnya defisit masih bertahan di atas 20%, tepatnya pada dua tahun anggaran berikutnya. Tahun tersebut adalah masa ekonomi yang sedang mengalami gejolak resesi tahun 1940-an.

Arif Hatta (Hatta@wartaekonomi.com)

Rabu, 26 Agustus 2009 13:44
http://www.wartaekonomi.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2930:defisit-as-diperkirakan-82-dari-pdb-&catid=53:aumum

ASIA PALING CEPAT, Pemulihan Penuh Ekonomi Global Butuh Dua Tahun

Belanja stimulus ekonomi yang agresif oleh sejumlah negara telah membantu dunia terhindar dari Great Depression jilid dua. Kendati demikian, pemulihan ekonomi dunia secara penuh masih membutuhkan waktu sedikitnya dua tahun. Demikian dikemukakan pemenang Hadiah Nobel bidang ekonomi Paul Krugman di Kuala Lumpur, Senin (10/8).

Krugman menyatakan, kondisi terburuk krisis global telah berlalu, karena pertumbuhan ekonomi dan ekspor tengah menunjukkan tanda-tanda stabilisasi. “Kendati demikian, pemulihan itu mungkin ‘mengecewakan’ karena belanja pemerintah tidak akan berlanjut untuk jangka panjang dan tingkat pengangguran masih tetap tinggi,” ujar dia dalam konferensi dua hari tentang pasar modal dunia.

Dalam pemulihan ekonomi kali ini, menurut Krugman, tidak akan terjadi ‘semacam mukjizat’ seperti pemulihan pada krisis keuangan Asia pada 1997-1998. Saat itu, ekonomi sejumlah negara di kawasan Asia kembali tumbuh secara dramatis karena ditopang permintaan ekspor yang melonjak.

"Kita telah berhasil mengelola keadaan untuk terhindar dari Great Depression kedua. Tapi, pemulihan ekonomi sepenuhnya paling tidak membutuhkan waktu dua tahun atau bahkan kemungkinan lebih," ujar Krugman. Ia melihat, Asia akan menjadi kawasan yang pulih paling cepat, baru kemudian disusul Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Pemulihan itu terutama didorong oleh pemulihan ekspor manufaktur.

Sejumlah tanda mulai menunjukkan kemungkinan bahwa resesi ekonomi akan berakhir, di antaranya laporan Depertemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (7/8) lalu. Laporan itu menyebutkan, tingkat pengangguran di kekuatan ekonomi terbesar di dunia itu menurun untuk pertama kali dalam 15 bulan terakhir.

Tingkat pengangguran di AS secara mengejutkan turun menjadi 9,4% pada Juli 2009. Hal ini terjadi setelah laju penambahan pengangguran pada periode tersebut melambat menjadi 247 ribu orang. Penambahan ini terendah dalam setahun terakhir dan jauh lebih sedikit dari penambahan Juni 2009 yang mencapai 443 ribu orang.

Berdasarkan data terbaru ini, total jumlah pengangguran di AS turun tajam menjadi 14,46 juta dari sebelum 14,73 juta orang pada Juni lalu. Sejak resesi yang dimulai pada Desember 2007, jumlah lapangan kerja di AS telah merosot hingga 6,7 juta.

Selama Juli 2009, penambahan angka pengangguran tetap besar, meski tidak sebesar bulan-bulan sebelumnya. Penambahan pengangguran pada Juli 2008 hanya separuh dari rata-rata penambahan angka pengangguran selama periode November hingga April 2009 yang mencapai 645 ribu per bulan.

Masih Ada Ruang


Sebelumnya, Presiden AS Barack Obama telah meminta kepada rakyat AS untuk bersabar dan memberi waktu bagi paket stimulus ekonomi senilai US$ 787 miliar bagi pemangkasan pajak dan peningkatan belanja pemerintah untuk bekerja. Pasalnya, sebagian besar dari stimulus tersebut baru akan dicairkan pada 2010.

Krugman berpendapat, masih ada ruang bagi pemerintah AS untuk meningkatkan belanja guna mendongkrak pertumbuhan, meskipun mulai muncul keprihatinan terhadap defisit anggaran yang membengkak.

Ia menyatakan, dibutuhkan restrukturisasi terhadap sistem ekonomi global dan pemberlakuan peraturan yang lebih ketat untuk menghindari berulangnya krisis ekonomi. Namun, ia menyayangkan momentum untuk melakukan reformasi yang kini mulai memudar.

"Saya melihat tidak ada kemauan politik untuk melakukan itu. Saya menduga, karena masih ada sejumlah orang cerdik yang dapat menghasilkan banyak uang dari sistem yang ada beberapa tahun mendatang," ujar pengajar Princeton University ini.

Baru-baru ini, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mendesak regulator-regulator di seluruh belahan dunia untuk bersatu menciptakan sistem yang harmonis, berkelanjutan, dan pengawasan yang efektif untuk menghindari goncangan pasar pada masa mendatang. (ap/afp)
11/08/2009 23:28:07 WIB
Oleh Nasori
KUALA LUMPUR, INVESTOR DAILY

http://www.investorindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=67082&Itemid=

*********************************************************************

Asia Berpotensi Jadi Contoh Kemajuan Dunia

Presiden Asian Parliamentary Assembly (APA) Agung Laksono menilai Asia memiliki potensi untuk tampil sebagai kekuatan global dan dapat menjadi contoh kemajuan bagi bangsa-bangsa lain di dunia.

“Krisis keuangan dan ekonomi global yang berawal di Amerika Serikat telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Hal ini tidak terlepas dari upaya dan daya tahan ekonomi Asia," ujar Agung yang juga Ketua DPR saat membuka persidangan Executive Council APA di Jakarta, Selasa.

DPR RI kembali menjadi tuan rumah penyelenggaraan sidang APA yang akan berlangsung pada 11-12 Agustus 2009 di Jakarta.

Oleh karena itu, ia menambahkan, sudah saatnya potensi ekonomi Asia ini menjadi dasar untuk menggantikan kepemimpinan global yang selama ini selalu berasal dari Barat.

Lebih lanjut Agung mengatakan bahwa kemajuan pembangunan ekonomi di Asia itu sesungguhnya tidak dapat dipisahkan dari pembangunan politik yang didasarkan pada prinsip-prinsip demokrasi dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.

Karenanya pula, masih kata Agung, Asia juga dapat menjadi contoh yang baik tanpa harus meninggalkan nilai-nilai dan budaya yang dijunjung tinggi rakyatnya.

Walaupun Asia mempunyai potensi besar menjadi contoh kemajuan bangsa-bangsa di dunia, Agung juga mengakui di kawasan itu tersimpan sejumlah persoalan serius.

"Kawasan Asia yang begitu luas dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, disamping sebagai aset dan mengandung potensi penting, juga mengandung sejumlah besar permasalahan," ujarnya.

Di Asia pula dijumpai setumpuk persoalan serius seperti kemiskinan, krisis pangan, penyakit pandemik hingga degradasi lingkungan yang akut.

Terkait dengan hal itu, menurut Agung, anggota-anggota parlemen Asia sebagai wakil rakyat Asia memikul tanggungjawab besar untuk membantu mencari solusi persoalan itu.

Dalam persidangan Executive Council APA kali ini, para delegasi yang merupakan anggota-anggota parlemen dari 18 negara anggota APA itu akan membahas sejumlah draft resolusi.

Sejumlah pokok bahasan itu diantaranya tentang integrasi pasar energi Asia, pemberantasan korupsi di Asia, pengentasan kemiskinan di Asia, berbagai isu lingkungan, globalisasi, kesehatan, kebudayaan dan upaya-upaya perkuatan kerjasama APA dengan pemerintahan di negara-negara anggotanya. APA beranggotakan 39 negara dan saat ini Presiden APA dijabat oleh Indonesia hingga tahun 2010. (ant/gor)

11/08/2009 12:14:21 WIB
JAKARTA, investorindonesia.com

http://www.investorindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=67026&Itemid=28

Pemerintah akan Gunakan Dana APBN Antisipasi SRIP

Departemen Pekerjaan Umum (PU) akan menggunakan dana APBN untuk menutup biaya perbaikan jalan nasional yang seharusnya mempergunakan pinjaman luar negeri, Strategic Road Infrastructure Project (SRIP) Bank Dunia yang belum juga dicairkan.

"Kebutuhan sudah sangat mendesak, tidak mungkin jalan itu dibiarkan rusak sehingga kami berinisiatif mengggunakan dana APBN," kata Dirjen Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, Hermanto Dardak di Jakarta, Rabu, saat diminta tanggapan soal dana SRIP.

Sementara dana SRIP yang seharusnya dipergunakan di daerah itu akan didistribusikan di daerah-daerah lainnya, prosedur ini dimungkinkan. “Sebab kalau terus menunggu yang akan dikorbankan pengguna jalan,” ujarya.

Menteri PU Djoko Kirmanto mengatakan, semula pihaknya berniat untuk membatalkan penggunaan SRIP, tetapi karena dana SRIP sudah terkontrak, maka tetap harus dijalankan dan tidak dapat dibatalkan.

"Saya jengkel juga dana itu belum cair. Saya sudah bilang tidak jadi pakai, tetapi karena sudah terikat kontrak, maka harus berjalan,” kata dia.

Dana SRIP yang tercatat sudah ada dalam program PU 2009 tercatat rupiah murni sebesar Rp 73,23 miliar dan pinjaman utang luar negeri sebesar Rp 148,65 miliar. Dana ini digunakan untuk jalan strategis.

Salah satu Ruas jalan yang ditangani dengan SRIP adalah pantura pada Jalan Brebes - Tegal (Losari - Tegal). Namun, sampai sekarang dana belum cair, membuat upaya penanganan berjalan tidak maksimal.

Meski dana SRIP tersebut belum cair kata Djoko, pemerintah akan tetap mengupayakan agar ruas pantura tetap dapat dilalui. Selain itu, jika SRIP disetujui kemungkinan baru dapat dimanfaatkan secara langsung di lapangan memerlukan waktu setahun kemudian.

Oleh sebab itu, kata dia, pemerintah akan menggunakan dana APBN agar ruas itu dapat dilewati saat H-10 Lebaran, kalau menunggu dana SRIP kondisi jalan akan semakin rusak dan akan menyulitkan pengguna jalan yang akan pulang mudik. (ant/gor)

26/08/2009 13:29:51 WIB
JAKARTA, investorindonesia.com

http://www.investorindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=67864&Itemid=33

Tarif Tol Sedyatmo Akan Turun Rp 1.000

Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) akan menurunkan tarif tol Sedyatmo (menuju Bandara Soekarno-Hatta) sebesar Rp 1.000, yakni dari Rp 5.500 menjadi Rp 4.500, per 4 September 2009. Itu dilakukan menyusul pemberlakuan sistem terbuka (open system) untuk tol tersebut.

Kepala BPJT Nurdin Manurung mengatakan, perubahan sistem transaksi dari tertutup menjadi terbuka diharapkan bisa mengatasi kemacetan di jalur padat tersebut. Selama ini, dengan sistem tertutup yang mengharuskan dua kali transaksi per pengguna tol, menyebabkan tol tersebut selalu diwarnai kemacetan.

“Karena dengan sistem terbuka hanya terjadi satu kali transaksi, tarifnya menjadi Rp 4.500 untuk jarak jauh-dekat. Kami sudah usulkan hal itu ke Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto, tinggal menunggu persetujuan saja,” kata Nurdin, usai rapat gabungan Komisi V DPR dengan Departemen PU dan Departemen Perhubungan, di Jakarta, Kamis (27/8).

Menurut dia, saat ini setiap pengguna jalan tol yang menuju Bandara Soekarno-Hatta masih menggunakan dua pintu tol, yang satu milik Jasa Marga dan satunya lagi milik PT Citra Marga Nushapala Persada (CMNP). Kedua operator tol tersebut sudah menyatakan persetujuannya. Bahkan, Jasa Marga sudah siap menggunakan open system. "Kedua operator tidak ada yang dirugikan, dengan penurunan tarif tol Sedyatmo, karena mereka juga diuntungkan dengan tarif pendeknya. Tol ini jauh dekat sama tarifnya," kata Nurdin.

Nurdin Manurung menjelaskan, pemberlakuan penurunan tarif tersebut akan dilakukan bersamaan dengan kenaikan tarif beberapa ruas tol pada 4 September 2009. Pengumuman tarif itu sendiri akan dilakukan BPJT pada awal September. Sejauh ini, PT Jasa Marga Tbk selaku operator tol tersebut juga telah menyetujui pemberlakuan sistem itu.

Lakukan Persiapan


Sebelumnya, Direktur Utama PT Jasa Marga (Persero) Tbk Frans Sunito mengakui, kondisi tol Sedyatmo saat ini sangat padat. Karena itu, dalam meningkatkan kelancaran tol Sedyatmo, diperlukan hanya satu kali transaksi dan tidak perlu bayar dua kali seperti selama ini. "Sistem terbuka ini untuk memperlancar arus kendaraan yang menuju ke bandara lebih cepat," ujar dia.

Direktur Operasi PT Jasa Marga Adityawarman menambahkan, gerbang tol yang akan digunakan untuk open system tersebut sudah siap, tinggal menunggu keputusan pemerintah saja.

Tidak itu saja, kata Adityawarman, saat ini Jasa Marga sedang melebarkan jalan tol Sedyatmo menjadi tiga lajur mendekati pintu gerbang tol Cengkareng dan diharapkan dalam waktu dua bulan selesai. Sekarang ini sedang dikerjakan konstruksinya.

Dengan adanya sekali transaksi, kata dia, diharapkan dapat memperlancar arus kendaraan di jalan tol Sedyatmo, terutama pada jam-jam tertentu yang sering mengalami kemacetan. "Jadi, kalau kita masuk dari tol Dalam Kota hanya sekali saja kita lakukan transaksi, tidak seperti selama ini dua kali," katanya. (imm)

28/08/2009 21:34:26 WIB

JAKARTA, INVESTOR DAILY

http://www.investorindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=68069&Itemid=

Rabu, 26 Agustus 2009

Sistem Ekonomi: Neoliberalisme vs Ekonomi Kerakyatan

Berbeda dengan neoliberalisme yang merupakan kumpulan pemikiran tentang relasi antara pasar dan negara dalam suatu pasar yang bercorakkan kapitalisme, ekonomi kerakyatan lebih merupakan kumpulan pemikiran tentang sebuah orientasi kebijakan yang lebih berpihak kepada rakyat jelata, baik dari sisi konsumsi dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar dan pokok, maupun di sisi produksi dengan berpihak kepada usaha kecil dan menengah.

Akhir-akhir ini publik sering mendengar istilah “neolib”. Istilah ini sering menjadi kambing hitam. Bencana gempa dikatakan disebabkan oleh neolib. Jatuhnya pesawat juga disebabkan oleh neolib. Bahkan, seorang profesor mengatakan maraknya kasus mutilasi yang terjadi juga karena neolib.

Lalu, makhluk apakah neolib itu ? Apakah ia kurus atau gemuk, tinggi atau pendek, cantik atau jelek? Tampaknya, belum ada definisi yang jelas mengenai neolib. Jika dicari melalui internet, orang akan memperoleh banyak sekali definisi mengenai neolib. Namun, hampir di seluruh buku teks pelajaran ekonomi nyaris tidak ditemukan definisi yang jelas mengenai neolib. Seburuk itukah reputasi neolib? Ataukah justru neolib merupakan sistem ekonomi yang tampak buruk di luar, tetapi cantik di dalam?
Sementara itu, ekonomi kerakyatan kini menjadi pahlawan. Hampir semua program ekonomi calon presiden dan wakil presiden menekankan pada ekonomi kerakyatan. Ekonomi kerakyatan dianggap sebagai sistem ekonomi yang khas Indonesia dan sangat sesuai untuk Indonesia. Namun, apakah benar seperti itu keadaannya? Secantik itukah ekonomi kerakyatan? Apakah memang ekonomi ini merupakan sistem yang paling sesuai?

Neoliberalisme

Neoliberalisme muncul pada akhir 1960-an, yang dilatarbelakangi oleh beragam kegagalan kebijakan ekonomi teknokratis dan intervensionis yang melahirkan ketidakpuasan dan konflik kepentingan. Seperti halnya pemikiran-pemikiran ekonomi lainnya, kemunculan neoliberalisme dipicu krisis berupa stagflasi pada 1970-an di negara-negara maju yang memberi angin haluan ini untuk menyerang balik kubu prointervensi dan membawa kembali sebagai wacana kebijakan ekonomi dominan.

Kebijakan neoliberal sukses mengurangi inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi di beberapa negara. Perekonomian Inggris membaik setelah Margareth Thatcher menjadi Perdana Menteri Inggris pada tahun 1979. Demikian pula kepemimpinan Ronald Reagan di Amerika Serikat selama dua periode (1981–1989), yang berhasil menurunkan inflasi dan pengangguran. Keduanya menerapkan kebijakan yang sama, yaitu privatisasi, deregulasi, serta pengurangan pajak dan subsidi.

Neoliberalisme sendiri bukan merupakan satu teori besar, melainkan merupakan hedging dari serpihan-serpihan beberapa teori kontemporer anti-intervensi yang dikembangkan pada konteks historis, politis, dan institusi tertentu. Maka, neolib dapat dikatakan merupakan revival pemikiran ekonomi klasik yang mengadvokasi pasar bebas, kebebasan individu, dan intervensi negara, minimal dalam perekonomian, yang merupakan kumpulan teori tentang relasi antarnegara, pasar, individu, dan masyarakat dalam sebuah sistem perekonomian yang berlandaskan kapitalisme.
Beberapa pokok pemikiran dari neolib dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Monetaris

Ini adalah kelompok teori yang paling dikenal dalam kelompok neolib, dengan berpijak pada asumsi adaptive dan rational expectation, market clearing Walrasian (ketika supply sama dengan demand/titik ekuilibrium), serta money neutrality (perubahan dalam jumlah uang yang beredar hanya memengaruhi variabel nominal, bukan variabel riil) dalam jangka pendek dan money non-neutrality dalam jangka panjang.

2. Penolakan terhadap Perencanaan Terpusat

Argumen ini menentang sebuah perencanaan ekonomi terpusat oleh negara. Dasar argumen ini adalah bahwa perencanaan terpusat pada sebuah perekonomian yang modern dan kompleks dan terus-menerus berubah akan membutuhkan informasi di luar kemampuan sebuah negara. Mereka berpendapat bahwa yang mampu untuk memenuhi kebutuhan informasi itu adalah rivalitas individu dan pencari untung. Sehingga, dapat dikatakan secara ekstrem semua bentuk intervensi negara akan gagal atau mengancam kemerdekaan. Argumen ini telah diterima secara luas, bahkan oleh kelompok yang prointervensi.

3. Kekakuan Lembaga

Teori ini merupakan ekspansi lebih jauh lagi dari argumen yang menentang sebuah perencanaan terpusat dan campur tangan negara. Argumen ini mengatakan bahwa setiap bentuk kelembagaan yang sengaja diciptakan untuk memberikan keuntungan tertentu pada kelompok tertentu atau pada perekonomian (proteksi perdagangan, kebijakan upah minimum, atau jaring pengaman sosial) cenderung menciptakan kekakuan pada jangka panjang.

4. Principal Agent Model of Bureaucracy

Asumsi maksimasi harus diterapkan secara simetrik baik terhadap agen dari sektor swasta maupun publik. Asumsi ini bukan hanya merendahkan kepercayaan publik terhadap birokrasi, tetapi juga menggugat asumsi negara kesejahteraan yang menisbatkan netralitas birokrasi.

5. Rent Seeking

Teori ini berargumen bahwa satu kebijakan industri dan substitusi impor, selain menghilangkan kemungkinan peningkatan kesejahteraan dari perdagangan, juga akan memicu merebaknya monopoli dan oligopoli di negara berkembang.

6. Penolakan terhadap Perusahaan Publik dan Privatisasi

Kaum neoliberal juga berpendapat bahwa perusahaan publik merupakan salah satu sumber utama dari inefisiensi ekonomi dan stagnasi yang dialami oleh banyak negara berkembang.

Washington Consensus

Neolib merupakan modifikasi baru ataupun perkembangan dari sistem ekonomi liberalisme dan kapitalisme. Berbekal perkembangan teori dan kesuksesan aplikasi di negara maju, World Bank, IMF, dan Departemen Keuangan AS sepakat untuk menggeneralisasi berbagai teori ini dalam satu paket kebijakan yang dikenal dengan nama Washington Consensus. Pada awalnya Washington Consensus merupakan kesepakatan antara politisi Kongres, badan pemerintah, dan Bank Sentral AS, serta lembaga keuangan internasional mengenai cara pemulihan ekonomi di negara-negara berkembang.

John Williamson, seorang ekonom, merumuskan Washington Consensus ke dalam sepuluh butir kebijakan:

1. Disiplin fiskal. Dalam hal ini, hampir semua negara menerapkan sistem budget deficit untuk menyeimbangkan krisis neraca pembayaran dan tingkat inflasi yang tinggi. Hal ini banyak dialami oleh negara-negara miskin karena kelompok orang kaya menyimpan uangnya di luar negeri.
2. Prioritas pengeluaran publik. Dalam hal ini konsensus memilih untuk mengalokasikan pengeluaran pemerintah pada program-program yang berpihak kepada rakyat miskin, seperti subsidi pendidikan dan kesehatan.
3. Reformasi pajak, yaitu membuat suatu model yang mengombinasikan basis pajak yang luas dengan tingkat pajak yang rendah.
4. Liberalisasi suku bunga, yaitu tingkat suku bunga ditentukan oleh pasar dan positif secara riil.
5. Tingkat nilai tukar yang kompetitif.
6. Liberalisasi perdagangan, terutama penghapusan lisensi dan tarif tunggal.
7. Liberalisasi investasi asing langsung.
8. Privatisasi BUMN.
9. Deregulasi. Penghapusan regulasi yang menghambat persaingan, kecuali untuk menjaga keamanan, lingkungan, perlindungan konsumen, dan pengawasan lembaga keuangan.
10. Perlindungan hak milik.


Neolib di Berbagai Negara


Paham neolib telah banyak berkembang di banyak negara, walaupun pada prakteknya tidak ada yang menerapkan 100%. Di antaranya adalah sebagai berikut:

- Swedia

Tokohnya adalah Carl Bildt. Program Carl Bildt saat itu adalah melakukan liberalisasi dan mereformasi perekonomian Swedia dan memulai inisiasi masuknya Swedia ke dalam Uni Eropa.

- Hong Kong


Neolib juga berkembang di Hong Kong. Wilayah ini merupakan bekas negara anggota Persemakmuran Inggris yang sekarang telah diserahkan kepada Cina. Milton Friedman melihat Hong Kong sebagai negara yang laissez-faire, yaitu telah berhasil melakukan liberalisasi di sektor finansial dan menjadi salah satu pusat keuangan dunia.

- Cile


Neolib yang terjadi di Cile dipelopori oleh Presiden Augusto Pinochet yang sangat mendukung liberalisasi ekonomi dan reformasi di Cile. Menurut angka Index Economy of Freedom, Cile menduduki peringkat ke-11 sebagai negara “paling bebas” dalam ekonomi.

- Kanada


Di Kanada, kebijakan neolib didukung oleh Brian Mulroney, Mike Haris, Ralph Klein, Gordon Campbell, dan Stephen Harper. Privatisasi yang dilakukan di Kanada meliputi pengelolaan sumber daya gas alam Alberta yang dilakukan oleh pemerintah provinsi. Dan mereka mencoba untuk melakukan privatisasi pada Universal Health System di Alberta.

- Australia


Neoliberal berkembang di Australia sejak 1980-an dengan dukungan penuh dari pemerintah baik dari Partai Buruh maupun Partai Liberal. Pemerintahan Bob Hawke dan Paul Keating (1983–1996) mengusulkan liberalisasi ekonomi dan program reformasi ekonomi mikro. Dengan didasarkan pada kebijakan kompetisi nasional, privatisasi badan usaha milik negara (BUMN), reformasi pasar faktor produksi, menganut rezim nilai tukar mengambang, dan mengurangi hambatan perdagangan. Keating juga mengembangkan sistem superannuation guarantee pada 1992 untuk meningkatkan tabungan nasional dan mengurangi beban pemerintah pada dana pensiun. Sistem neolib juga berlanjut di bawah pemerintahan John Howard, ditandai dengan dilakukannya privatisasi banyak BUMN seperti Telstra.

- Jepang


Di Jepang, BUMN terbesar adalah Japan Post. Sebagian besar warga Jepang bekerja di sana. Japan Post dikenal sebagai lembaga tabungan swasta terbesar di dunia. Perdana Menteri Jepang saat itu, Junichiro Koizumi, melihat Japan Post menjadi tidak efisien dan menjadi sumber korupsi dan kemudian melakukan privatisasi.

Pada September 2003, kabinet Koizumi melakukan privatisasi dan memecah Japan Post menjadi empat perusahaan, yaitu perusahaan asuransi, perusahaan jasa pos, bank, dan perusahaan keempat menjadi tempat ritel dari perusahaan yang tiga tadi. Namun, ternyata privatisasi ini ditolak oleh DPR. Koizumi lalu menjadwalkan pemilihan nasional yang diselenggarakan pada 11 September 2005, dengan mengeluarkan referendum mengenai privatisasi postal. Koizumi memenangkan pemilihan dan berhasil melakukan privatisasi setelah 2007.

- Selandia Baru


Istilah Rogernomics adalah analogi yang diciptakan untuk menggambarkan kebijakan Perdana Menteri Selandia Baru, Roger Douglas, pada 1984, yang mengikuti paham kebijakan Ronald Reagan di Amerika Serikat. Sejak 1984, pemerintah telah mulai mengurangi subsidi termasuk subsidi untuk pertanian, liberalisasi peraturan impor, menganut nilai tukar mengambang bebas, mengurangi pengendalian suku bunga, upah, dan harga, dan pengurangan tingkat pajak. Kebijakan moneter yang ketat dan pengurangan pada neraca defisit pemerintah berhasil menurunkan tingkat inflasi tahunan lebih dari 18% pada 1987.


Langkah privatisasi BUMN dan mengurangi peran pemerintah mengakibatkan menurunnya tingkat utang negara, tetapi meningkatkan kebutuhan pengeluaran untuk masyarakat sehingga meningkatkan pengangguran. Namun, tingkat pengangguran di Selandia Baru mulai menurun pada 2006–2007 menjadi sekitar 3,5%–4%. Survei yang dilakukan oleh majalah Doing Business menempatkan Selandia Baru pada urutan ke-13 dari 178, yaitu negara yang memiliki iklim bisnis positif.

- Afrika Selatan

Sejak berakhirnya peraturan apartheid di Afrika Selatan pada 1994, Afrika Selatan telah berkembang pesat. Perkembangan kebijakan neoliberalisme di Afrika Selatan telah merontokkan tingkat pertumbuhan. Kebijakan lain seperti mempertahankan tingkat suku bunga yang tinggi untuk meredam inflasi justru memperburuk perekonomian. Sementara itu, kebijakan pasar bebas menyebabkan meningkatnya pengangguran sejak pemerintahan baru pada 1994 sehingga meningkatkan tingkat kemiskinan di Afrika. Hingga kini ketidakmerataan masih ada, sama seperti ketika di bawah peraturan apartheid.

Ternyata kebijakan neoliberalisme tidak selamanya berhasil diaplikasikan di semua negara di dunia. Ada yang berhasil meningkatkan kemakmuran, tetapi ada juga yang malah makin membenamkan negara tersebut dalam kemiskinan. Lalu, bagaimanakah perkembangan neolib di Indonesia? Apakah Indonesia penganut neolib?

Ekonomi Kerakyatan

Dalam tulisannya yang berjudul “Ekonomi Rakyat Dalam Bahaya” yang diterbitkan pada 1933, Wakil Presiden RI pertama Mohammad Hatta menyebutkan bahwa perekonomian Indonesia dieksploitasi oleh kolonialisme sehingga keadilan dan pemerataan ekonomi perlu ditegakkan. Ini menjadi dasar pemikiran ekonomi kerakyatan yang pada dasarnya adalah ekonomi sosialis dengan tujuan utama pemerataan kesejahteraan. Paradigma yang berkembang pada saat itu barulah sebatas pada bahwa ekonomi kerakyatan merupakan perlawanan terhadap kapitalisme dan eksploitasi.

Kemudian, pada 1979, Emil Salim menampilkan gagasan mengenai Ekonomi Pancasila. Ekonomi Pancasila adalah suatu model sistem ekonomi yang lahir dari tercapainya titik keseimbangan dari berayunnya “bandul jam” kebijakan dan perkembangan ekonomi dari kiri ke kanan sejak awal kemerdekaan, dari haluan liberal ke sosialis dan kemudian dari sosialis ke liberal. Keseimbangan itu ditandai dengan keseimbangan antara kebijakan fiskal dalam negara aktif dan kebijakan moneter yang liberal yang dikendalikan bank sentral dan sistem perbankan dan keuangan secara keseluruhan.
Lalu pada awal 1980-an muncul sebuah gejala paradoks. Di satu pihak, perkembangan resesi perekonomian dunia dan menurunnya peranan penerimaan negara dari produksi dan ekspor migas menyebabkan krisis APBN yang mengakibatkan defisit anggaran dan menurunnya anggaran pembangunan. Namun, pada awal dasawarsa itu pula menonjol fenomena konsentrasi kekuatan ekonomi pada perusahaan-perusahaan konglomerasi.
Maka, pada awal dasawarsa itu, Mubyarto mengangkat kembali gagasan Emil Salim mengenai Ekonomi Pancasila bersama Boediono yang kini menjadi calon wakil presiden RI. Keduanya berusaha untuk mengonseptualisasikan Ekonomi Pancasila secara komprehensif, baik makro maupun mikro, dengan asumsi teori mengenai manusia dan epistemologi ekonominya. Berkaitan dengan isu ekonomi rakyat, dalam wacana selanjutnya ia berpendapat bahwa pilar utama dari Ekonomi Pancasila adalah perekonomian rakyat.

Berbeda dengan neoliberalisme yang merupakan kumpulan pemikiran tentang relasi antara pasar dan negara dalam suatu pasar yang bercorakkan kapitalisme, ekonomi kerakyatan lebih merupakan kumpulan pemikiran tentang sebuah orientasi kebijakan yang lebih berpihak kepada rakyat jelata, baik dari sisi konsumsi dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar dan pokok, maupun dari sisi produksi dengan berpihak kepada usaha kecil dan menengah. Dengan definisi tersebut, ekonomi kerakyatan bisa saja berkembang dan dipraktekkan di berbagai corak perekonomian, baik itu yang bersifat kapitalisme maupun komunisme. Akan tetapi, karena memerlukan adanya kepastian keberpihakan yang jelas, yang secara implisit menekankan perlunya peran aktif dan ketidaknetralan negara, ekonomi kerakyatan berbeda dengan neoliberalisme yang mengandaikan netralitas dan ketiadaan campur tangan negara.

Lalu, dari golongan yang manakah ekonomi kerakyatan ini berasal? Jika dilihat dari orientasi kebijakan, maka dapat dikatakan bahwa ekonomi kerakyatan lebih cenderung pada pengembangan dari ekonomi sosialis ataupun modifikasi dari sosialis. Sosialis murni berpendapat bahwa kapitalisme telah mengonsentrasikan kekuasaan dan kekuatan dengan tidak adil karena hanya sebagian kecil dari masyarakat yang mengendalikan modal sehingga menciptakan ketidakadilan dalam masyarakat dan tidak semua orang diberi kesempatan yang sama.

Sosialisme sendiri bukanlah filosofi ataupun doktrin yang konkret, melainkan merupakan cabang dari intervensi sosial dan rasionalisasi ekonomi yang meski terkadang bertentangan satu sama lain. Sosialisme sendiri telah banyak berkembang sejak Perang Dunia II hingga kini. Menurut Karl Marx, sosialisme dapat diraih melalui perjuangan antar-kelas dan revolusi proletar. Sosialisme merupakan transisi antara kapitalisme dan komunisme. Sosialisme berkembang pada 1917–1923 yang mengakibatkan terjadinya radikalisasi politik di sebagian besar Eropa dan Amerika serta Australia. Tokoh utama golongan sosialis adalah Vladimir Lenin, yang memimpin revolusi Oktober pada Januari 1918 di Soviet. Saat itu kata-kata Lenin yang terkenal adalah “Long live the world socialist revolution”.

Sosialisme yang berkembang kini lebih dikenal dengan nama Sosialisme Abad 21, yang dipelopori oleh Presiden Venezuela Hugo Chavez dan Presiden Bolivia Evo Morales. Di Cina, Partai Komunis telah memimpin transisi dari periode ekonomi komando Mao menuju program ekonomi yang sering disebut sosialisme khas Cina, yang dipimpin oleh Deng Xiaoping. Deng menekankan program reformasi berbasiskan pasar yang lebih dalam dibandingkan dengan program Perestroika milik pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev. Program Deng saat itu adalah mempertahankan kepemilikan pribadi atas tanah, kepemilikan pemerintah atau swasta atas sektor manufaktur, dan pengaruh negara terhadap sektor perbankan dan finansial.

Komparasi

Dalam berbagai kesempatan, calon wakil presiden Prabowo Subianto mengatakan bahwa bagi Indonesia akan lebih baik jika memberikan Rp1.000 triliun kepada pengusaha kecil dan petani daripada memberikan Rp1.000 triliun kepada pengusaha besar. Akan menarik jika menganalisis pernyataan Prabowo ini dengan melihat output multiplier yang dihasilkan oleh sektor-sektor usaha. Namun, sebelumnya, model ini disederhanakan dahulu menjadi Rp1.000.

Dalam ekonomi kerakyatan, yang diharapkan paling berkembang adalah masyarakat kecil, yang banyak terlibat di sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan. Apabila dana Rp1.000 dibagikan kepada tiga sektor ini, maka tiap sektor akan mendapat bagian kurang lebih Rp333. Data output multiplier yang ada pada BPS menunjukkan bahwa sektor pertanian (diwakili oleh padi dan bahan makanan lainnya) memiliki multiplier effect sebesar 11.1 output. Artinya, setiap penambahan satu rupiah input dari sektor pertanian akan menambah output perekonomian sebesar 11.1. Jadi, ketika input sektor pertanian (modal) ditambah Rp333, maka output perekonomian akan bertambah sebesar 3696.3 unit.

Sektor perkebunan, yang diwakili oleh perkebunan karet, memiliki output multiplier sebesar 24.8. Jadi, ketika ke sektor perkebunan disuntikkan modal tambahan sebesar Rp333, maka output perekonomian akan bertambah sebesar 8258.4 unit. Dan, sektor perikanan, yang diwakili oleh perikanan laut, memiliki output multiplier sebesar 20.8, sehingga ketika ada penambahan modal sebesar Rp333, maka output perekonomian akan bertambah sebesar 6926.4 unit. Jadi, ketika Rp1.000 disuntikkan pada sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan, maka output perekonomian (PDB) akan bertambah sebesar 18881.1 unit atau sekitar 1,8 kali lipatnya.

Sementara itu, dalam perekonomian neoliberalisme yang dituding sangat memihak kepada pengusaha kaya, maka akan dipilih tiga sektor industri yang mewakili, yaitu sektor industri tekstil, properti, dan perbankan, dengan multiplier effect masing-masing sebesar 27.4, 27.5, dan 90.9. Ketika Rp333 dimasukkan ke dalam masing-masing sektor, maka sektor industri tekstil akan menghasilkan 9124.2 unit, sektor properti menghasilkan 9157.5 unit, dan sektor perbankan menghasilkan 30269.7 unit. Jadi, ketika Rp1.000 dimasukkan ke dalam sektor industri tekstil, properti, dan perbankan, maka akan menambah output perekonomian total (PDB) sebesar 48551.4 atau sekitar 4.8 kali lipatnya.

Dari kedua ilustrasi di atas dapat dilihat bahwa dengan memberikan Rp1.000 kepada “pengusaha kaya” yang bergerak di sektor perbankan, tekstil, dan properti akan memberikan output 4.8 kali lipat. Bandingkan dengan sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan yang hanya menghasilkan 1.8 kali lipat. Jadi, kesimpulannya, manakah yang ingin dikejar pemerintah: Apakah PDB yang besar, tetapi dengan penyerapan tenaga kerja kecil dalam artian akan banyak pengangguran dan menciptakan ketidakmerataan ataukah PDB yang kecil, tetapi merata? Economy is a matter of choice and there's always will be a trade off.

Selasa, 14 Juli 2009 06:03

NURHIFEN KANIA
( redaksi@wartaekonomi.com )

Tulisan ini dikutip dari majalah Warta Ekonomi edisi 11/XXI/2009, 1-14 Juni 2009. Halaman 46-51. Judul asli tulisan ini adalah “Neoliberalisme vs Ekonomi Kerakyatan.”

http://www.wartaekonomi.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2529:sistem-ekonomi-neoliberalisme-vs-ekonomi-kerakyatan&catid=43:wuumum&Itemid=62

Elisa Lumbantoruan: Sempat Kaget dengan Suasana Birokratis


Elisa Lumbantoruan rela keluar dari zona nyamannya sebagai presiden direktur PT Hewlett-Packard Indonesia (HP), yang dijabatnya sejak 1 November 2002.


Tepat lima tahun kemudian, alumnus Institut Teknologi Bandung ini justru menerima tawaran dari Kementerian BUMN untuk menjadi direktur Strategy & IT di perusahaan penerbangan pelat merah, PT Garuda Indonesia, per 1 November 2007. Awalnya, Elisa menyebut dua persoalan utama yang dihadapinya yaitu pola komunikasi yang cenderung tidak terbuka dan nuansa birokratis yang kental. Bagaimana Elisa mengatasinya? Kepada Evi Ratnasari dan Yohana Novianti H. dari Warta Ekonomi, Elisa Lumbantoruan menuturkannya melalui sambungan telepon, Kamis (17/4) lalu. Petikannya:

Pertama kali masuk ke BUMN perbedaan apa yang paling Anda rasakan dibanding bekerja di perusahaan multinasional?

Bingung, dan yang saya ingat adalah perbedaan dari sisi lingkungan kerja. Bagi saya yang datang dari swasta dan di-hire sebagai direksi, tiba-tiba orang hormat sekali kepada saya rasanya aneh. Sekarang sudah mulai berkurang, sekarang sudah bebas ngomong, ketemu, sementara kalau dulu susah sekali, harus menjaga jarak. Yang jelas, kesan birokratisnya sangat kental. Budayanya memang berbeda. Kalau tempat bekerja saya sebelumnya, budaya kerja yang tercipta sangat terbuka di mana jabatan seseorang tidak membuat timbulnya gap di antara mereka.

Apakah Anda melakukan mapping masalah di Garuda Indonesia ketika Anda pertama kali masuk?


Tidak, karena ketika masuk ke lingkungan yang baru, maka tahapannya adalah belajar mengenal lingkungan tersebut. Jadi, tidak mungkin saya langsung memutuskan apa saja yang harus dilakukan. Walaupun memang, yang saya temui, persoalannya adalah komunikasi yang sangat birokratis. Jadi, tugas saya adalah membuat suasana itu lebih cair. Makanya saya lebih proaktif membuka komunikasi.

Ada resistensi dari pihak karyawan dari perubahan yang Anda lakukan?


Pada area lain, iya. Namun, di wilayah komunikasi tidak karena, bagaimanapun, komunikasi adalah hal yang sangat manusiawi. Semua orang suka berkomunikasi. Di area lain, misalnya, memasukkan konsep-konsep budaya dan transformasi organisasi itu yang agak sulit. Kesulitan terbesarnya karena dalam sebuah perubahan wajar sekali banyak orang yang memilih untuk tidak berubah, tidak banyak orang yang mau berubah. Maka harus dijelaskan apa tujuan dan keuntungan dari perubahan tersebut.

Apakah hasilnya sudah tampak sekarang?


Sudah, banyak sekali perubahan yang terjadi. Salah satunya ialah keterbukaan berkomunikasi dan mulai berkurangnya hal-hal yang sifatnya birokratis. Selain itu, orang-orang sudah mulai termotivasi dalam melakukan pekerjaannya.

Apa yang melatarbelakangi keputusan Anda menerima tawaran dari Garuda Indonesia, sementara posisi Anda sudah sangat menjanjikan di HP?

Saya di HP sudah lima tahun. Bagaimanapun, orang bisa mengalami kebosanan. Hanya saja, pilihannya saat itu adalah promosi di HP yang artinya ke region, yang berarti memaksa saya pindah ke luar dengan tanggung jawab yang lebih besar. Sementara pilihan kedua, harus membuat jenjang karier yang baru, artinya gambling juga memang masuk ke area yang saya belum tahu sama sekali. Saya tidak tahu lingkungan dan tantangan yang ada di BUMN, tetapi saya selalu berpikir bahwa itu menjadi modal untuk bisa lebih maju. Kadang yang membuat orang jatuh justru ketika ia merasa apa yang dilakukannya sudah sangat baik dan sepertinya sudah tidak ada improvement lagi. Namun, ketika kita masuk ke area baru yang kita belum pernah ada di sana, kita berasumsi sebagai orang yang paling bodoh di situ. Dengan asumsi demikian, menimbulkan motivasi untuk belajar.

Akan tetapi, bukankah kalau dilihat dari sisi materi jelas lebih menarik di perusahaan multinasional?


Masalah materi relatif. Apakah cukup, berlebihan, atau kurang, sifatnya relatif. Itu masalah nomor dua, walaupun memang ada lifestyle kita yang berubah.

Apa yang menjadi alasan Kementerian BUMN memilih Anda untuk masuk ke BUMN?


Ya itu memang sudah program lama, Menneg BUMN Sofyan Djalil ingin membuktikan bahwa BUMN adalah tempat yang menarik bagi para profesional. Saya juga bukan orang pertama yang datang dari kalangan profesional.

Apa saja revolusi teknologi informasi (TI) yang telah Anda lakukan di Garuda?


Belum, saya masih dalam tataran strategi. Dalam rangka transformasi perusahaan dari segi TI, belum banyak yang dikerjakan. Alasannya, karena keberhasilan suatu implementasi TI lebih banyak ditentukan oleh people yang dipengaruhi faktor budaya dan kompetensi. Tidak ada suatu program TI yang tidak disertai dengan transformasi. Kalau hanya fokus di TI, akan gagal. Maka, prioritas pertama adalah transformasi budaya. Kalau sudah terjadi, baru TI bisa dilengkapi. Ketika saya masuk, secara infrastruktur di sini sudah bagus. Namun, bagaimana orang-orang menggunakannya, hanya sebatas automatic manual process. Sebagai contoh, orang punya e-mail hanya berfungsi sebagai mesin tik dan sistem perekaman. Padahal tidak demikian, karena nature dari e-mail adalah orang berkomunikasi tanpa ada batasan, entah dari struktur, waktu, ataupun tempat. Seharusnya seperti itu. Kalau di sini, aspek mobility-nya belum ada. Jadi, saya melihat percuma investasi besar-besaran, sementara transformasi budayanya belum terjadi.

Target Anda, berapa lama untuk melakukan perubahan budaya?

Agak sulit membuat target yang spesifik karena sebenarnya ini perusahaan yang sangat besar. Dan, jika dilihat dari infrastruktur dan proses bisnis yang ada, amat kompleks. Yang bagus dari sisi TI adoption adalah bagaimana TI memberi kontribusi bagi enterprise. Maka, harus dilakukan transformasi organisasi yang didorong dengan adanya perubahan proses bisnis, yakni dengan mengeliminasi proses bisnis yang tidak adding value atau mengeliminasi proses bisnis yang bisa digantikan oleh TI. Itu berakibat pada perubahan struktur organisasi. Kalau perubahan itu ada, baru kita masukkan solusi TI di sana. Dengan begitu, produktivitas dan efektivitas akan meningkat. Selanjutnya adalah bagaimana creating new value dari penggunaan TI.

BUMN dituntut untuk melaksanakan public service obligation (PSO), sementara di sisi lain juga harus mencari profit. Tanggapan Anda?

Tidak semua BUMN dituntut demikian, tetapi itu memang misi yang diemban Kementerian BUMN. Dan, bukan berarti semua BUMN diwajibkan demikian. Namun, ini sudah masuk industri yang kompetitif. Secara umum, industri penerbangan mengalami masa yang sulit tahun lalu karena naiknya harga BBM yang amat tinggi, apalagi akhir tahun ada krisis finansial. Bahkan, sudah ada 32 perusahaan penerbangan di dunia yang bangkrut dan rata-rata airlines di sekitar kita rugi. Namun, untunglah Garuda mencatatkan pertumbuhan yang baik dibanding pada 2007.

Tulisan ini dikutip dari majalah Warta Ekonomi edisi 08/XXI/2009, halaman 60-61. Judul asli tulisan ini adalah “Sempat Kaget dengan Suasana Birokratis.”

( redaksi@wartaekonomi.com Alamat e-mail ini diproteksi dari spabot, silahkan aktifkan Javascript untuk melihatnya )

Selasa, 16 Juni 2009 12:37

http://www.wartaekonomi.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2261:elisa-lumbantoruan-sempat-kaget-dengan-suasana-birokratis&catid=43:wuumum&Itemid=62

Selasa, 25 Agustus 2009

PT Astra International Tbk.: Bertahan berkat Catur Dharma



Selain teguh menerapkan nilai-nilai perusahaan, kemampuannya menghasilkan pemimpin-pemimpin usaha yang andal juga menjadi salah satu kunci sukses Astra selama ini.



Pada 20 Februari 1957, William Soeryadjaya dan adiknya, Tjia Kian Tie, mendirikan sebuah perusahaan yang merupakan cikal bakal Astra International. Awalnya perusahaan itu hanya bergerak di bidang perdagangan hasil bumi dan barang-barang lainnya, seperti bahan makanan kaleng, bahan bangunan, dan peralatan kantor.

Seiring berjalannya waktu, perusahaan yang bermarkas di Sunter ini kemudian mengembangkan usahanya di bidang otomotif, perkebunan, dan alat berat. Kemudian, pada 1980, perusahaan ini resmi tercatat di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) dan statusnya menjadi perusahaan terbuka. Kini, di bawah kepemimpinan Michael Darmawan Ruslim, Astra telah memiliki sekitar 121 anak usaha yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia.

Berbagai penghargaan pernah diterima Astra. Kinerja perusahaan pun selalu gemilang. “Apa pun yang kami lakukan, harus excellent. Semuanya berasal dari Catur Dharma,” kata Michael Darmawan Ruslim, presiden direktur PT Astra International Tbk., beberapa waktu lalu. Catur Dharma merupakan nilai-nilai yang dipegang Astra secara terus-menerus, yang menjadi spirit dalam mengembangkan diri dan memberi nilai tambah kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholder). Nilai-nilai itu adalah: bermanfaat bagi bangsa dan negara, pelayanan yang terbaik bagi pelanggan, saling menghargai dan membina kerja sama, serta berusaha mencapai yang terbaik.

Tidak sekadar penerapan nilai, ketersediaan sumber daya manusia yang andal juga menjadi salah satu kunci sukses yang dimiliki Astra. Lewat program talent management, Astra sejak awal telah mengidentifikasi, mengelola, dan mengembangkan para talent organisasi yang dipersiapkan untuk menjadi kader-kader pemimpin organisasi masa depan. Maka, tidak mengherankan jika Astra pernah berhasil mencetak pemimpin-pemimpin yang unggul dalam menjalankan Astra, seperti T.P. Rachmat, Rini Soewandi, Subagio Wirjoatmodjo, Budi Setiadharma, Muhamad Tohir, Palgunadi T. Setyawan, dan Michael D. Ruslim.

Akan tetapi, pada kuartal I-2009 PT Astra International Tbk. mencatat penurunan laba bersih sebesar 17% menjadi Rp1,875 triliun dari Rp2,249 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Agaknya performa Astra juga terpengaruh oleh krisis ekonomi global. Menanggapi krisis keuangan global yang terjadi sejak tahun lalu, Michael menyikapinya dengan bijak. Ia yakin, strategi yang telah dibangun jauh sebelum krisis terjadi bisa membawa Astra keluar dari krisis. “Di sisi internal, harus ada komunikasi antara satu bagian dan bagian lain dan kreatif mencari solusi. Saya tidak bisa memotong strategi yang telah dirumuskan sebelumnya. Namun, saya yakin perusahaan mampu melewati krisis ini dengan baik,” ujar Michael, optimistis.


D. UTAMI WARDHANI

( redaksi@wartaekonomi.com Alamat e-mail ini diproteksi dari spabot, silahkan aktifkan Javascript untuk melihatnya )

Senin, 06 Juli 2009 06:07


Tulisan ini dikutip dari majalah Warta Ekonomi edisi 10/XXI/2009, 18-31 Mei 2009. Halaman 44. Judul asli tulisan ini adalah “Bertahan Berkat Catur Dharma.”

http://www.wartaekonomi.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2445:pt-astra-international-tbk-bertahan-berkat-catur-dharma&catid=43:wuumum&Itemid=62

Kebutuhan Investasi Infrastruktur Rp1,429 Triliun


Investasi swasta dalam proyek-proyek infrastruktur diharapkan naik dengan Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS). Karena, pemerintah hanya mempunyai dana terbatas bagi proyek infrastruktur.


“Diperkirakan kebutuhan investasi infrastruktur untuk RJPM 2010-2014 mencapai Rp1,429 triliun atau 3,94% produk domestic bruto, “
kata Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/PPN sekaligus Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Paskah Suzetta dalam sambutan ‘Peluncuran UNESCAP Asia Pacific Ministrial Conference in Public Private Partnership for Infrastructure Development 2010 (UNESCAP PPP 2010) pada Kamis (20/8) pagi.

Pemerintah akan mendorong peningkatan investasi swasta dengan percepatan penyediaan infrastruktur. Dari pembangunan itu diharapkan ekonomi Indonesia semakin baik.

“Nilai investasi tersebut diperlukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi sebesar 4-5% per tahun, “ ujarnya.

Walaupun demikian pendanaan bagi proyek-proyek infrastruktur skala menengah disadari pemerintah tidak mudah. Pasalnya, krisis global masih terjadi sekarang.

“Terkait kondisi tersebut, pemerintah melakukan reformasi guna menarik minat pihak swasta dari dalam maupun luar negeri dalam berinevstasi di sektor infrastruktur, “ tuturnya.

Paskah meneruskan reformasi ini dimaksudkan penyediaan pola KPS. Hal ini diakui membutuhkan koordinasi kuat di tingkat pusat.

“Sepanjang 2009-2011 investor swasta diharapkan bisa membiayai proyek-proyek infrastruktur hingga mencapai Rp320 triliun, “ tukasnya.

Sementara itu implementasi KPS didahului dengan pembentukan Pusat Kerjasama Pemerintah dan Swasta (PKPS). Hal ini bertujuan memfasilitasi pelaksanaan transaksi kerjasama proyek-proyek infrastruktur antara pemerintah dan swasta.

“Melalui PKPS ini para investor yang ingin menanamkan modalnya dalam proyek-proyek infrastruktur di Indonesia mendapatkan informasi yang lengkap dan akurat tentang berbagai proyek, “ pungkasnya.

Paskah melanjutkan Public Private Partnership (PPP) Book juga diterbitkan pemerintah. Buku ini berisi rencana proyek-proyek infrastruktur yang akan ditawarkan dan dibiayai swasta terbagi atas tiga kategori yaitu Proyek Siap Ditawarkan, Proyek Prioritas, dan Proyek Potensial.

“PPP Book edisi perdana berisi 87 proyek senilai USD34.139.500.000 yang akan dilaksanakan pada 18 propinsi di seluruh Indonesia, “ tandasnya.

Mochamad Ade Maulidin ( ademaulidin@wartaekonomi.com Alamat e-mail ini diproteksi dari spabot, silahkan aktifkan Javascript untuk melihatnya )

Kamis, 20 Agustus 2009 21:02

http://www.wartaekonomi.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2882:kebutuhan-investasi-infrastruktur-rp1429-triliun&catid=43:wuumum&Itemid=62

Perlu Kombinasi Menteri dari Makroekonomi dan Mikroekonomi


Pertumbuhan ekonomi sebesar 6% pada tahun 2010 akan tercapai bila beberapa syarat dapat terpenuhi dalam pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono. Salah satunya struktur kementerian tidak didominasi yang berasal dari makroekonomi, namun dikombinasikan pula dengan yang berasal dari mikroekonomi.


Umar Juoro, komisaris Bank Internasional Indonesia (BII) mengatakan, saat diskusi “Economy Outlook 2009”, kemarin (19/8), di hotel Four Season, bahwa jika menteri-menterinya nanti tidak hanya berasal dari makro (berlatar belakang makroekonomi), tapi juga mikro (berlatar belakang mikroekonomi), maka pertumbuhan ekonomi 6% (tahun 2010) mungkin terjadi.

Sektor-sektor utama yang seharusnya sebagai sektor fundamental tampak melemah pada kuartal II 2009 lalu. Sektor utama yang melemah pada kuartal II 2009 adalah pertanian, pertambangan, dan industri.

Menurut Umar, ini (pertanian, pertambangan, dan industri) harus berkembang ke depannya, jika SBY ingin tumbuh perekonomiannya. Industri, pertambangan, dan pertanian semestinya menjadi tulang punggung perekonomian.

Umar juga mengatakan mandat kepada Presiden SBY sangat besar untuk menjalankan agenda ekonomi yang belum tercapai dengan hasil yang lebih baik. Terutama pembangunan infrastruktur, industri, pertanian, pertambangan, penciptaan kesempatan kerja, dan pengurangan kemiskinan.

Umar juga menilai SBY diperkirakan akan lebih tegas dan didukung oleh kabinet yang lebih profesional.

Arif Hatta ( hatta@wartaekonomi.com Alamat e-mail ini diproteksi dari spabot, silahkan aktifkan Javascript untuk melihatnya )

http://www.wartaekonomi.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2879:perlu-kombinasi-menteri-dari-makroekonomi-dan-mikroekonomi&catid=43:wuumum&Itemid=62

Kepemimpinan Khas Indonesia



Oleh : Paulus Bambang W.S.



Krisis ekonomi global yang berawal dari krisis finansial di Amerika Serikat telah membukakan banyak kesempatan baru, khususnya bagi dunia Timur.

Pengagungan yang berlebihan kepada sistem manajemen dan gaya kepemimpinan Barat menjadi terhentikan. Tidak selamanya yang berasal dari dunia maju itu membawa kemajuan bagi semua dan tidak seluruhnya yang dari negara berkembang itu tidak pantas dijadikan panutan.

Pemikiran kapitalis yang hanya mengagungkan unsur keuntungan material telah mencapai titik nadir ketika banyak tokoh pintar yang ternyata dengan sangat mudah dibodohi oleh seorang Madoff. Kejatuhan harga komoditas karena dorongan yang berlebihan dari para bankir investasi membuat banyak produsen kehilangan pijakan karena pasar menciut menjadi tinggal seperempat. Perusahaan yang menggelembungkan pendapatan dan membohongi diri sendiri dengan tidak melakukan pengelolaan risiko yang wajar semacam Lehman Brothers, terjerembab sampai pada kondisi sirna tanpa bekas. Ketiga contoh di atas menunjukkan bahwa pola pikir yang selama ini dianggap sebagai standar perlu dipertanyakan ulang.

Menengok ke Timur

Seperti halnya krisis yang terjadi setelah Perang Dunia Kedua, dunia Timur ternyata mampu bangkit lebih cepat dibandingkan dunia Barat, khususnya Eropa. Puing-puing kehancuran akibat perang dunia dan perang saudara dengan cepat dibangun kembali menjadi raksasa ekonomi yang mengejutkan dunia. Pemimpin dunia Barat menengok ke Timur untuk mempelajari sistem produksi dan sistem pengembangan produk yang membuat produksi Timur lebih baik dalam hal kualitas, biaya, dan distribusi.

Sejak saat itu, total quality management, quality control circle, total productive maintenance, kanban system, genba, dan berbagai sistem produksi Timur telah menjadi kosa kata dan standar baru. Dunia Barat tidak malu mengadopsi dan bahkan mengirimkan ribuan tenaga kerjanya untuk mempelajari sistem yang dianggap membawa perubahan radikal terhadap proses manufaktur. Sistem Timur telah menjadi panutan baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang paling berkualitas, bermutu, murah, dan cepat.

Belajar dari pengalaman itu, krisis ekonomi global ini telah memilah mana sistem yang teruji dan mana yang sebenarnya hanya sebagai gelembung saja. Sistem perekonomian Cina, India, Timur Tengah, dan Indonesia (mewakili Asia Tenggara) perlu disimak lebih dalam. Kegoncangan tahun 1997/1998 telah membuat negara Timur ini lebih siap menghadapi badai resesi 2008/2009.

Sudah saatnya para ahli ekonomi dan pemimpin, dengan jujur dan hati terbuka, mempelajari rahasia kecermatan sistem keuangan dan perekonomian Cina sehingga memiliki cadangan devisa sekitar US$2 triliun. Mereka harus mengorek rahasia kecerdikan India yang terimbas tetapi tidak telak tergeletak. Atau, rahasia kesederhanaan pemikir Bangladesh, Muhammad Yunus, dengan Grameen Bank-nya, yang sudah diakui dunia membawa kemaslahatan masyarakat akar rumput yang selama ini dipinggirkan.

Pemimpin di G-20 sepatutnya mendengar pendapat para pemimpin dunia Timur agar terjadi perubahan yang fundamental terhadap sistem keuangan dunia. Jujur menelaah sistem keuangan yang mengacu bukan hanya pada kerangka intelektual dan etikal, tetapi juga sudah memikirkan aspek spiritual. Sistem keuangan syariah, misalnya, harus dipelajari secara mendalam tanpa prasangka buruk terhadap dominasi agama tertentu. Sistem ekonomi kerakyatan berbentuk koperasi sebagai simbol sistem keuangan madani harus dipelajari secara mendalam sebagai sistem keuangan alternatif baru.

Gaya Kepemimpinan Timur


Secara paralel, agar sistem dari Timur ini menghasilkan daya guna maksimal, harus dipelajari pula gaya kepemimpinan Timur yang menjadi aktor utama keajaiban sistem Timur. Banyak perusahaan Barat gagal mengalami keajaiban sistem manajemen Timur karena melupakan aktor penting yang membuat sistem itu sukses dijalankan. Aktor dan gaya kepemimpinan Timur inilah yang sering dilupakan dan dianggap tidak berada pada kelas yang pantas dipelajari.

Ketika dunia Barat sedang dilanda krisis kepemimpinan dengan runtuhnya perusahaan raksasa dan bahkan perekonomian raksasa, muncullah pemikiran akan perlunya pendekatan lain agar dunia ini dikelola dengan cara pandang yang lain. Pemikir Timur mulai menunjukkan kesungguhannya dalam mengekspos pemikiran kepemimpinan Timur di dunia Barat. Pemikir Barat mulai melihat pentingnya mempelajari gaya kepemimpinan Timur yang sudah terbukti mampu melahirkan karya fisik yang monumental seperti Tembok Cina dan Candi Borobudur di zaman lampau serta perusahaan raksasa dari Timur pada saat ini yang menjadi penopang sehingga krisis ekonomi global ini tidak menghancurkan seluruh tatanan ekonomi.

Inilah yang disebut sebagai keajaiban gaya kepemimpinan Timur, yang perlu diungkap dan dibuka lebar untuk dunia. Sudah saatnya prinsip kekeluargaan gaya Timur menjadi virus kepemimpinan baru. Kepemimpinan yang berfokus pada manusia seutuhnya untuk mencapai kemakmuran material, bukan sebaliknya.

Pola hubungan atasan-bawahan seperti layaknya ayah-anak perlu dikaji secara mendasar. Pemikiran Ki Hajar Dewantoro dan Mahatma Gandhi perlu dimunculkan sebagai alternatif gaya kepemimpinan model Barat. Dan, tentunya tak dapat disangkal lagi, kepemimpinan yang berlandaskan kecerdasan spiritual layak diperhitungkan sebagai standar baru mengingat nabi besar dari agama samawi berasal dari Timur.

Sudah saatnya pemikir sistem dan praktisi kepemimpinan Timur untuk unjuk gigi, tidak hanya tenggelam dalam dunianya sendiri. Kini saatnya untuk ”speak up”, bahwa krisis global ini membutuhkan sentuhan dari Timur.

Selasa, 21 Juli 2009 12:02


Penulis adalah peminat studi kepemimpinan dan penulis buku Built to Bless & Lead to Bless Leader.

http://www.wartaekonomi.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2605%3Apaulus-bambang-ws-lead-to-bless-leader-kepemimpinan-khas-indonesia&catid=53%3Aaumum&showall=1

Transformasi Entrepreneur TP Rachmat (mantan CEO Astra)

Tanpa bermaksud promosi, saya sangat menyarankan teman-teman untuk membaca wawancara TP Rahmat (mantan CEO Astra International & Founder ADIRA Finance)
di Majalah SWA edisi 15-28 Maret 2007.

Saya sangat kagum pada beliau, walaupun sudah berusia 63 tahun, sudah sangat sukses bertransformasi dari professional mjd entrepreneur dan memiliki puluhan perusahaan-perusahaan besar, beliau tetap BELAJAR TERUS dengan menyediakan waktu 2 jam sehari untuk membaca buku dan majalah. Sangat mengagumkan!

Banyak yang bisa kita pelajari dari beliau:

“Jangan wishful thinking tapi juga jangan pernah putus asa.
Jangan sampai ikutan euforia tanpa menghitung secara cermat.
Perjalanan bisnis itu panjang….
Pesan untuk kita semua dari beliau yang ingin mendirikan bisnis baru:
Pertama, model bisnisnya itu benar atau tidak.
Kalau mendirikan bisnis yang melawan produk dari Cina itu sulit.
Kalau memilih yang compliment dengan produk dari Cina itu relatif mudah.
Terkadang Indonesia ini memang negara yang banyak berisi orang jenius tapi terlalu “lugu”.

Menyedihkan sekali melihat TEMPE kita yang patenkan malah orang Jepang,
dan BATIK kita juga sudah dipatenkan oleh orang Malaysia,
Baru tahu kan, Mas?

Yah itulah karma nya karena kita sering bajak produk orang lain…
Dunia ini adil, Mas..

Apa yang kita tabur, itulah yang tuai…

Klo kita nipu orang suatu saat kita juga akan ditipu orang…
Kalau kita bantu orang, suatu saat kebaikan itu juga akan berbalik ke kita…
Saya percaya dengan Ilmu Fisika,

Menurut hukum kekekalan energi, energi itu tidak dapat diciptakan & tidak dapat dimusnahkan. Kalau kita pernah dijahati orang, maka kita pun merekam perberbuatan jahat tsb dalam otak Anda, yah energi jahat itu tidak akan pernah hilang dari muka bumi dan suatu saat akan berbalik kepada Anda sendiri, entah itu pada saat Anda masih hidup atau pada saat Anda di akherat…

Demikian pula sebaliknya, bila Anda mengeluarkan energi positif, memuji secara tulus orang lain atas prestasinya, hal tersebut akan membuat orang tersebut senang dan ia akan berbunga-bunga terus sepanjang hari, ia akan menebarkan energi positif pula ke Anda dan orang lain…

Masih banyak lagi produk-produk yang diciptakan oleh orang ndesa tapi justru paten nya milik orang asing, pantas saja negara ini tidak maju-maju…
Kalau sudah tidak maju, terus menyalahkan pemerintahnya tidak mau bantu, padahal dirinya sendiri toh yang ngga mikir untuk maju, terlalu lugu, dikira semua orang di dunia ini baik…

Lha di Cina & India saja dulu pemerintahnya tidak pernah mikirin SMB-nya kok, kenapa kita pengusaha malah jadi manja yah? Entrepreneur kan sudah terbiasa tahan banting, Mas..

Apalagi Cina yang tahun 1980-an masih komunis, boro2 mikirin SMB, enterprise yang segede2 gajah aja ditindas habis karena semua bisnis pelayanan publik harus dikuasai/dimonopoli oleh negara…
Pemerintah Cina baru terbuka matanya ketika banyak entrepreneur2 berbondong2 berkumpul datang menemui PM Cina pada saat itu…
Sejak saat itu Cina membuka pintu ekonominya.

Kehidupan ekonomi berubah seperti langit dan bumi,
investor asing diundang untuk membangun infrastruktur hingga ke pedesaan…
Pemerintah kita sudah bagus mau bantu, masih sering bikin pameran produk-produk daerah di Semanggi Expo, JCC, dan PRJ, booth nya gratis kok,
Anda saja yang tidak pernah mau cari tahu…
Saya liat pemerintah kita bisa bikin pameran minimal sekali per bulan di tempat yang berbeda2…

Lah klo urusan follow-up masa masih minta di-closing-in pemerintah juga toh, Mas??
Mereka kan juga masih punya banyak kerjaan yg lain nya, seperti penggangguran yg 46 juta, 90 juta penduduk Indonesia yang hiidup di bawah garis kemiskinan, 2,6 juta bayi kurang gizi, 10 anak putus sekolah setiap menit serta bencana alam, illegal logging sebesar 200 kali lapangan bola setiap menit, tingkat pembajakan software yang sudah masuk Watch List, kerusuhan, & serangan teroris yang datang silih berganti, piye toh…

Buktinya, pertumbuhan ekonomi kita sudah jauh lebih tinggi lho daripada Malaysia, Vietnam, Jepang, Thailand, dan Singapura…
Bukankah wajar kalau kita bisa terus meningkatkan ekonomi mikro, kita pantas untuk memiliki sikap OPTIMIS karena dalam waktu 10-20 tahun kita pasti bisa mengejar tingkat kesejahteraan seperti negara-negara maju di Asia Tenggara lainnya??

Pemerintah kita sudah jauh lebih bagus daripada jaman Orde Baru, Mas, sekarang media bebas terbit, akhirnya banyak sekali majalah-majalah baru yang bermunculan mulai dari majalah bisnis, peluang usaha, franchisem IT sampai marketing, informasi semakin mudah didapatkan, akses internet sudah semakin murah, kurang apalagi toh?
Yang kurang dari kita yah tinggal berpikir POSITIF, saya senang pada tulisan Bapak Faisal Basri di Kompas, akhirnya setelah begitu banyak pakar2 ekonomi bisanya hanya menjelek-jelekkan pemerintah, Faisal Basri malah berani tampil sebagai satu-satunya pengamat ekonomi makro yang bilang pertumbuhan ekonomi kita meningkat, industri telekomunikasi meningkat 20%, walaupun di sisi lain manufaktur kita memang hancur2an, banyak pemilik pabrik memindahkan pabriknya ke Cina atau ke Vietnam karena biaya produksi di sana jauh lebih murah.

Yah itu kan karena mental orang Indonesia yang egois & hanya berpikir jangka pendek,
lihat saja buruh kita kualitas kerja nya bagaimana, tapi tiap tahun malah minta naik gaji terus, lihat saja lulusan-lulusan S1 kita bagaimana, yang ditanyakan selalu gaji dulu padahal ketika diberi kerjaan kerjanya tidak becus & cenderung asal2an…
Dikasih 6 hari kerja, pada demo minta 5 hari kerja, bila perlu ngga kerja tapi gaji jalan terus…

benar-benar tidak punya etos kerja bangsa ini.
Bandingkan dengan tenaga kerja di Jepang, Cina, Vietnam & Korsel yg sangat workaholic, pemerintahnya mau menerbitkan aturan 5 hari kerja, karyawannya malah demo minta mereka bisa tetap bekerja 5 hari.

Pemerintahnya ingin menaikkan standar gaji, mereka malah demo agar gaji tetap supaya investor asing betah berinvestasi di negaranya…
Mereka mengganggap bekerja adalah bentuk perjuangan mereka untuk bangsanya, bahkan mereka rela mati menjadi prajurit kamikaze demi negaranya, suatu nilai patriotik yang tidak kita punya di negeri BBM ini…

Pantaslah, kalau Korsel yang paling terpuruk pada krisis moneter 1998 sekarang bisa menjadi negara yang sangat diperhitungkan di Asia, Samsung & LG bahkan begitu menggurita melalap habis pasar elektronik dunia yang sebelumnya dikuasai Sony & Matsushita…

Pantaslah, bila Cina sebuah negara miskin pada 1995, hanya dalam waktu 10 tahun bisa menjadi macan Asia yang menjadi negara ketiga yang bisa meluncurkan satelit sendiri & satu-satunya negara di dunia dengan reaktor nuklir terbanyak yang tidak berani diganggu gugat oleh Amerika…

Pantaslah, bila Vietnam diguyur investasi milyaran dollar US oleh Google, SUN, Apple, & Microsoft menggantikan investasi head office mereka di Cina & India yang harga tanahnya sudah terlalu tinggi…

Pantaslah, bila ratusan konglomerat2 Indonesia yang punya kekayaan total sebesar 341 triliun lebih memilih tinggal di Singapura. Pantas pula bila konglomerat2 Indonesia berbondong2 mendirikan pabrik milyaran dollar US di Cina, Vietnam, bahkan Nigeria!!!
Kalau mau mengeluh ke pemerintah, lebih baik lewat jalur Asosiasi karena mereka punya bargaining position yang lumayan kuat di government,
lihat saja bagaimana sebuah asosiasi retail bisa mendikte pemerintah kita untuk mencabut regulasi yg menghambat pertumbuhan retail2 besar,
akhirnya yah retail2 kecil pada keteran kan?

Asosiasi pengusaha open source juga terbukti sukses besar memaksa pemerintah kita untuk membatalkan sepihak MoU Microsoft-Indonesia,
betapa kuatnya kan pengusaha2 kita bila mau bersatu?

Warmest Regards,
Wilson Partogi Hutadjulu
Microsoft Student Ambassador
HP Youth Ambassador

CEO LADOVA IT Solutions
1st Prize Business Start-Up Award 2006*
(Young Entrepreneur Start-Up Award 2006)
*from Indonesia Business Links & Shell Livewire

http://4iye.wordpress.com/2007/07/07/transformasi-entrepreneur-tp-rachmat-mantan-ceo-astra/

Terpanggil. Muliakan Diri dengan Kerja

Palgunadi T. Setyawan *)


Salah satu pilar dalam core value kita adalah terpanggil. Mungkin Anda bertanya-tanya apa yang dimaksud dengan pilar terpanggil. Untuk menjawab pertanyaan ini, kami bertanya langsung pada komisaris kita, Bapak Palgunadi T. Setyawan.

Menurut Pak Pal, begitu ia akrab disapa, terpanggil adalah melakukan pekerjaan yang terbaik hanya untuk-Nya. “Artinya kita bekerja karena panggilan Tuhan dan melakukan yang terbaik karena kita mencintai Tuhan. Memuliakan diri dengan apa yang kita kerjakan,” ujarnya. Tentunya hal ini jauh lebih dalam dibanding sebuah komitmen.

Masih menurut Pak Pal, terpanggil sudah berada pada tataran keselarasan antara hati, pikiran, dan perbuatan. Menjalankan pekerjaan dengan hati, dipirkan dengan sungguh-sungguh, dan dijalankan dengan sebaik-baiknya. Itulah makna sebuah keterpanggilan.

Ini semua sama sekali tak ada hubungannya dengan hasil, melainkan proses. “Bila kita telah melakukan semua yang terbaik dari awal hingga akhir, disanalah tugas kita berakhir. Hasilnya adalah urusan Tuhan. Apapun hasilnya – sukses atau gagal – itu adalah kehendak Tuhan. Tugas kita hanya mengusahakan yang terbaik. Hasil adalah sebuah konsekuensi logis dari sebuah proses,” jelasnya.

Mereka yang terpanggil biasanya juga memiliki prinsip untuk selalu memberikan lebih dari yang orang lain harapkan dari kita. Mereka juga melakukannya dengan tulus, tanpa harapan untuk dibalas.

Sebuah organisasi perlu berkembang dari organisasi “pemuas bos” menjadi organisasi pemuas pelanggan. Hal ini menjadi sangat penting bagi Ancol yang memiliki barang jualan berupa service. Untuk berubah diperlukan orang-orang yang tidak hanya berkomitmen, tetapi lebih jauh lagi, yaitu terpanggil.

Untuk berubah menjadi lebih baik, kita juga harus berani hijrah. Keluar dari zona kenyamanan. Tanpa itu kita tidak bisa “naik kelas” atau lebih parah lagi justru “turun kelas”. Tak ada yang bilang melakukan hijrah itu hal yang mudah, tapi bukan hal mustahil dilakukan. “Memang sulit untuk melakukan hijrah, tapi bisa dilakukan. Caranya, mulailah dengan berpikir hal itu bisa dilakukan,” kata Pak Pal.

Ada beberapa tingkatan dalam hidup ini. Pertama, penyusu. Tahapan ini biasanya terjadi pada saat ini kita masih bayi atau pada saat kita tua nanti. Orang lain memberikan apa yang kita perlukan. Tahap selanjutnya adalah penjelajah. Pada masa ini kita mulai mencari jati diri. Setelah menjelajah, kita mulai menjadi pejuang yang berusaha membuktikan kemampuan diri.

Tahapan ini berlanjut dengan menjadi penyayang. Dengan segala yang dicapai, kita menikmati member. Dari kesenangan member kepada orang lain, kita akan menjadi pengasih yang menemukan kebahagiaan dan memiliki keyakinan. Puncak piramida ini dihuni oleh para penyulap. Dengan menjadi penyulap, kita mentransformasikan hidup dengan memberikan arti pada hidup orang lain. Kita berusaha membuat hidup orang lain menjadi berarti. “Ancol harus bisa masuk ke tahap ini,” begitu kata Pak Pal.

Namun, Pak Pal mengingatkan bahwa tingkatan ini sama sekali tak ada hubungannya dengan usia dan jabatan. “Orang-orang yang memiliki jabatan tinggi tidak berarti telah mencapai puncak piramida. Bisa saja mereka justru berada di dasar piramida. Bukan itu saja, orang-orang bisa saja mengalami penurunan. Misalnya, mereka yang telah ada di tahap pengasih, bisa saja turun lagi menjadi penyusu. Semua tergantung orangnya. Itulah pentingnya keterpanggilan,” papar Pak Pal panjang lebar.

Hmm.. sepertinya sekarang konsep terpanggil menjadi lebih jelas ya. Semoga kita bisa menjadi orang yang terpanggil dan menjadi mulia dengan apa yang telah kita kerjakan.

Ancolku, Internal Corporate Magazine
Edisi bulan April 2008


*)Ir. Palgunadi Tatit Setyawan, Is an Independent Commissioner and Chairman of Audit Committee of PT. Pembangunan Jaya Ancol ,Tbk and was Executive Vice President and Chief Advisor to the Chairman of Raja Garuda Mas International until his recent retirement last April 2003. He was the Regional Director for Asia – GIBB Ltd. UK from 1998 to 1999. He spent 15 years with PT Astra International and assumed numerous positions including as Manager, Director and Member of Supervisory Board of several industries within the Astra Group and, later, as Senior Vice President for Environmental Affairs. Palgunadi popularly known as Pak Pal also served at the Indonesian Army Industrial Command. He retired as Lieutenant Colonel of the Army in October 1983. Palgunadi earned his degree in Mechanical Engineering from the Bandung Institute of Technology and in Balistic Engineering fromthe Yugoslavian Military Science and Industry Institute of the University of Belgrade . He completed the Special Advance Program in Industrial Engineering at the Institute of Manufacturing Engineering of the University of Leuven, Belgium. His areas of specialization include industrial engineering and economics.He was also former member of APEC Business Advisory Council ( ABAC ) Indonesia from year 2001 - 2006.


http://www.palgunadi.com/artikel8.html


Copyright © 2008, Powered by CV. Mandiri Multi Kreasi

Minggu, 23 Agustus 2009

ENTREPRENEUR DALAM MEMBANGUN KEBIASAAN YANG PRODUKTIF



Abdul Talib Rachman




PENDAHULUAN

Kita menyadari sepenuhnya bahwa peran dalam kepemimpinan menuntut pikiran dan tenaga sehingga memerlukan suatu tingkat setamina tubuh dan pemanfaatan otak dengan alat pikiran yang dapat menjadi kekuatan sikap dan perilaku yang positip dalam mempengaruhi orang lain.

Oleh karena itu untuk mengimbangi kebutuhan diatas, maka pengusaha yang memiliki kebiasaan yang produktif mampu untuk menjaga kesehatan lahir bathin dalam membentuk badan dan pikiran menjadi alat untuk mencapai keputusan-keputusan strategik pribadi, kelompok dan organisasi.

Kuncinya dalam membangun kebiasaan yang produktif adalah adanya satu keinginan untuk belajar dalam usaha mengintergrasikan keseluruhan sifat lahir dan bathin serta budaya agar keperibadian pengusaha dengan mental yang kuat menjadi satu pola berbentuk kebiasaan. Tentu saja ini kelihatan sulit dikerjakan namun itulah harus dikerjakan setiap orang kalau ia ingin berhasil ke puncak yang lebih tinggi.

Membangun satu kebiasaan sebagai pola untuk melakukan tanggapan atas situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama merupakan usaha-usaha yang harus dilakukan dengan belajar secara berkesinambungan. Jadi dengan kebiasaan yang terpola itu bagi seorang usahawan akan selalu beranggapan bahwa satu keberhasilan berarti hal produktif di dunia ini dengan memiliki gagasan / ide dan wawasan yang dapat diterapkan dengan mengubahnya secara positif.

Untuk menjadi usahawan yang mampu menggerakkan pikiran kedalam agar menjadi profesionalisme, kreatif dan proaktif bukanlah dari suatu perbuatan melainkan terbentuk dari kebiasaan-kebiasan yang produktif karena dengan kebiasaan sebagai faktor penggerak utama di dalam hidup ini maka ia akan menuntun ke arah konsisten sehingga merupakan pola yang tidak disadari.

MEMAHAMI UNSUR KATA KEBIASAAN MENJADI BERMAKNA


Bila kita renungkan kata kebiasaan yang akan menuntun kedalam satu pola perubahan atas sikap dan perilaku, itu berarti kita berusaha agar kemampuan berpikir selalu positip memandang satu situasi menjadi masalah. Proses keputusan yang diambil dalam memecahkan masalah tersebut ditentukan oleh terbentuknya satu kebiasaan yang produktif.

Bertitik tolak dari pikiran diatas, maka perlu kita pahami terlebih dahulu bahwa ada unsur huruf yang saling memiliki sifat ketergantung satu sama lain dalam kata kebiasaan itu yang perlu kita ungkapkan disini yaitu :

Huruf (K) menjadi Kerja ;
Huruf (E) menjadi Efektif Dan Efisien ;
Huruf (B) menjadi Bermutu ;
Huruf (I) menjadi Inisiatif ;
Huruf (A) menjadi Aktualisasi ;
Huruf (S) menjadi Semangat ;
Huruf (A) menjadi Aturan ;
Huruf (A) menjadi Analisa ;
Huruf (N) menjadi Niat.

Pengertian kata tersebut dapat diungkapkan sebagai berikut :

KERJA adalah suatu konsepsi luas yang menghubungkan seseorang dengan alat-alatnya dan dengan orang-orang lain yang melakukan kegiatan serupa.
EFEKTIF adalah usaha atau tindakan yang berhasil dengan berdaya guna.
EFESIEN adalah tepat untuk mengerjakan (menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang-buang sumber daya yang dipergunakan)
BERMUTU adalah kualitas dari kerja yang mempunyai nilai yang tinggi.
INISIATIF adalah prakarsa yang melakukan usaha atau tindakan.
AKTUALISASI adalah kegiatan atau usaha yang telah dilaksanakan.
SEMANGAT adalah kekuatan sebagai daya dorong untuk memotivasi.
ATURAN adalah cara (ketentuan, patokan, petunjuk, perintah) yang telah ditetapkan untuk dituruti.

ANALISA adalah proses akal yang memecahkan masalah kedalam bagian-bagiannya menurut metode yang konsisten untuk mencapai pengertian tentang prinsip-prinsip dasarnya.
NIAT adalah kehendak (keinginan di hati) akan melakukan sesuatu.

Dengan menyatukan huruf menjadi kata yang bermakna, yang kita sebut dengan KEBIASAAN adalah melaksanakan KERJA secara EFEKTIF dan EFESIEN serta BERMUTU yang harus dilakukan oleh setiap orang dalam mengambil INISIATIF untuk di AKTUALISASIKAN kedalam kemampuan sebagai SEMANGAT sesuai dengan ATURAN dengan membuat ANALISA dalam mewujudkan apa yang di NIAT-kan.

Dengan pemahaman kata tersebut maka kebiasaan menjadi satu sarana untuk mempengaruhi agar menjadi pola pikir dalam bersikap dan berperilaku atas setiap tindakan oleh individu dan atau kelompok.

WUJUD KATA KEBIASAN MENJADI BERMAKNA

Untuk mnumbuh kembangkan kebiasaan-kebiasaan kedalam pola pikir yang konsisten dan terarah diperlukan pemahaman yang mendalam dari setiap unsur kata tersebut diatas kedalam pemahaman individu, kelompok dan organisasi.

Dalam pemahaman indivudu akan mencakup tiga kata yaitu KERJA, EFISIENSI & EFEKTIEF dan BERMUTU sebagai atap bangunan.

Dalam pemahaman kelompok akan mencakup tiga kata yaitu INISIATIF, AKTUALISASI dan SEMANGAT sebagai penopang atap bangunan.

Dalam pemahaman organisasi akan mencakup tiga kata yaitu ATURAN, ANALIS dan NIAT sebagai pondasi dari bangunan.

Wujud dari bagunan yang beratapkan dengan kerja, efektif dan efisien dan bermutu hanya mampu oleh setiap individu yang memiliki kekuatan dalam berpikir dengan memiliki ilmu pengetahuan yang diperoleh sebagai bahan pemikiran dari informasi dalam kerangka mencari jawaban atas pertanyaan WHAT TO DO dan WHY TO DO IT.

Sedangkan yang menjadi penopang atap bangunan yang kokoh dan kuat dengan inisiatif, aktualisasi dan semangat sebagai individu dalam kelompok haruslah memiliki keterampilan-keterampilan yang diperoleh baik dari pengalaman sendiri maupun orang lain untuk memikirkan jawaban terkait dengan pertanyaan HOW TO DO IT.

Lain halnya dengan pondasi sebagai landasan tegaknya penopang dan atap sehingga berbentuk bangunan yang utuh dari pelaksanaan aturan, analisa dan niat diperlukan dalam organisasi sebagai penggerak yang akan menyatakan dalam pertanyaan WHEN TO DO IT.

Jadi untuk membangun kebiasaan yang produktif menjadi satu kenyataan diperlukan adanya kemampuan berpikir untuk mewujudkan kebiasaan yang harus diasah secara berkelanjutan dengan pengusaan ilmu pengetahuan, keterampilan dan keinginan hati yang akan menuntun kekuatan-kekuatan bersikap dan berperilaku yang terpola. Dengan kebiasaan itu pula seorang usahawan mampu berperan sebagai CEO yang memiliki kepemimpinan untuk menggerakkan orang-orang yang berada disekitarnya dalam menjawab tantangan dalam merebut peluang-peluang yang terbuka lebar adanya.

Oleh karena itu, pola pikir yang termotivasi dari kebiasaan yang produktif berarti akan mampu memanfaatkan otak dalam mewujudkan kemampuan berpikir dalam menjawab pertanyaan atas situasi menjadi masalah dengan cara penyelesaiannya kedalam what to do it, why to do it, how to do it dan when to do it.

KESIMPULAN

Membangun kebiasaan yang produktif akan sangat ditentukan oleh adanya usaha yang berkepanjangan dalam hidup ini sejalan dengan arti keberadaan hidup ini masa kini dan masa depan artinya untuk selalu mampu beradaptasi dengan perubahan yang membutuh peningkatan atas pengetahuan, keteram-pilan dan sikap serta perilaku.

Sejalan dengan itu kita merenung mencari kekuatan yang mampu memotiva-si untuk menggerakkan kemampuan berpikir melalui pemahaman unsur kata yang terkait menjadi bermakna untuk diingat. Seperti yang kita ungkapkan dalam kerja (K), efesien & Efektif (E), bermutu (B), inisiatif (I), aktualisasi (A), semangat (S), aturan (A), analisa (A), niat (N). Dengan unsur kata itu kitapun dapat merumuskan apa yang kita maksudkan kebiasaan itu seperti yang telah kita ungkapkan.

Dengan memahami unsur kata menjadi bermakna, kita dapat menjawab atas pertanyaan what, why,when, where, how, dengan memanfaatkan alat pikir yang ada dalam otak yang disebut kesadaran, kecerdasan dan akal.

November 29, 2008 by suaraatr2025

http://suaraatr2025.wordpress.com/2008/11/29/entrepreneur-dalam-membangun-kebiasaan-yang-produktif/