Jumat, 28 Agustus 2009

ASIA PALING CEPAT, Pemulihan Penuh Ekonomi Global Butuh Dua Tahun

Belanja stimulus ekonomi yang agresif oleh sejumlah negara telah membantu dunia terhindar dari Great Depression jilid dua. Kendati demikian, pemulihan ekonomi dunia secara penuh masih membutuhkan waktu sedikitnya dua tahun. Demikian dikemukakan pemenang Hadiah Nobel bidang ekonomi Paul Krugman di Kuala Lumpur, Senin (10/8).

Krugman menyatakan, kondisi terburuk krisis global telah berlalu, karena pertumbuhan ekonomi dan ekspor tengah menunjukkan tanda-tanda stabilisasi. “Kendati demikian, pemulihan itu mungkin ‘mengecewakan’ karena belanja pemerintah tidak akan berlanjut untuk jangka panjang dan tingkat pengangguran masih tetap tinggi,” ujar dia dalam konferensi dua hari tentang pasar modal dunia.

Dalam pemulihan ekonomi kali ini, menurut Krugman, tidak akan terjadi ‘semacam mukjizat’ seperti pemulihan pada krisis keuangan Asia pada 1997-1998. Saat itu, ekonomi sejumlah negara di kawasan Asia kembali tumbuh secara dramatis karena ditopang permintaan ekspor yang melonjak.

"Kita telah berhasil mengelola keadaan untuk terhindar dari Great Depression kedua. Tapi, pemulihan ekonomi sepenuhnya paling tidak membutuhkan waktu dua tahun atau bahkan kemungkinan lebih," ujar Krugman. Ia melihat, Asia akan menjadi kawasan yang pulih paling cepat, baru kemudian disusul Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Pemulihan itu terutama didorong oleh pemulihan ekspor manufaktur.

Sejumlah tanda mulai menunjukkan kemungkinan bahwa resesi ekonomi akan berakhir, di antaranya laporan Depertemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (7/8) lalu. Laporan itu menyebutkan, tingkat pengangguran di kekuatan ekonomi terbesar di dunia itu menurun untuk pertama kali dalam 15 bulan terakhir.

Tingkat pengangguran di AS secara mengejutkan turun menjadi 9,4% pada Juli 2009. Hal ini terjadi setelah laju penambahan pengangguran pada periode tersebut melambat menjadi 247 ribu orang. Penambahan ini terendah dalam setahun terakhir dan jauh lebih sedikit dari penambahan Juni 2009 yang mencapai 443 ribu orang.

Berdasarkan data terbaru ini, total jumlah pengangguran di AS turun tajam menjadi 14,46 juta dari sebelum 14,73 juta orang pada Juni lalu. Sejak resesi yang dimulai pada Desember 2007, jumlah lapangan kerja di AS telah merosot hingga 6,7 juta.

Selama Juli 2009, penambahan angka pengangguran tetap besar, meski tidak sebesar bulan-bulan sebelumnya. Penambahan pengangguran pada Juli 2008 hanya separuh dari rata-rata penambahan angka pengangguran selama periode November hingga April 2009 yang mencapai 645 ribu per bulan.

Masih Ada Ruang


Sebelumnya, Presiden AS Barack Obama telah meminta kepada rakyat AS untuk bersabar dan memberi waktu bagi paket stimulus ekonomi senilai US$ 787 miliar bagi pemangkasan pajak dan peningkatan belanja pemerintah untuk bekerja. Pasalnya, sebagian besar dari stimulus tersebut baru akan dicairkan pada 2010.

Krugman berpendapat, masih ada ruang bagi pemerintah AS untuk meningkatkan belanja guna mendongkrak pertumbuhan, meskipun mulai muncul keprihatinan terhadap defisit anggaran yang membengkak.

Ia menyatakan, dibutuhkan restrukturisasi terhadap sistem ekonomi global dan pemberlakuan peraturan yang lebih ketat untuk menghindari berulangnya krisis ekonomi. Namun, ia menyayangkan momentum untuk melakukan reformasi yang kini mulai memudar.

"Saya melihat tidak ada kemauan politik untuk melakukan itu. Saya menduga, karena masih ada sejumlah orang cerdik yang dapat menghasilkan banyak uang dari sistem yang ada beberapa tahun mendatang," ujar pengajar Princeton University ini.

Baru-baru ini, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mendesak regulator-regulator di seluruh belahan dunia untuk bersatu menciptakan sistem yang harmonis, berkelanjutan, dan pengawasan yang efektif untuk menghindari goncangan pasar pada masa mendatang. (ap/afp)
11/08/2009 23:28:07 WIB
Oleh Nasori
KUALA LUMPUR, INVESTOR DAILY

http://www.investorindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=67082&Itemid=

*********************************************************************

Asia Berpotensi Jadi Contoh Kemajuan Dunia

Presiden Asian Parliamentary Assembly (APA) Agung Laksono menilai Asia memiliki potensi untuk tampil sebagai kekuatan global dan dapat menjadi contoh kemajuan bagi bangsa-bangsa lain di dunia.

“Krisis keuangan dan ekonomi global yang berawal di Amerika Serikat telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Hal ini tidak terlepas dari upaya dan daya tahan ekonomi Asia," ujar Agung yang juga Ketua DPR saat membuka persidangan Executive Council APA di Jakarta, Selasa.

DPR RI kembali menjadi tuan rumah penyelenggaraan sidang APA yang akan berlangsung pada 11-12 Agustus 2009 di Jakarta.

Oleh karena itu, ia menambahkan, sudah saatnya potensi ekonomi Asia ini menjadi dasar untuk menggantikan kepemimpinan global yang selama ini selalu berasal dari Barat.

Lebih lanjut Agung mengatakan bahwa kemajuan pembangunan ekonomi di Asia itu sesungguhnya tidak dapat dipisahkan dari pembangunan politik yang didasarkan pada prinsip-prinsip demokrasi dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.

Karenanya pula, masih kata Agung, Asia juga dapat menjadi contoh yang baik tanpa harus meninggalkan nilai-nilai dan budaya yang dijunjung tinggi rakyatnya.

Walaupun Asia mempunyai potensi besar menjadi contoh kemajuan bangsa-bangsa di dunia, Agung juga mengakui di kawasan itu tersimpan sejumlah persoalan serius.

"Kawasan Asia yang begitu luas dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, disamping sebagai aset dan mengandung potensi penting, juga mengandung sejumlah besar permasalahan," ujarnya.

Di Asia pula dijumpai setumpuk persoalan serius seperti kemiskinan, krisis pangan, penyakit pandemik hingga degradasi lingkungan yang akut.

Terkait dengan hal itu, menurut Agung, anggota-anggota parlemen Asia sebagai wakil rakyat Asia memikul tanggungjawab besar untuk membantu mencari solusi persoalan itu.

Dalam persidangan Executive Council APA kali ini, para delegasi yang merupakan anggota-anggota parlemen dari 18 negara anggota APA itu akan membahas sejumlah draft resolusi.

Sejumlah pokok bahasan itu diantaranya tentang integrasi pasar energi Asia, pemberantasan korupsi di Asia, pengentasan kemiskinan di Asia, berbagai isu lingkungan, globalisasi, kesehatan, kebudayaan dan upaya-upaya perkuatan kerjasama APA dengan pemerintahan di negara-negara anggotanya. APA beranggotakan 39 negara dan saat ini Presiden APA dijabat oleh Indonesia hingga tahun 2010. (ant/gor)

11/08/2009 12:14:21 WIB
JAKARTA, investorindonesia.com

http://www.investorindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=67026&Itemid=28

Tidak ada komentar: