Selasa, 26 Mei 2009

"Neoliberal" vs "Penguasaha"


Mengikuti perang propaganda memojokkan capres Boediono maka suasana menjelang "hamil tua" G-30-S sangat terasa dengan jargon setan dosa, setan kota, kapitalis yang sekarang diubah menjadi neoliberalisme sebagai momok paling mutakhir dari sekian banyak slogan yang diusung secara murahan. Dialog Kadin dengan capres menjadi ajang debat antara kelompok yang disebut neoliberal dan kelompok "penguasaha".

Kubu JK-Win mewakili aktor dwifungsi pengusaha yang terjun menjadi penguasa politik dan mantan jenderal yang mendominasi rezim dwifungsi Orde Baru. Duet Mega-Pro juga mengandung unsur pengusaha yang menjadi penguasa, karena Taufiq Kiemas mirip dengan Zardari, suami alm Benazir Bhutto. Sedangkan, Prabowo Subianto adalah letjen yang belum sempat berdwifungsi ketika diberhentikan dari jabatan Pangkostrad. Tapi, sekarang ia adalah pengusaha kelas global dengan aset terbesar di antara tiga petanding. SBY adalah jenderal yang sudah berdwifungsi jadi menteri, tapi tidak terlibat bisnis dan laporan aset terendah, bahkan lebih "miskin" dari Boediono.

LHKPN dari incumbent dan pelaku politik tampaknya masih imun dari audit tuntas termasuk laporan dana kampanye partai yang seharusnya mempermalukan seluruh bangsa, karena orang awam saja bisa merasa bahwa laporan itu lebih banyak bohongnya dari aslinya. Biaya iklan saja sudah bisa ditaksir jauh melampaui angka yang dilaporkan, tapi para auditor dan KPU hanya meneliti formalitas saja dan tidak menelusuri sampai tuntas realitas yang sebenarnya.

Kelemahan dari demokrasi pascareformasi setengah matang ialah mental elite kita masih tetap sama dengan zaman Orde Baru. Antasari, yang mengorbit menjadi seorang pahlawan, ternyata adalah makelar kasus yang mencampuradukkan politik antikorupsi dengan tebang pilih dan kejar setoran. Antasari hanya berani mengungkap kasus yang aman, tapi tidak berani melabrak seluruh gunung es korupsi yang hanya dipangkas ujungnya saja. Antasari adalah cermin kemunafikan kelas berat yang menghancurkan seluruh sendi moral, etika, dan citra elite politik Indonesia.

Antasari hanya berani terhadap mereka yang tidak punya backing, tapi ketika di belakang anggota DPR ada partai, ada oknum yang punya backing, politik terutama oligarki partai, maka nyali Antasari ciut. Resepnya lebih asyik memanipulasi kasus dengan para pelaku makelar secara aman dan menguntungkan dari segi finansial.

Indonesia memang mempunyai penyakit yang aneh. Selalu takut kepada incumbent, tapi begitu incumbent jatuh maka setiap orang keranjingan ingin mengganyang mantan incumbent. Politik masih dinilai sebagai duel hidup atau mati zaman gladiator Romawai, salah satu harus mati. Sedang di Barat, oposisi merupakan keniscayaan yang esensial. Ketua DPR Inggris mundur karena rasa malu dengan skandal pemborosan dan pemerasan uang negara oleh para anggota DPR secara menyakitkan moral dan hati nurani masyarakat. Indonesia sudah terlalu lama dihinggapi penyakit feodalisme dan otoriterisme yang tidak hanya membelenggu Soekarno dan Soeharto, tapi menyandera seluruh elite kita. Penguasa politik layak dan wajib kaya walaupun banyak juga yang berlagak miskin, menyembunyikan hartanya dengan memakai nama identitas anak cucu, kerabat, dan kroni.


Suu Kyi

Perlakuan penguasa junta terhadap Aung San Suu Kyi imerupakan peringatan keras agar Indonesia tidak mengulangi lagi rezim Orde Baru dengan praktik otoriter dan kebal hukum dari elite penguasa. Oleh karena itu, demokrasi harus dipertahankan dan duet SBY- Boediono jelas lebih menjanjikan secara demokratis ketimbang duet "penguasaha" yang lebih mirip kloning Orde Baru dengan kecenderungan otoriterisme dan rekam jejak sebagai penguasa militer yang membiarkan the rape of Jakarta secara mengenaskan.

India baru saja mengukuhkan kemenangan Partai Kongres dan Mammohan Singh akan melanjutkan kepemimpinan India sebagai salah satu motor mesin ekonomi dunia dari benua Asia. Kuwait baru saja memilih empat anggota parlemen wanita dari 50 orang yang mencerminkan kemenangan mainstream modernis. Sementara Netanyahu mulai mempertimbangkan solusi cepat pembentukan negara Palestina agar bisa segera menghadapi Iran yang dianggap lebih bebahaya dari Hamas.

Presiden Obama sendiri sedang mengalami pelbagai macam arus balik dari kelompok Republik, karena pelbagai kebijakan ekstrem
yang diambil Obama sangat menyentuh hakikat ideologis dari kelompok konservatif, bahkan mainstream rakyat AS. Misalnya, tentang hak bela diri dengan memiliki senjata api. Dunia tidak bisa diperintah hanya dengan iktikad baik seorang selebriti, tapi memerlukan kecanggihan diplomasi total untuk meyakinkan lawan agar tidak menafsirkan uluran tangan sebagai kelemahan.

Situasi di Asia Tengah wilayah Swat di segi tiga Afghanistan - Pakistan sudah sangat gawat. Taliban diperkirakan bisa menjadi penguasa Afghanistan dan Hamid Karzai tidak akan terpilih kembali. Pergolakan dunia itu pasti akan mempengaruhi situasi geopolitik, termasuk Asia Tenggara yang tidak sepi dari infiltrasi dan globalisasi teror dari Timur Tengah. Presdien Obama akan mengunjungi Mesir sebagai show of force diplomatik terhadap kekuatan Islam sedunia bahwa ia bisa serius dan tidak akan rela diperlakukan seperti Jimmy Carter dulu yang dipermalukan oleh Ayatollah Khomeini. Pergolakan geopolitik ini tetap dibayangi oleh krismon global, yang belum sepenuhnya pulih karena RRT juga masih merasa waswas dengan ketelanjuran ekspose dana surplusnya dalam dolar yang semakin terpuruk.

Di Tokyo, saya mempelajari bagaimana Jepang menderita akibat desakan revaluasi yen pada 1985 oleh G-5 pada The Plaza Accords,
sehingga Jepang mengalami the lost decade. Dunia memang menghadapi kenyataan bahwa kelas klik berkuasa selalu tidak akan rela melepaskan kekuasaan secara ikhlas. AS adalah imperium mirip Romawi yang harus mengakui dan merelakan bahwa dirinya sudah tidak mungkin lagi melanjutkan Pax Americana, karena AS sudah tidak berdaya saing di sektor industri manufaktur dan hanya dominan secara licik dalam sektor finansial derivatives yang memangsa sektor riil, dana surplus tabungan global dalam lumpur fiktif saham yang kehilangan nilai riilnya.

Dunia abad XXI tidak mungkin lagi didominasi oleh Pax Chauvinis, ekstremis, dari bangsa manapun maupun ideologi apapun, karena begitu suatu ideologi menjadi absolut maka akan korup dan tidak berdaya saing dan pasti akan menghadapi tantangan dari kekuatan lain yang lebih kuat dan tangguh.

Sejak 1500, dunia mengenal Pax Hispanica, karena Spanyol menjarah Amerika Latin dan menikmati harta karun emas perak dari Peru, tapi akibatnya Spanyol terjerat inflasi dan tidak produktif. Belanda menggantikannya menjadi imperium terkaya, Pax Neerlandica, dengan monopoli perdagangan Nusantara sebagai harta karunnya. Ini digusur oleh Inggris dengan revolusi industri yang secara fair dan meritokratis menempatkan Inggris sebagai pemimpin dunia di bawah Pax Britannica sejak 1776. Perhatikan bahwa walaupun AS merdeka, Inggris tetap dominan dan baru mulai digeser oleh AS setelah Perang Dunia I. Pax Americana ini sebetulnya sudah rapuh ketika Nixon menyatakan tidak bersedia menukar dolar dengan emas yang dihentikan konvertabilitasnya pada 15 Agustus 1971 pada harga US$ 34 per 1 ons. AS tidak bisa menjadi polisi dunia dan membiayai perang, serta mulai defisit neraca perdagangan dan APBN-nya.


Lima Besar

Indonesia dalam pasang surut Pax Neerlandica, Britannica dan Americana sering menyia-nyaikan peluang, karena visi kepemimpinan yang kurang responsif, sehingga sudah merdeka hampir 65 tahun tetap saja seperti balita, taman kanak kanak, seperti sindiran Gus Dur terhadap anggota DPR.

Indonesia harus menjadi negara yang masuk dalam lima besar, karena Belanda saja bisa jadi imperium terkaya melalui VOC. Sedang rezim lokal Indonesia malah dibajak, disandera oleh elite yang bermental Wilheilmina sawo matang, menjajah rakyatnya sendiri dengan tingkat korupsi yang lebih sadis dari VOC dan Hindia Belanda. Akibatnya, RI malah terpuruk di tangan rezim nasional yang terbajak di tangan elite yang tega membunuhi rakyat sendiri.

Peringatan Boediono di Bandung 15 Mei sangat tepat, bahwa keterpurukan RI bukan karena jajahan asing, melainkan oleh jajahan bangsa sendiri selama 50 tahun, oleh diktator yang tidak mampu melindungi rakyatnya sendiri. Semua sibuk memperkaya diri untuk tujuh turunan dan membunuh lawan politik serta mengucilkan sesama elite, seperti Myanmar memperlakukan Aung San Suu Kyi. Jangan sampai Pemilihan Presiden 8 Juli malah memilih sistem dan rezim "penguasaha" model VOC
yang mengatasnamakan rakyat, hanya memperkaya diri sendiri dengan harta triliunan.

Rakyat hanya diperalat namanya untuk teori ekonomi kerakyatan, tapi "penguasaha" mencaplok dan membajak kepentingan nasional di bawah kepentingan bisnis keluarga, kroni, dan kerabat "penguasaha".

Pilihan bagi rakyat Indonesia jelas, apakah terperangkap dalam jebakan iklan "penguasaha" atau mempercayai iktikad baik dan rekam jejak teknokrat yang tidak punya konflik kepentingan sedikit pun dalam amburadulnya pengusaha terjun ke politik menjadi penguasa dengan sikap mental mau memonopoli bisnis dan kepentingan perusahaan untuk tujuh turunan.

Indonesia bisa jadi negara kaya raya di bawah pemerintahan yang mengarahkan seluruh rakyat untuk bermeritokrasi. Indonesia bisa tetap mskin, tapi elite penguasanya kaya-raya triliunan, sedang rakyatnya tetap miskin dan hanya dicatut namanya dalam pidato ekonomi rakyat yang klise dan palsu. Rekam jejak, sejarah, dan latar belakang para capres dan cawapres harus diteliti agar tidak salah memilih presiden dan wapres. Juga harus diperhatikan perubahan geopolitik yang bisa mempengaruhi ke arah mana tujuan Indonesia. Jangan sampai negeri ini
menjadi seperti Pakistan, yang terancam menjadi failed state.


oleh : Christianto Wibisono, pengamat masalah nasional dan internasional

Minggu, 24 Mei 2009

KOTAKU, JAKARTAKU


Jakarta, kota metropolitan kebanggaan bangsa Indonesia. Sebuah kota yang menjadi barometer kemajuan bangsa. Pusat perkembangan dan pembangunan di Indonesia, di mana kemajuan teknologi menjadi andalannya.

Jakarta sebagai pusat pemerintahan memiliki berbagai jenis lapangan pekerjaan dalam berbagai bidang. Keadaan tersebut menyebabkan banyaknya orang yang ingin mengadu nasib ke Jakarta. Dengan harapan untuk mendapatkan hidup yang lebih baik. Namun, jumlah kaum urban yang datang tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan dan kapasitas pemukiman kota yang terbatas.

Provinsi DKI Jakarta mempunyai luas daratan 661,52 km2. Jumlah penduduk Provinsi DKI Jakarta 9,041 juta jiwa dengan kepadatan penduduk 13.667,01 jiwa per km2. Selain itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI, angka pengangguran di DKI Jakarta hingga bulan Agustus 2008 tercatat 580.510 orang dari total angkatan kerja yang mencapai 4,77 juta orang.

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa Jakarta memiliki kepadatan panduduk yang tinggi. Kepadatan penduduk yang tinggi inilah yang kemudian menimbulkan berbagai dampak negatif pada kenyamanan ibukota. Masalah kependudukan muncul bertubi-tubi. Keadaan yang memicu terjadinya konflik sosial dalam masyarakat. Dari sekian banyak masalah yang melanda Jakarta, salah satu masalah yang paling fatal adalah kemacetan.

Seperti yang kita ketahui, Jakarta sangat identik dengan macet. Lalu lintas kota terhambat karena banyaknya kendaraan yang melintas di jalan. Setiap hari bertambah kendaraan baru di Jakarta sebanyak 1.127 yang terdiri 236 mobil dan 891 motor. Padahal jumlah kendaraan saat ini saja sudah mencapai 5,7 juta. 98,5% adalah kendaraan pribadi dan hanya 1,5% angkutan umum. Ditambah lagi, kepribadian orang Indonesia cenderung tidak sabar dan mengabaikan peraturan. Maka, tidak heran kalau kemacetan berujung konflik dan kecelakaan.
Selama tahun 2008, Direktorat Lalulintas Polda Metro Jaya mencatat 5.437 kasus kecelakaan. Adapun jumlah korban luka berat mencapai 2.443 orang, korban luka ringan 4.029 orang, korban tewas 1.080 orang, dan kerugian materil sejumlah Rp12.584.735.000,00.

Selain menimbulkan dampak sosial, kemacetan juga menimbulkan dampak ekologis. Saat ini Jakarta menempati peringkat ketiga kota yang memiliki kadar polusi udara dan tingkat kemacetan terburuk di dunia setelah Mexico City dan Bangkok. Ironisnya, 80 persen polusi udara di Jakarta dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Polusi udara sendiri sangat berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, banyak sekali warga Jakarta yang terjangkit penyakit tuberkulosis (TBC), pneumonia, bronkitis, emfisema, asma bronchiale, serta beberapa penyakit pernapasan lain.

Inikah wajah Jakarta yang kita banggakan? Keadaan yang sangat memilukan. Kota kebanggan Indonesia dicap sebagai sumber penyakit dan kecelakaan. Dapatkah kita hidup dengan nyaman dalam keadaan seperti ini?
Jawabannya adalah tidak. Kita tidak bisa selamanya hidup dalam ketakutan akan penyakit dan kondisi lalu lintas yang berbahaya. Dua masalah tersebut sangat menggangu warga untuk mencapai tujuannya di Jakarta, yaitu untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Efek yang ditimbulkan oleh kemacetan.

Lalu, bagaimana cara untuk menanggulangi kemacetan di Jakarta?
Inti dari kemacetan adalah ketaatan masyarakat terhadap peraturan. Pemerintah sendiri kurang tegas untuk mengatasi masalah ini. Berikut ini adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk menanggulangi kemacetan dan dampaknya bagi masyarakat.

Pertama, membatasi kendaraan yang dapat digunakan di Jakarta. Pembatasan ini dilakukan berdasarkan usia kendaraan. Misalnya, usia kendaraan maksimal yang dapat masuk ke Jakarta adalah buatan tahun 1990. Dengan kebijakan tersebut, kendaraan-kendaraan tahun tua seperti tahun 70-an dan 80-an tidak boleh masuk ke Jakarta. Tidak hanya kendaraan pribadi, tetapi juga kendaraan umum. Kebijakan ini tidak hanya memperhatikan jumlah kendaraan yang akan berkurang, tetapi juga memerhatikan tingkat polusi yang akan berkurang di udara. Pasalnya, kendaraan tua cenderung “menyumbangkan” polusi udara lebih banyak. Maka, kebijakan ini tidak hanya dapat mengurangi kemacetan, tetapi juga mengurangi polusi udara.

Kedua, mempekerjakan aparat (SDM) yang berkualitas untuk menangani lalu lintas. Ketertiban lalu lintas tidak terlepas dari peran aparat. Namun, saat ini peran aparat dalam mengendalikan kelancaran lalu lintas belum efektif. Masih banyak pengendara nakal yang melanggar lalu lintas, seperti menyerobot lampu merah yang memicu terjadinya kecelakaan. Polisi lalu lintas menyelesaikan masalah pelanggaran hanya dengan uang. Oleh karena itu, para pelanggar berpikir bahwa segala pelanggaran dapat diselesaikan dengan uang. Padahal, semua itu telah diatur oleh hukum yang berlaku. Maka, aparat yang tidak bertanggung jawab harus ditindak tegas dengan cara menggantikannya. Selain itu, pengawasan yang ketat terhadap aparat perlu dilakukan. Dengan begitu, lalu lintas akan menjadi lebih tertib.
Ketiga, melakukan pembersihan terhadap pedagang kaki lima, pengemis, dan gelandangan. Keberadaan mereka jelas sangat mengganggu, terutama di lampu merah. Mereka dapat menghalangi kendaraan yang melintas dan mengganggu keamanan dan kenyamanan. Tetapi, pembersihan ini juga harus memperhatikan nasib mereka. Misalnya, pedagang kaki lima harus diberikan lokasi khusus yang strategis untuk berdagang.

Pemerintah memberikan kebijakannya. Namun, semua itu tidak akan berhasil tanpa peranan dan dukungan masyarakat. Banyak yang dapat kita lakukan untuk mengurangi kemacetan. Hal-hal kecil yang dapat membawa perubahan besar bagi Jakarta.

Budayakan berjalan kaki setiap hari. Jangan gunakan kendaraan hanya untuk menuju ke tempat yang jaraknya tidak terlalu jauh. Selain mengurangi kemacetan, berjalan kaki juga baik untuk kesehatan. Pemerintah telah menyediakan trotoar dan jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki. Tentunya kita tidak ingin fasilitas tersebut sia-sia, bukan?

Gunakan kendaran umum sebagai sarana transportasi dalam kota. Saat ini, Jakarta memiliki Busway sebagai sarana transportasi unggulan yang tidak diragukan lagi kenyamanannya. Biaya tiket Busway juga sangat terjangkau. Maka, Busway merupakan sarana transportasi ideal yang telah menjangkau hampir seluruh wilayah Jakarta. Lalu, bagaimana dengan kendaraan pribadi kita? Kendaraan pribadi dapat digunakan untuk menempuh perjalanan jauh, seperti perjalanan luar kota.
Ingin solusi yang lebih cepat daripada berjalan kaki? Gunakan sepeda. Sepeda tidak hanya menghindarkan kita dari kemacetan, tetapi sepeda juga merupakan kendaraan ramah lingkungan yang baik untuk kesehatan. Di Jakarta telah terdapat komunitas sepeda, yaitu Bike to Work.

Sebagai warga Jakarta, kita harus ikut serta menjaga kota kita. Ketertiban dan kepedulian kita akan menjadikan Jakarta sebagai kota yang nyaman. Lihatlah ibukota Malaysia! Tidak ada kemacetan, yang ada hanyalah jalanan yang tertib dan tertata rapi. Karena kondisi ibukota merupakan cermin kepribadian dan kemajuan bangsa.

Ayo biasakan tertib berlalu lintas! Taati peraturan, tingkatkan toleransi dan kesadaran diri. Lakukan perubahan untuk Jakarta yang lebih baik. Kotaku, Jakartaku. Sebuah ungkapan yang mengandung arti memiliki, menjaga, dan kebanggaan. Demi satu hal, yaitu mewujudkan Jakarta sebagai kota yang pantas dibanggakan.

Esti Maharini - SMA Negeri 68 Jakarta

Do It Before Tomorrow Comes



If you’re mad with someone,and nobody’s there to fix the situation…You fix it .
Maybe today, that person still wants to be your friend .
And if u don’t, tomorrow can be too late .

If you’re in love with somebody ,but that person doesn’t know… tell her/him.
Maybe today, that person is also in love with you .
And if you don’t say it,tomorrow can be too late .

If you really want to kiss somebody… kiss her/him.
Maybe that person wants a kiss from you, too .
And if you don’t kiss her/him today, tomorrow can be too late .

If you still love a person that you think has forgotten you… tell her/him.
Maybe that person have always loved you.
And if you don’t tell her/him today , tomorrow can be too late.

If you need a hug of someone…ask her/him for it.
Maybe they need it more than you do.
And if you don’t ask for it today, tomorrow can be too late.

If you really have friends who you appreciate… tell them.
Maybe they appreciate you as well.
That if you don’t and they leave or go far away today , tomorrow can be too late.

If you love your parents, and never had the chance to show them…do it .
Maybe you have them there to show them how you feel.
That if you don’t and they leave today , then tomorrow can be too late.

Value your time!


Jack baru saja mendapatkan pelajaran berharga.

Ia membuka sebuah kotak keemasan dan ia mendapati di dalamnya sesuatu yang sangat berharga juga secarik kertas yang sangat berkesan.

Waktu kecil ia tinggal bersama ibunya di sebuah kota kecil. Ia bertetangga dengan seorang duda yang istrinya sudah meninggal. Duda itu tidak mempunyai anak dan hanya tinggal sendiri. Pria malang itu melihat Jack bertumbuh dari seorang anak-anak, sampai kencan pertamanya, lulus dari kuliah, bekerja dan menikah. Jack adalah seorang pekerja keras yang gila kerja.

Ia bahkan tidak ada waktu untuk putrinya dan istrinya. Setelah ia menikah, ia dan keluarganya tidak lagi tinggal di sebelah rumah pria tua itu. Mereka pindah.

Suatu hari Jack mendapat telepon dari ibunya, “Ingat Pak Belser? Ia meninggal dunia hari Selasa lalu. Pemakamannya hari Kamis pagi.”

Kenangan masa kecilnya berseliweran dalam dirinya.

Ia mengenang kembali masa-masa kecilnya dengan Pak Belser.

“Halo?” suara ibunya membangunkannya.

“Iya bu, aku akan ke sana hari Rabu,” kata Jack

“tapi kupikir Pak Belser sudah lupa tentang diriku.”

“Oh tidak, Jack,” kata ibunya, “Pak Belser selalu ingat padamu.

Ia ingat akan hari-hari di mana kamu main-main di balik pagar rumahnya dan hari ketika kamu duduk di pangkuannya ketika istrinya meninggal.”

“Beliau orang pertama yang mengajariku ilmu pertukangan. Tanpa beliau, aku tidak akan mungkin terjun ke usaha ini.” kata Jack.

Sesibuk-sibuknya Jack, ia kemudian mengatur ulang jadwalnya di hari Rabu dan Kamis. Ia menghargai Pak Belser seperti ayahnya sendiri dan ia sangat ingin ada di sana ketika pemakamannya.

Hari Rabu malam ia tiba di kampung halamannya. Ia dan ibunya kemudian berjalan ke rumah Pak Belser untuk terakhir kalinya. Di beranda, ia mengintip ke dalam rumah Pak Belser.

Terbesit banyak kenangan tentang masa kecilnya. Sofa yang sering ia duduk, meja makan di mana ia pernah memecahkan piring, telepon di sudut ruangan dan hey…

Jack terdiam sejenak.

“Kotak emas di ujung meja itu hilang!” seru Jack.

Ibunya bingung. Segera Jack menjelaskan tentang kotak emas di ujung meja itu. Ukurannya tak lebih dari satu jengkal orang dewasa dan bercat emas di luarnya. “Pak Belser selalu mengatakan itu miliknya paling berharga dan akan diberikan kepada seseorang yang layak menerimanya. Tapi setiap kali aku menanyakan isinya, ia selalu menjawab ‘Pokoknya berharga deh’.”

Dan sekarang kotak emas itu sudah tidak ada lagi. Dugaan Jack, mungkin diambil oleh seorang keluarga jauhnya.

Dua minggu kemudian setelah pemakaman, seorang kurir mengantarkan sebuah paket untuk Jack. Nama Jack tertulis di atas paket itu dengan tulisan yang sangat sulit dibaca. Jack membuka paket itu… Di dalamnya ada sebuah kotak emas (persis seperti kotak emas Pak Belser yang hilang itu) dan sepucuk surat .

Jack membaca surat itu,

“Setelah kepergianku, tolong sampaikan kotak ini kepada Jack Bennet. Ini adalah harta paling berharga yang kumiliki.” Sebuah kunci ada dalam amplop itu, kunci untuk membuka kotak itu. Hatinya bergetar, tanpa sadar ia menangis terharu, Jack perlahan membuka kotak itu. Di dalamnya dia menemukan sebuah jam saku yang indah yang terbuat dari emas. Dengan perlahan Jack membuka jam itu.

Di dalamnya terukir kata-kata yang tak pernah ia lupakan seumur hidupnya,

“Terima kasih, Jack, untuk waktumu. Ini saya berikan jam untukmu, sesuatu yang paling berharga bagiku. Harold Belser.”

“Yang ia hargai dariku adalah… waktuku.” serunya perlahan.

Ia menggenggam jam itu beberapa saat. Kemudian ia menelepon sekertarisnya dan membatalkan semua janjinya untuk dua hari ke depan. “Mengapa?” tanya Janet, sekertarisnya.

“Aku ingin menghabiskan waktu untuk keluargaku,” kata Jack, “dan Janet, terima kasih untuk waktumu.”

Sobat, di dunia ini ada dua hal yang tidak bisa ditarik kembali: itu adalah perkataan dan waktu. Waktu yang sudah lewat tidak akan bisa dikembalikan lagi. Waktu tidak bisa dipaksa mundur, tidak bisa diperlambat dan juga tidak bisa dipercepat. Waktu akan terus bergerak maju dengan kecepatan konstan.

Kita tidak akan bisa kembali ke masa kanak-kanak.

Kita tidak bisa mengulang satu peristiwa yang sama di waktu itu.

Sudahkah Anda memberi waktu pada diri Anda dan sesama Anda ?

Sudahkah orang lain menghargai waktu yang telah Anda korbankan kepada mereka ?

Posted by Administrator in V (Thursday February 19, 2009 at 10:02 pm)
Diposkan oleh hilman di 02:39

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggunakan teropong dari tengah jembatan untuk melihat pembangunan Jembatan Suramadu, Jumat (22/5).


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berharap, empat kabupaten di Madura, Jawa Timur (Jatim) berubah setelah jembatan nasional Suramadu (Surabaya-Madura), mulai dioperasikan 10 Juni mendatang.

"Namun, industrialisasi yang akan masuk jangan sampai mengubah nilai-nilai agamis dalam sosio kultural di daerah ini," kata Presiden Yudhoyono ketika meninjau jembatan nasional ini Jumat (22/5). Turut mendampingi saat peninjauan adalah Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, dan Gubernur Jatim Soekarwo.

Menurut Presiden, dengan selesainya Suramadu, tidak hanya menjadi kebanggaan masyarakat Madura di empat kabupaten, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep, tetapi juga menjadi kebanggaan masyarakat Jatim. Bagi masyarakat Madura, keberadaan jembatan ini diharapkan juga memberi nilai tambah berlipat. Jembatan ini menjadi sarana untuk meningkatkan pengembangan.

Dengan selesainya pembangunan Suramadu yang pencanangan pertama dilakukan Presiden Megawati pada 23 Agustus 2003, Kepala Negara minta kepada Menteri Pekerjaan Umum agar berkoordinasi dengan Gubernur Banten dan Lampung, mengkaji terhadap rencana pembangunan jembatan serupa di daerah tersebut, yakni di Selat Sunda.


Hampir Selesai

Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V, AG Ismail dalam paparannya mengatakan, proses pembangunan Suramadu sekarang sudah mencapai 98,81 persen. Pengerjaan yang tinggal sedikit dititikberatkan pada pengaspalan, dan pengecoran sebagian ruas.

Panjang jembatan 5,4 kilometer (km), meliputi causeway sisi Surabaya 1,4 km, sisi Madura 1,8 km. Sedangkan untuk bentang tengah, panjang 2,1 km terdiri dari approach bridge masing-masing 672 meter dan main bridge 818 meter. Sedangkan, panjang pendekat Surabaya 4,35 km dan sisi Madura 11,50 km. [080]

Belum Optimal Digunakan



Sejak April 2008, pemerintah mengeluarkan skema terbaru formulasi tarif interkoneksi berbasis biaya. Dengan aturan baru tersebut, tarif telepon diharapkan turun drastis hingga bisa mencapai 40 persen. Setahun kemudian, tarif telepon seluler (ponsel) Indonesia pada 2008 tercatat menempati posisi paling murah di Asia dengan harga sekitar 0,015 dolar AS per menit.

"Kalau sebelumnya (2005) Indonesia dalam kategori termahal di Asia setelah China, dengan tarif sebesar 0,15 dolar AS per menit, pada tahun 2008 menjadi negara bertarif termurah dengan harga 0,015 dolar AS per menit," kata Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Mohammad Nuh, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Salah satu lembaga perbankan internasional Deutsche Bank pun memberikan apresiasi tersebut. Lembaga ini pernah melakukan survei atas tarif seluler sejumlah operator di dunia.

Skema baru yang ditetapkan sejak April 2008 pun mendorong penurunan tarif dan menjadi referensi operator untuk menurunkan tarif ritel. Jika benar klaim pemerintah bahwa tarif ponsel Indonesia sebagai salah satu yang termurah di Asia, yakni 0,015 dolar AS per menit, lalu apakah dengan tarif itu sudah membantu meningkatkan produktivitas masyarakat? Ataukah malah membuat masyarakat semakin tidak produktif dengan gaya konsumtif yang hanya memanfaatkan fasilitas layanan suara maupun pesan singkat (SMS)?

Menurut Direktur Marketing Indosat Guntur S Siboro, sejak diturunkannya tarif interkoneksi oleh pemerintah pada 1 April 2008 lalu, pola penggunaan ponsel masyarakat Indonesia berubah drastis. Bila dulu sebelum adanya penurunan tarif, orang bertelepon menggunakan ponsel sekitar 50 detik sampai satu menit. Setelah tarif turun, penggunaannya bisa melonjak hingga 30 menit.

"Dampak penurunan tarif seluler di Indonesia memang sangat dirasakan masyarakat, terutama dalam hal lama waktu berbicara. Dulu, orang paling lama berbicara sekitar satu menit, tapi sekarang bisa sampai 30 menit, bahkan lebih," kata Guntur kepada SP di Jakarta, Selasa (28/4).

Guntur mengakui, memang masih banyak masyarakat Indonesia yang belum memanfaatkan murahnya tarif seluler tersebut secara baik. Banyak yang tidak efektif dan tidak untuk kegiatan produktif. "Memang perbandingannya masih lebih banyak yang mengggunakannya hanya untuk ngobrol hal-hal yang tidak penting, seperti pacaran atau ngerumpi dengan teman- teman," kata Guntur.

Dikatakan, masyarakat harus lebih bijaksana memanfaatkan tarif murah karena penggunaan yang tidak efektif juga mengganggu lalu lintas komunikasi bagi yang ingin memanfaatkan untuk hal yang lebih urgent. "Kalau orang banyak berlama-lama nelpon, otomatis kan trafiknya akan padat," ujarnya.

Direktur Utama Telkomsel Sarwoto Atmosutarno menjelaskan bahwa visi Telkomsel adalah mendorong life style (gaya hidup) masyarakat dalam arti yang positif.

"Kita setuju atas himbauan untuk memanfaatkan sarana telepon secara lebih efektif agar kapasitas jaringan bisa lebih didayagunakan bagi masyarakat yang belum terjangkau infrastruktur telepon dan memanfaatkannya lebih produktif. Apalagi di masa krisis seperti saat ini," ujar Sarwoto saat dihubungi melalui ponselnya.

Sarwoto berharap konsumen akan memilih berdasarkan mutu layanan, bukan hanya berdasarkan tarif murah.


Edukasi

Hal ini diakui Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Nonot Harsono. Menurutnya, segmentasi pasar di Indonesia terlalu besar, maka tidak heran kalau sekarang masyarakat Indonesia banyak yang tidak produktif dalam memanfaatkan tarif seluler yang murah.

"Sekarang, dari segala lapisan masyarakat sudah memakai ponsel. Dari tukang sayur sampai direktur bank sudah pakai ponsel. Dan setiap segmen itu memiliki cara pandang yang berbeda dalam memanfaatkan tarif murah," ujar Nonot kepada SP.

Harusnya, lanjut Nonot, operator juga ikut mengingatkan masyarakat soal penggunaan ponsel yang lebih efektif.

Sementara itu, Kepala Pusat Informasi dan Humas Depkominfo Gatot S Dewa Broto mengatakan, penurunan tarif seluler saat ini sudah sangat membantu masyarakat dari sisi keterjangkauan. Semua lapisan masyarakat bisa menikmati tarif yang murah untuk berkomunikasi.

"Dengan tarif seluler yang murah sekarang, kita sudah bisa memuaskan semua lapisan masyarakat dan memenuhi barbagai kepentingan mereka," ujar Gatot S di Jakarta, Selasa (28/4).

Sekarang, lanjut Gatot, para operator harus bisa mempertahankan kualitas layanan.

Gatot mengakui ketidakefektifan penggunaan tarif telekomunikasi yang murah. Tapi hal itu merupakan kecenderungungan orang Indonesia yang memanfaatkan secara maksimal penawaran apa saja jika dianggap menguntungkan.

"Tidak hanya soal tarif telepon kok, program diskon dari produk mana saja pasti langsung diserbu masyarakat," imbuhnya.

Tapi hal itu, lanjut Gatot, akan tetap menjadi perhatian pemerintah. Sebagai regulator, pemerintah akan menjalankan fungsi kontrol dengan lebih banyak melakukan edukasi pada masyarakat soal penggunaan ponsel yang lebih efektif dan produktif.

"Sebenaranya, selama ini kita sudah melakukannya, tapi mungkin tertutup dengan berita-berita isu yang lebih besar, makanya tidak banyak yang tahu," pungkasnya. [HBS/H-12]

OECD: Ekonomi Global Pulih Akhir Tahun Ini



Ekonomi global sudah tidak lagi terjun bebas. Kondisi ini memberikan harapan akan adanya pemulihan akhir tahun ini. Tetapi, para investor masih berhati-hati pada risiko-risiko yang akan muncul terkait rencana diturunkannya peringkat utang Amerika Serikat.

Demikian pandangan Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) dalam pernyataannya, Jumat (22/5) di New York, Amerika Serikat (AS).

Menurut Gubernur Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) Toshihiko Fukui, data baru itu justru membuang dugaan bahwa ekonomi terbesar kedua di dunia itu akan "tergelincir dari tebing". Sedangkan, Menteri Keuangan Kanada Jim Flaherty memandang data ini sebagai harapan di tengah keredupan.

Mata uang dolar AS turun ke tingkat terendah tahun 2009 ini. Dan kekhawatiran makin tumbuh bahwa AS bisa berisiko kehilangan peringkat utang AAA, yang sangat prestisius itu. Bila ini terwujud, maka akan berimplikasi bagi investasi global yang sekarang sudah terhambat oleh krisis.

Bahkan, hari Kamis (21/5), Standard & Poor khawatir dengan dugaan Inggris bisa menghadapi penurunan peringkat utang, AAA, mereka. Lembaga pemeringkat utang itu menurunkan prospek utang Inggris ke posisi negatif, dengan tingkat utang mendekati 100% dari GDP.

"Apakah ini sebuah tembakan peringatan atau awal dari sebuah kecenderungan? Ini wilayah yang sangat berbahaya," ujar Axel Merk, Presiden dan Kepala Investasi pada Merk Mutual Funds.

Hari Jumat itu, Inggris terus dilanda berita buruk. Seorang pejabat pemerintah melaporkan bahwa ekonomi negara itu menyusut 1,9% dalam tiga bulan pertama tahun ini. Kondisi ini adalah penurunan tertajam, sejak 1979, menurut hitungan kuartal.

Di sisi lain, indeks saham Wall Street ditutup sedikit rendah, ini adalah kerugian dalam empat sesi berturut-turut. Penurunan ini diwarnai dengan kekhawatiran soal defisit anggaran AS.

Sementara itu, Gedung Putih menegaskan, mereka tidak yakin peringkat utang AS akan merosot. Lembaga pemeringkat Moody's Investor Service, hari Kamis (21/5) mengungkapkan, mereka cukup nyaman dengan peringkat utang AS yang masuk katego-ri AAA. "Tetapi, ini tidak menjamin selamanya," tulis Gedung Putih.

Saat ini, utang Pemerintah AS terus naik. Dana pinjaman miliaran dolar AS itu digunakan untuk memacu sistem keuangan dan menstimulasi ekonomi negara.

Tetapi di sisi lain, Kepala Bank Sentral AS Ben Bernanke menjelaskan tentang beberapa tanda optimistis. Menurut dia, ekonomi akan pulih, karena secara fundamental kuat, sehingga tidak akan lama berada di dasar.


Memperbaiki

Menurut Kepala OECD Angel Gurria, lembaga pemeringkat utang itu harus memperbaiki prestise dan kredibilitas mereka, setelah secara luas dikritik banyak pihak karena salah memprediksi krisis ekonomi saat ini.

"Ini sama sekali tidak dapat dipahami bahwa mereka ingin menurunkan peringkat utang Inggris dan mereka juga sedang membahas penurunan peringkat AS," ungkapnya.

Guria menegaskan, ada risiko krisis akan berkepanjangan bila tidak disertai disiplin fiskal dan kredit. Tetapi, produk atau industri dunia akan mulai pulih pada akhir tahun ini. "Kita tidak lagi terjun bebas," ungkap Guria.

Tetapi, menurut HSBC Holding, bank terbesar di Eropa, memberi sinyal adanya persoalan yang selalu terjadi di industri finansial. Menurut mereka, sisa tahun 2009 ini dan kemungkinan sebagian tahun 2010 akan sangat menantang.

Bank ini berada dalam kondisi yang cukup baik di tengah krisis. Kondisi ini karena neraca keuangan yang kuat dan keunggulan di pasar Asia. [Rtr/AP/E-4]

2009-05-23

Apa Neoliberalisme Itu ?



Oleh : Kwik Kian Gie, adalah Mantan Menko Ekuin


Dengan dipilihnya Boediono sebagai cawapresnya SBY, diskusi tentang neoliberalisme (neolib) menjadi marak. Namun, diskusinya tidak memberikan gambaran jelas.

Liberalisme adalah paham yang sangat jelas digambarkan oleh Adam Smith
dalam bukunya yang terbit pada 1776 dengan judul An inquiry into the
Nature and the Causes of the Wealth of Nations. Buku ini sangat terkenal
dengan singkatannya The wealth of nations dan luar biasa pengaruhnya.
Dia menggambarkan pengenalannya tentang kenyataan hidup. Intinya sebagai
berikut.

Manusia adalah homo economicus yang senantiasa mengejar kepentingannya
sendiri guna memperoleh manfaat atau kenikmatan yang sebesar-besarnya
dari apa saja yang dimilikinya. Kalau karakter manusia yang egosentris dan individualistis, seperti ini dibiarkan tanpa campur tangan pemerintah sedikitpun, dengan sendirinya akan terjadi alokasi yang efisien dari faktor- faktor produksi, pemerataan dan keadilan, kebebasan, daya inovasi, dan kreasi berkembang sepenuhnya. Prosesnya sebagai berikut.

Kalau ada barang dan jasa yang harganya tinggi, sehingga memberikan laba yang sangat besar (laba supernormal) kepada para produsennya, banyak orang akan tertarik memproduksi barang yang sama. Akibatnya, suplai meningkat dan ceteris paribus harga turun. Kalau harga turun sampai di bawah harga pokok, ceteris paribus supply menyusut karena harga meningkat lagi. Harga akan berfluktuasi tipis dengan kisaran yang memberikan laba yang sepantasnya saja (laba normal) bagi para produsen. Hal yang sama berlaku buat jasa distribusi.

Buku ini terbit pada 1776, ketika hampir semua barang adalah komoditas yang homogen (stapel producten), seperti gandum, gula, garam, dan katun. Lambat laun daya inovasi dan daya kreasi dari beberapa produsen berkembang. Ada saja di antara para produsen barang sejenis yang lebih pandai, sehingga mampu melakukan diferensiasi produk. Sebagai contoh, garam dikemas ke dalam botol kecil praktis yang siap pakai di meja makan. Di dalamnya, ditambahi beberapa vitamin dan diberi merek yang dipatenkan. Dia mempromosikan garamnya yang berlainan dengan garam biasa.

Konsumen percaya dan ber-sedia membayar lebih mahal. Produsen bisa memperoleh laba tinggi tanpa saingan untuk jangka waktu yang cukup lama. Selama itu, dia menumpuk laba tinggi (laba supernormal) yang menjadikannya kaya.

Karena semuanya dibolehkan tanpa pengaturan oleh pemerintah, dia mulai melakukan persaingan yang mematikan para pesaingnya dengan cara kotor, yang ditopang oleh kekayaannya. Sebagai contoh, produknya dijual dengan harga yang lebih rendah dari harga pokok. Dia merugi. Kerugiannya ditopang dengan modalnya yang sudah menumpuk. Dengan harga ini semua pesaing akan merugi dan bangkrut. Dia tidak, karena modalnya yang paling kuat. Setelah para pesaingnya bangkrut, dengan kedudukan monopoli, dia menaikkan harga produknya sangat tinggi.

Contoh lain, kasus pabrik rokok yang membeli rokok pesaingnya, disuntik sangat halus dengan cairan sabun. Lantas dijual lagi ke pasar. Beberapa hari lagi, rokoknya rusak sehingga mereknya tidak laku, pabriknya bangkrut.

Yang digambarkan Adam Smith mulai tidak berlaku lagi, karena apa saja boleh. Pengusaha majikan mulai mengerjakan sesama manusia dengan gaji dan lingkungan kerja yang di luar perikemanusiaan. Puncaknya terjadi dalam era revolusi industri, yang antara lain mengakibatkan anak-anak dan wanita hamil dipekerjakan di tambang-tambang. Perempuan melahirkan dalam tambang di bawah permukaan bumi. Mereka juga dicambuki bagaikan binatang. Dalam era itu seluruh dunia mengenal perbudakan, karena pemerintah tidak boleh campur tangan melindungi buruh.

Dalam kondisi seperti itu, lahir pikiran Karl Marx. Banyak karyanya, tetapi yang paling terkenal menentang Adam Smith adalah Das Kapital yang terbit 1848.
Marx menggugat semua ketimpangan yang disebabkan mekanisme pasar yang tidak boleh dicampuri pemerintah. Marx berkesimpulan, untuk membebaskan penghisapan manusia oleh manusia, tidak boleh ada orang yang mempunyai modal yang dipakai untuk berproduksi dan berdistribusi dengan maksud memperoleh laba. Semuanya harus dipegang oleh negara dan setiap orang adalah pegawai negeri.

Persaingan
Dunia terbelah dua. Uni Soviet, Eropa Timur, Tiongkok, dan beberapa negara menerapkannya. Dunia Barat mengakui sepenuhnya gugatan Marx,
tetapi tidak mau membuang mekanisme pasar dan kapitalisme. Eksesnya diperkecil dengan berbagai peraturan dan pengaturan. Setelah dua sistem ini bersaing selama 40 tahun, persaingan dimenangkan oleh Barat. Maka tidak ada lagi negara yang menganut sistem komunisme ala Marx-Lenin-Mao.


Semuanya mengadopsi mekanisme pasar dan mengadopsi kapitalisme dalam arti sempit, yaitu dibolehkannya orang per orang memiliki kapital untuk berproduki dan berdistribusi dengan motif mencari laba. Tetapi, kapital harus berfungsi sosial. Apa arti dan bagaimana perwujudannya? Sangat beragam. Keragaman ini berarti juga bahwa kadar campur tangannya pemerintah sangat bervariasi, dari yang sangat minimal sampai yang banyak sekali.

Orang-orang yang menganut paham bahwa campur tangan pemerintah haruslah sekecil mungkin adalah kaum neolib. Mereka tidak bisa mengelak terhadap campur tangan pemerintah, sehingga tidak bisa lagi mempertahankan liberalisme mutlak dan total, tetapi harus militan mengerdilkan pemerintah untuk kepentingan korporatokrasi.

Jadi, walaupun yang liberal mutlak, yang total, yang laissez fair laissez aller dan laissez fair laissez passer, yang cut throat competition dan yang survival of the fittest mutlak sudah tidak bisa dipertahankan lagi, kaum neolib masih bisa membiarkan kekayaan alam negara kita dihisap habis oleh para majikannya yang kaum korporatokrat dengan dukungan Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, dan IMF.
Tim ekonomi dalam pemerintahan di Indonesia sejak 1967 adalah kaum neolib yang lebih ekstrem dari rekan-rekannya di negara-negara barat. Perkecualiannya hanya sebentar sekali, yaitu selama kabinet Gus Dur.

Penulis : Kwik Kian Gie, adalah Mantan Menko Ekuin

Minggu, 10 Mei 2009

Kapan Bicara Kapan Mendengar


Allah SWT menciptakan dua telinga dan satu mulut. Artinya, kita harus lebih banyak mendengar daripada banyak bicara. Mendengar harus dua kali lebih banyak, agar ucapan kita jadi lebih bermakna. Semoga Allah Yang Maha Mendengar menggolongkan kita sebagai orang-orang yang merasa didengar oleh-Nya.

Saudaraku, merasa didengar oleh Allah adalah keutamaan yang akan menghalangi kita dari maksiat lisan. Kata-kata kita sering menjadi dosa karena kita tidak merasa didengar oleh Allah.

As-Sami' adalah salah satu asma Allah yang berarti mendengar. As-Sami' terambil dari kata sami'a yang artinya mendengar. Menangkap suara atau bunyi-bunyi dapat diartikan pula mengindahkan atau mengabulkan. Jadi, Allah Maha Mendengar segala suara walaupun semut hitam yang merangkak di batu hitam di tengah belantara yang kelam. Logikanya jelas, bagaimana Allah tidak mendengar sedangkan Ia adalah pencipta semut, yang dengan izin-Nya ia merangkak di kegelapan malam.

Allah pasti mendengar apapun yang disuarakan oleh makhluk-makhluk-Nya, dalam bisikan yang paling halus sekalipun, dan dalam hiruk pikuk kegaduhan. Allah pun Maha Mendengar orang yang hatinya selalu berzikir, walau di tempat tersembunyi atau di pangkalan pesawat terbang yang sangat bising. Hikmah apa yang bisa kita dapatkan dari sifat As-Sami' ini? Hikmahnya, kita harus berhati-hati dalam menjaga lisan. Jangan bicara kecuali benar dan bermanfaat, karena setiap patah kata akan didengar oleh Allah dan harus kita pertanggungjawabkan di akhirat kelak. Karena itu, kita harus selalu berpikir dan menimbang sebelum bicara. Bertanyalah selalu, pantaskah saya bicara seperti ini? Benarkah perkataan ini kalau saya ucapkan? Karena ada perkataan yang benar tapi tidak tepat situasi dan kondisinya. Islam mengistilahkan kebenaran dalam perkataan sebagai qaulan sadiida. Apa syaratnya?

Pertama harus benar. Benar di sini mengandung arti bahwa perkataan yang kita ucapkan harus sesuai dengan realitas yang terjadi, tidak menambah-nambah ataupun mengurangkan. Abu Mas'ud ra berkata: bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, "Biasakanlah berkata benar, karena benar itu menuntun kepada kebaikan dan kebaikan itu menuntun ke surga. Hendaklah seseorang itu selalu berkata benar dan berusaha supaya tetap benar, sehingga dicatat di sisi Allah sebagai orang as-siddiq (amat benar) (HR. Bukhari Muslim) Kedua, setiap kata itu ada tempat yang tepat dan setiap tempat itu ada kata yang tepat. Di sini tepat, tapi di tempat lain belum tentu tepat. Dengan orang tua tepat, tapi dengan anak belum tentu tepat. Dengan guru tepat, tapi dengan murid belum tentu tepat. Jadi dalam berbicara itu tidak cukup benar saja, tapi harus pandai pula membaca situasi dan objek yang kita ajak bicara.

Ketiga, kita harus bisa mengukur apakah kata-kata kita itu melukai atau tidak, karena sensitifitas tiap orang itu berbeda-beda. Dan terakhir, pastikan perkataan itu bermanfaat. Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya" (HR. Bukhari Muslim). Hikmah kedua adalah kita harus belajar mendengarkan. Mendengar belum tentu mendengarkan. Mendengar hanya sekadar menyerap suara lewat telinga. Sedang mendengarkan tidak sekadar menyerap suara, tapi juga menyimak dan mengolah apa-apa yang kita dengar. Karena itu, dengan mendengarkan kita akan faham, dan dengan faham kita bisa berubah.

Ada orang yang mendengar tapi konsentrasinya pecah, itu pun tidak bisa dikatakan mendengarkan. Mendengarkan erat kaitannya dengan keterampilan untuk fokus. Cahaya matahari yang difokuskan dengan suryakanta bisa membakar kertas dan bahan lainnya. Kalau kita konsentrasi, maka informasi dan ilmu akan fokus, hingga semangat kita akan menyala. Kalau semangat sudah menyala, tidak akan ada yang bisa menghalangi untuk sukses. Karenanya, dalam mendengar informasi harus fokus dan tuntas, jangan setengah-setengah. Dari itu, kita harus belajar belajar mendengarkan, menyimak, dan memfokuskan diri untuk memahami. Dengan pemahaman yang benar insya Allah kita bisa bertindak benar dan proporsional. Dari asma Allah ini, kita bisa menyimpulkan bahwa kita harus lebih banyak mendengar daripada banyak bicara.

Mendengar harus dua kali lebih banyak, supaya sekali berkata maknanya bisa lebih besar. Karena itulah Allah SWT menciptakan dua telinga dan satu mulut. Hisap informasi sebanyak mungkin, lalu olah, dan keluarkan dengan kata-kata yang sarat makna. Banyak bicara akan banyak mengeluarkan kata-kata, hingga peluang tergelincir akan semakin besar. Bila ini terjadi maka peluang untuk celaka jadi semakin besar. Benarlah apa yang disabdakan Rasulullah SAW, "Barang siapa banyak bicara, niscaya banyak kesalahannya; barang siapa banyak kesalahannya, niscaya akan banyak dosanya; dan barang siapa banyak dosanya, maka neraka menjadi lebih utama baginya" (HR. Abu Nu'aim) Semoga Allah menuntun kita menjadi orang bijak, yang banyak mendengar sedikit bicara. Wallahu a'lam bish-shawab. KH Abdullah Gymnastiar/dokrep/Juli 2004

By Republika Newsroom
Jumat, 09 Januari 2009 pukul 12:39:00

Memilih Pemimpin


"Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon buruk yang telah dicabut akar-akarnya dari permukaan bumi, tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun" (QS. Ibrahim, 14;24-26)

Ayat di atas menggambarkan betapa indahya gambaran yang dianugerahkan Allah SWT atas keberadaan orang-orang yang bertakwa di mana keberadaannya ibarat sebuah pohon yang baik, yang "akarnya sangat kuat menghujam ke dasar tanah, sementara dahan dan rantingnya menjulang tinggi ke langit, pohon tersebut tumbuh dengan subur lalu berdaun rindang dan berbuah yang buahnya dapat dinikmati oleh masyarakat yang hidup di sekitarnya pada setiap saat dengan seizin Allah Tuhannya.

Akar yang dimaksud pada ayat di atas adalah akidah. Kalimat thayyibah, "la ilaha illallah", diibaratkan sebagai akar pohon yang menghujam sangat kuat ke dasar tanah. Sehingga berdiri kokoh dan tidak mudah tumbang bila diterpa angin. Untuk itu bisa disimpulkan bahwa seorang yang dalam hidupnya "tidak" berpegang kepada prinsip kalimat thayyibah, "la ilaha illallah", maka dia tidak ubahnya pohon yang tidak berakar (QS. Ibrahim, 14:26). Dapat dibayangkan kondisi pohon yang tidak berakar, maka sudah dapat dipastikan dia tidak dapat mempertahankan hidupnya.

Perumpamaan pohon yang buruk itu adalah pohon yang akarnya sudah terangkat dari permukaan bumi yang esok atau lusa akan mati. Keberadaan pohon semacam ini tidak ada artinya sama sekali, dia tidak mungkin memberi manfaat, jangankan untuk berbuah, bertahan untuk hidup pun tidak mungkin bisa. Keberadaan pohon semacam ini paling bermanfaat hanya sebagai kayu bakar.
Gambaran hidup orang-orang yang "tidak mau" berpegang dengan kalimat thayyibah, la ilaha illallah, maka dia seperti pohon yang tidak ada akarnya, sebagaimana layaknya kondisi orang-orang kafir, dia tidak ada nilainya sama sekali di sisi Allah. Mereka termasuk, "Orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya"(QS. Al Kahfi, 18 : 104).

Dengan akidah atau keimanan yang kuat, seseorang akan diantarkan amal perbuatannya sampai kepada Allah SWT. Digambarkan seperti pohon yang dahannya menjulang tinggi sampai ke langit. Maknanya, amalnya akan sampai kepada Allah SWT.

Jadi, seorang muttaqin itu di samping memiliki dasar akidah yang kuat, dia juga harus baik dalam "habluminallah" (hubungan secara vertikal dengan Allah SWT).

Tidak cukup demikian, tapi dia harus seperti pohon yang terus-menerus berbuah, dalam pengertian baik hubungannya secara horisontal dengan makhluk yang ada di sekelilingnya. Setiap saat buahnya bisa dinikmati oleh masyarakat yang hidup di sekitarnya. Inilah yang sering kita istilahkan dengan silaturahim, dia harus baik dalam hubungan silaturahimnya. Bukan hanya dengan sesama manusia saja, melainkan hubungan dengan sesama makhluk Allah yang lain pun harus baik.

Dapat disimpulkan bahwa gambaran manusia ideal menurut Al-Qur'an yang digambarkan pada ayat di atas adalah akidahnya harus kokoh, hubungan vertikalnya dengan Allah dijalin sangat baik, secara horisontal pula hubungan dengan sesama makhluk Allah harus baik.

Keberadaan pohon yang baik ini mungkin tidak hanya dinikmati oleh manusia saja, melainkan binatang pun bisa ikut menikmatinya.

Keberadaan insan yang muttaqin harus bisa bermanfaat bagi orang lain atau makhluk-makhluk Allah yang lain yang ada di sekitarnya. Sehinga bila suatu saat pohon ini mati, maka banyak sekali orang yang merasa kehilangan terutama bagi yang selama ini menikmati buahnya. Yang seandainya suatu saat dia meninggal dunia, maka banyaklah orang yang akan merasakan kehilangan terutama mereka yang selama ini menikmati buah karyanya atau kesalehannya.

Betapa sangat erat keterkaitan dan keterikatan antara akidah dengan kehidupan seseorang. Kesalehan seseorang secara individu harus dibangun atas dasar kokohnya akidah yang pada gilirannya diharapkan dapat muncul kesalehan sosial yang akan mewarnai kehidupan bermasyarakat dan bernegara sesuai petunjuk-Nya.

Berbicara tentang kehidupan bermasyarakat dan bernegara, maka kita tidak bisa lepas berbicara tentang masalah kepemimpinan. Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw bersabda, "Ada tujuh golongan manusia dari ummatku yang akan mendapat perlindungan di akhirat nanti di mana tidak ada perlindungan kecuali perlindungan dari Allah".

Yang paling pertama disebut oleh Rasulullah Saw adalah "pemimpin yang adil". Hadits ini mengisyaratkan bahwa, jika seorang pemimpin itu berbuat adil maka hakikatnya dia telah beribadah kepada Allah dalam beentuk pengabdiannya kepada sekian juta manusia yang dipimpinnya selama masa jabatannya. Sehingga layaklah pemimpin yang adil akan mendapatkan tiket masuk syurga tanpa hisab.

Sebaliknya, bila seorang pemimpin itu berbuat zalim maka dia akan memperoleh tiket masuk neraka tanpa hisab. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Adz Dzulaimi yang dikutip Al Ghazalai dalam Kitabnya Minhajul 'Abidin, Rasulullah Saw bersabda: "Ada enam kelompok manusia dari ummatku yang akan masuk neraka jahanam tanpa hisab". Yang paling pertama disebut oleh Rasululah Saw adalah "pemimpin karena kezalimannya".

Hadits ini mengisyaratkan bahwa, apabila seorang pemimpin itu berbuat zalim dalam kepemimpinannya maka dia akan masuk neraka tanpa hisab.

Betapa berat menyandang tanggung jawab sebagai seorang pemimpin, karena dia harus bisa berbuat adil.

Ketika seorang pemimpin tidak menjalankan kepemimpinannya sesuai dengan syariat Allah maka dia termasuk telah berbuat zalim yang konsekuensinya sangat berat bagi kehidupan kelak di akhirat.

Dalam kaitannya memilih pemimpin, layaklah kita hayati dan renungkan sebuah hadits yang diriwayatkan Iman Al Hakim, Nabi Saw bersabda: "Barangsiapa yang memilih seseorang sebagai pemimpin atas dasar ta'ashub.(fanatisme/taqlid) buta semata didasarkan hanya pada pertimbangan emosional primordial, bukan atas dasar rasionalitas dan penilaian yang jernih, padahal di tengah mereka ada orang yang lebih layak dan pantas dipilih dan diridhai Allah, maka orang itu telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya dan kaum muslimin.

Sebenarnya telah banyak sekali ayat-ayat yang mengingatkan kita tentang bagaimana cara kita mesti memilih pemimpin, di antaranya dalam QS. Alli Imran, 3 : 28; Al Maa-idah, 5:51; An Nisaa', 4:138-139. Betapa sudah sangatlah jelas dan tegas peringatan-peringatan Allah tentang masalah mengangkat seorang menjadi pemimpin, jangankan orang kafir yang kita angkat sebagai pemimpin, bahkan orang muslim sekalipun hanya mereka yang tunduk, patuh dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta siap melaksanakan syariat Allah.

Maka dari itu sudah tidak dimungkinkan lagi dalam Islam kita mengangkat seorang pemimpin yang kafir dengan mengenyampingkan orang mu'min, karena dia yakin bahwa yang kafir itulah yang terbaik, maka dari sisi akidah dia sudah gugur keislamannya.

Bila kita membuka lembaran sejarah, maka kita akan menemukan salah satu teladan yang baik dari seorang sosok anak manusia yang baru diangkat menjadi Khalifah, di mana ketika itu Abu Bakar Ash Shidiq Ra telah diangkat menjadi khalifah. Layak timbul pertanyaan dalam diri kita dengan diangkatnya beliau menjadi khalifah, apakah kedudukannya sebagai khalifah mengubah kepribadian dan gaya hidupnya ? Apakah dalam kegemilangan dan kepadatan keberhasilannya, lantas ia melupakan kerendahan hati dan sifat-sifat utama lainnya ? Apakah kehidupannya sebagai khalifah berada di atas manusia pada iumumnya, ataukah tetap di tengah-tengah manusia ?

Jawaban dari semua pertanyaan di atas, kita akan dapatkan dengan menyimak pidato detik-detik awal dari kekhalifannya saat ia tampil untuk pertama kalinya menghadap khalayak ramai untuk menyampaikan kepada mereka ikrar serta janjinya, "Hai Kaum Muslimin, saya telah diangkat sebagai pemimpin kalian, tetapi itu tidak berarti bahwa saya adalah yang terbaik di antara kalian. Maka jika saya benar, bantu dan dukunglah saya, dan jika saya salah, betulkan dan peringatkan saya! Ingatlah, orang yang lemah di antara kalian menjadi kuat di sisiku hingga saya serahkan haknya kepadanya. Dan, orang yang kuat di antara kalian menjadi lemah di sisiku hingga saya ambil yang bukan haknya daripadanya. Taatilah saya selama saya mentaati Allah dan Rasul-Nya. Dan jika saya tidak taat, maka tidak ada keharusan bagi kalian untuk mentaatiku".

Dengan ikrarnya ini, Abu Bakar Ra telah meletakkan rasa tanggung jawabnya dalam kerangka pengakuan dan ketulusan. Tanggung jawab seorang pemimpin yang dipercaya sekaligus mengungkapkan intisari setiap pemerintahan yang baik. Dengan pernyataan ikrar, "Saya telah diangkat sebagai pemimpin kalian, tetapi saya bukanlah yang terbaik di antara kalian".

Maknanya, ia hendak mengikis persangkaan manusia yang menyebabkan mereka menaruh pihak penguasa di tempat yang mereka tinggikan dari derajat dan kedudukan yang sebenarnya.

Ia bermaksud hendak menanamkan dalam hati mereka bahwa kekuasaan itu bukanlah suatu kelebihan atau keistimewaan, melainkan amanah yang wajib ditunaikan dengan sebaik-baiknya sekaligus pelayanan umum yang dalam sebagian besar di antaranya ditemui berbagai macam kesulitan dan tanggung jawab.

Ia memberi pelajaran berharga bagi kita bahwa kepemimpinan itu bukanlah untuk suatu keagungan, melainkan tugas dan kewajiban, memberikan bimbingan dan bukan ketakaburan.

Seorang pemimpin itu hanyalah suatu individu yang merupakan bagian dari ummat dan bukanlah ummat suatu bagian dari individu.

Demikian pula, dapat kita simak makna ikrarnya yang dinyatakannya, "Taatilah saya selama saya mentaati Allah dan Rasul-Nya. Dan jika saya tidak taat, maka tidak ada keharusan bagi kalian untuk taat kepadaku".

Lewat pernyataannya ini beliau ingin menegaskan, bahwa umat wajib taat kepada pemerintahan dan kepemimpinan beliau, sepanjang beliau taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebaliknya, jika nanti di dalam kepemimpinannya beliau menyimpang dari ketentuan Allah dan Rasul-Nya, maka tidak ada kewajiban bagi bagi ummat untuk taat.

Disadari atau tidak, permasalahan "pilih-memilih" dalam menjalani kehidupan ini bukanlah urusan kecil atau masalah yang sepele, terlebih lagi dalam kaitannya kita harus memilih seorang pemimpin.

Bagi kita yang berkedudukan sebagai pemilih tentu punya tanggung jawab yang sangat besar. Bukan hanya tanggungjawab moral, tapi lebih dari itu kita punya tanggung jawab di hadapan Allah. Di hadapan-Nya kelak, kita akan dituntut pertanggungjawabannya tentang apa yang telah kita lakukan, tindakan dan sikap apa yang telah kita perbuat, "Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya" (Al Israa', 17 : 36).

Kita harus betul-betul siap untuk memilih seseorang yang kita yakini, paling tidak, yang siap melaksanakan syariat Allah. Kesalahan kita dalam memilih akan berakibat fatal bagi kehidupan ummat masa kini dan masa akan datang dan kita pun harus ikut mempertanggungjawabkan itu di akhirat kelak.

"Salah" kita dalam memilih seorang pemimpin, dengan memilih orang yang zalim misalnya, karena tidak terbesit tekadnya sedikit pun untuk menegakkan syariat Islam, maka kita harus ikut mempertanggungjawabkan pilihan kita itu di hadapan Allah. Karena bukankah dia bisa menjadi seorang pemimpin adalah juga karena kita yang memilihnya. Bahkan dalam kesalahan memilih seorang pemimpin, bukan hanya saja menyeret seseorang masuk dalam perbuatan zalim atau dosa, lebih dari itu bisa membuat seseorang gugur keislamannya, Na'udzubillah min dzalik!

Akhirnya, pada penghujung bahasan ini saya berpesan marilah gunakan sebaik-baiknya hak pilih kita dengan penuh tanggung jawab demi keselamatan ummat hari ini, esok dan pada masa-masa mendatang, dunia dan akhirat dalam ridha-Nya.
Wallahu a'lam bish-shawab.

By K.H. Athian Ali M. Da'i, MA
Senin, 06 April 2009 pukul 11:59:00

Pemetaan, Menentukan Kiblat di Era Kejayaan Islam


Para ilmuwan Muslim di era keemasan peradaban Islam telah mengembangkan metode pemetaan. Dengan menguasai pemetaan, para astronom mampu menentukan posisi lintang dan bujur tempat-tempat di permukaan bumi. Hasilnya bisa digunakan untuk beragam kepentingan. Salah satunya untuk menghitung hasil pengamatan posisi benda-benda yang ada di langit.

Menurut Ahmad Y al-Hassan dan Donald R Hill dalam karyanya bertajuk Islamic Technology: An Illustrated History mengungkapkan, para astronom Muslim memiliki beberapa cara untuk menemukan koordinat suatu benda di langit. Salah satunya dengan menentukan garis meridian, yakni garis yang melintang dari arah selatan suatu tempat kemudian ditarik hingga ke kutub utara langit dan titik zenith.

''Untuk menentukan arah meridian, cara paling sederhana yang digunakan para astronom saat itu adalah dengan mengukur lintang bintang circumpolar, yakni bintang yang cukup dekat dengan kutub langit sehingga selalu muncul horison,'' ungkap al-Hassan dan Hill. Pada saat yang sama, diukur pula sudut horisontalnya terhadap sebuah titik pada garis horison.

Menurut al-Hassan, pengukuran itu dilakukan dua kali, ketika bintang berada di timur pengamatan dan ketika berada di sebelah barat. Menurut al-Hassan dan Hill, garis meridian diperoleh dengan membagi dua sudut horisontal. Selanjutnya penentuan bujur dapat dilakukan dengn mudah, yakni dengan mengamati tinggi matahari dan bintang ketika melewati meridian.

Selain itu, para astronom Muslim juga sudah mampu menentukan garis lintang. Sayangnya, kata al-Hassan, metode yang digunakan untuk menentukan lintang itu tak seakurat metode penentuan garis bujur. Guna menentukan lintang yang sangat akurat, papat dia, dibutuhkan alat ukur waktu yang andal bernama Kronometer. "Kronometer yang demikian baru ada setelah pertengahan abad ke-18 M, sehingga para astronom Muslim harus menggunakan metode pengukuran lain yang tentu saja tidak bergantung pada keakuratan pengukuran waktu," ungkap al-Hassan dan Hill.

Untuk menentukan lintang, para astronom Muslim di era kekhalifahan mengembangkan dua teknik. Pertama, mereka melakukan pengamatan gerhana bulan dari dua tempat berbeda dengan objek pengamatan atau peristiwa yang sama. "Misalnya ketika bulan bergerak menuju bayangan Bumi dan kemudian membandingkan hasilnya," tutur al-Hassan dan Hill. Menurut al-Hassan, perbedaan waktu kejadian dari suatu peristiwa serupa di kedua tempat itu merupakan besar perbedaan lintangnya. Sedangkan pada metode kedua, para astronom mengukur jarak ke arah timur-barat suatu tempat dari tempat lain yang diketahui (atau diasumsikan) lintangnya.

Setelah lintang dan bujur dua tempat diketahui, maka dapat ditentukan arah satu tempat ke tempat lain. Dan besaran yang dihasilkan adalah azimuthnya, yakn besar sudut jurusan yang diukur dari arah utara ke rah timur (searah jarum jam) hingga garis arah kedua titik. "Salah satu aplikasi perhitungan ini, yaitu penentuan arah Makkah dari tempat tertentu (kiblat)," kata al-Hassan dan Hill.

Penentuan arah Makkah atau kiblat ini merupakan sesuatu yang penting bagi ilmuwan Muslim era kekhalifahan. Para ilmuwan Muslim akhirnya bisa memecahkan penentuan arah kiblat pada abad ke-3 H/9 M sampai ke-8 H/14 M. Ini membuktikan kecanggihan trigonometri yang digunakan para astronom Muslim serta kecanggihan teknik perhitungan yang telah mereka capai.

"Karena azimuth suatu tempat bersifat relatif terhadap tempat lain dapat ditentukan, secara teoritis akan mungkin untuk membuat jalan atau kanal lurus antara dua kota," jelas al-Hassan dan Hill. Namun, imbuh al-Hassan dan Hill, dalam praktiknya, hal itu tidak dapat direalisasikan. Pasalnya, rute-rute ditentukan keadaan daerah dan masalah pemilikan lahan. Sementara kanal-kanal itu harus sedekat mungkin dengan daerah pertanian yang akan dialirinya. "Oleh karena itu, rute-rute ditentukan dengan mengingat pertimbangan-pertimbangan praktis ini," kata al-Hassan dan Hill.

Sebelum penggalian kanal, selain menentukan rute, perlu juga diperhitungkan pendataran tanah sepanjang rute tersebut dari awal hingga akhir. Proses pendataran tanah itu membutuhkan garis pandang horisontal yang pada instrumen modern diperoleh dari benang silang dalam teropong dan sifat datar."Para surveyor Muslim menggunakan beberapa instrumen yang didasarkan pada prinsip yang sama, meski tak satupun yang mempunyai teleskop, mereka memakai penglihatan langsung," ungkap al-Hassan dan Hill.

Menurut al-Hassan dan Hill, salah satu instrumen yang yang digunakan adalah segitiga logam dengan pengait logam dipatrikan di kedua ujung salah satu sisinya. Unting-unting dengan pemberat seperti bandul di ujungnya dipasang pada tengah-tengah sisi tadi. Dua rambu tegak yang dibagi-bagi dalam graduasi 12 sentimeter dan kemudian dibagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil ditegakkan oleh asisten pemegang rambu dalam jarak tujuh meter.

''Seutas kawat direntangkan antara kedua bambu dan segitiga logam tadi digantungkan dengan kedua pengaitnya di tengah-tengah kawat ini. Salah satu ujung kawat digerakkan ke atas dan ke bawah rambu sampai tali unting-unting tepat menunjukkan sudut bahaw segi tiga,'' papar al-Hassan.

Metode yang sama juga digunakan pada kayu sepanjang setengah meter dengan lubang mendatar. Pada proses ini juga digunakan bandul logam yang diikatkan pada tengah kayu. Bandul ini berfungsi sebagi garis unting-unting. Kemudian kayu tersebut diletakkan di atas kawat, selanjutnya pendataran dilakukan seperti cara yang telah disebutkan tadi.

Metode ketiga yang digunakan para ilmuwan Muslim untuk menetukan sifat datar adalah dengan menggunakan bambu lurus panjang yang salah satu sisinya dilubangi. Bambu tersebut dipegang kedua rambu tegak di masing-masing ujungnya. Dan seorangasisten menuangkan air ke dalam bambu melalui lubang tadi. "Bambu dianggap horizontal jika air yang keluar dari kedua ujungnya sama banyak," kata al-Hassan an Hill.

Para ilmuwan juga mencatat beda ketinggian, dan pemegang rambu pindah ke titik selanjutnya dalam lintasan rute. Kemudian prosedur yang sama dilakukan kembali. Al-Hassan menambahkan, "Jika rute sudah selesai dipetakan, total (jumlah aljabar) 'naik' dan 'turun' dari semua titik pangkalan menunjukkan perbedaan tinggi titik awal dan titik akhir.

Menurut al-Hassan dan Hill, cara yang sama juga digunakan untuk memperoleh kemiringan yang tepat pada penggalian kanal. Sedangkan untuk memperoleh tinggi dan sudut objek-objek yang jauh, para surveyor Muslim menggunakan astrolab. Di bagian belakang instrumen, pada setengah lingkaran bawahm terdapat sebuah siku-sku atau kadang-kadang sepasang siku-siku dengan ukuran sama.

Jika astrob digantung secara bebas, alidad atau garis pembidik diatur sedemikian rupa sehingga objek jauh yang perlu diketahui tingginya dapat terlihat melalui pembidik. Demikianlah metode pemetaan yang diterapkan para ilmuwan Muslim di era kejayaan Islam. she


Penentuan Arah Kiblat

Ada beragam metode untuk menentukan arah kiblat. Guna mencari arah kiblat, diperlukan perhitungan yang cermat dan sedetil mungkin, sehingga diperlukan data yang valid untuk dijadikan bahan hitungan. Beberapa data yang diperlukan itu antara lain; arah utara selatan dan timur barat.

Untuk menentukan titik utara selatan terdapat beberapa cara, yaitu dengan menggunakan theodolit, tongkatistiwa (sundilan), teropong, kompas. Di antara cara-cara tersebut di atas, yang paling mudah, murah, dan memperoleh hasil yang teliti adalah dengan mempergunakan tongkat istiwa.

Caranya, tancapkan sebuat tongkat lurus pada sebuah pelataran datar yang berwarna putih cerah. Panjang tongkat sekitar 30 cm dan berdiameter satu cm. Ukurlah dengan lot dan waterpass sehingga pelataran betul-betul datar dan tongkat betul-betul tegak lurus terhadap pelataran. Lalu, lukislah sebuah lingkaran berjari-jari sekitar 20 cm yang berpusat pada pangkal tongkat tadi.

Kemudian, amati dengan teliti bayang-bayang tongkat beberapa jam sebelum tengah hari sampai sesudahnya. Semula, tongkat akan mempunyai bayang-bayang panjang menunjuk ke arah Barat. Semakin siang, bayang-bayang semakin pendek, lalu berubah arah sejak tengah hari. Kemudian semakin lama bayang-bayang akan semakin panjang lagi menunjuk ke arahTimur. Dalam perjalanan seperti itu, ujung bayang-bayang tongkat akan menyentuh lingkaran sebanyak dua kali pada dua tempat, yaitu sebelum tengah hari dan sesudahnya.

Selanjutnya kedua sentuhan itu kita beri tanda dan hubungkan antara keduanya dengan garis lurus. Garis ini merupakan arah Barat-Timur secara tepat. Lalu lukislah garis tegak lurus pada garis Barat-Timur tersebut, maka akan memperoleh garis Utara-Selatan yang persis menunjuk titik Utara sejati. she/ berbagai sumber

By Republika Newsroom
Rabu, 22 April 2009 pukul 11:06:00

Sabtu, 09 Mei 2009

Teknik Sipil di Era Keemasan Islam


Peradaban Islam di era keemasan telah memberi sumbangan yang begitu besar dalam bidang teknik sipil (civil engineering).Di era kejayaannya, para insinyur Muslim telah berhasil membangun sederet karya besar dalam bidang teknik sipil berupa; bendungan, jembatan, penerangan jalan umum, irigasi, hingga gedung pencakar langit.

Anehnya, beragam karya besar ilmuwan Muslim dalam bidang teknik sipil itu sama sekali tak pernah diungkap para sejarawan teknik sipil. Bila kita melacak sejarah perkembangan teknik sipil, kisah sukses dan pencapaian yang telah ditorehkan para insinyur Muslim di abad pertengahan itu sama sekali tak disebut.

Peradaban Barat, melalui sejarawan teknik sipilnya seakan-akan menutupi keberhasilan dan mengabaikan pencapaian yang telah ditorehkan para insinyur Muslim. Upaya Barat menutupi keberhasilan para insinyur Muslim di zaman kekhalifahan itu pun mengundang protes dan kecaman di kalangan sejarawan teknik sipil di dunia Barat.

''Sangat tak adil dan tak benar,'' cetus Norman Smith dalam bukunya A History of Damsmenanggapi sikap sejumlah sejarawan Barat yang tak mengakui pencapaian para insinyur sipil Muslim. Alih-alih mengakui keberhasilan insinyur Muslim, para sejarawan teknik sipil Barat malah menuding pada era kekuasaan Dinasti Ummayah dan Abbasiyah pembangunan bendungan, irigasi, serta aktivitas teknik lain menurun drastis.

Sejarah teknik sipil yang ditulis Barat menyebutkan bahwa insinyur sipil pertama di dunia adalah Jhon Smeaton yang hidup di abad ke-18 M. Smeaton mengklaim dirinya sebagai insinyur sipil pertama karena mampu membangun Eddystone Lighthouse. Padahal, jauh sebelum itu di abad ke-9 M, peradaban Islam sudah memiliki insinyur sipil terkemuka bernama Al-Farghani. Selain itu ada pula nama Al-Jazari, insinyur sipil terkemuka dari abad ke-13 M.

Lalu apa saja karya besar yang disumbangkan para insinyur Muslim bagi pengembangan teknik sipil? Sejarah membuktikan, di era keemasannya peradaban Islam telah mampu membangun bendungan jembatan (bridge dam).Bendung jembatan itu digunakan untuk menggerakkan roda air yang bekerja dengan mekanisme peningkatan air. Bendungan jembatan pertama dibangun di Dezful, Iran.

Bendung jembatan itu mampu menggelontorkan 50 kubik air untuk menyuplai kebutuhan masyarakat Muslim di kota itu. Setelah muncul di Dezful, Iran bendung jembatan juga muncul di kota-kota lainnya di dunia Islam. Sehingga, masyarakat Muslim pada masa itu tak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

Selain itu, di era kekhalifahan para insinyur Muslim juga sudah mampu membangun bendungan pengatur air diversion dam.Bendungan ini digunakan untuk mengatur atau mengalihkan arus air. Bendungan pengatur air itu pertama kali dibangun insinyur Muslim di Sungai Uzaym yang terletak di Jabal Hamrin, Irak. Setelah itu, bendungan semacam itu pun banyak dibangun di kota dan negeri lain di dunia Islam.

Pencapaian lainnya yang berhasil ditorehkan insinyur Islam dalam bidang teknik sipil adalah pembangunan penerangan jalan umum. Lampu penerangan jalan umum pertama kali dibangun oleh kekhalifahan Islam, khususnya di Cordoba. Pada masa kejayaannya, pada malam hari jalan-jalan yang mulus di kota peradaban Muslim yang berada di benua Eropa itu bertaburkan cahaya.

Selain dikenal bertabur cahaya di waktu malam, kota-kota peradaban Islam pun dikenal sangat bersih. Ternyata, pada masa itu para insinyur Muslim sudah mampu menciptakan sarana pengumpul sampah, berupa kontainer. Sesuatu yang belum pernah ada dalam peradaban manusia sebelumnya.

Para insinyur Muslim di masa kejayaan juga telah memberi sumbangan bagi pengembangan teknik sipil dengan menemukan beragam peralatan survei. Peralatan untuk meneliti permukaan berupa papan dari kayu dengan timbangan pengukur garis tegak lurus dan dua cantelan. Saat itu juga suda ditemukan alat untuk mengukur sudut, mengukur lebar sungai serta mengukur jarak antara dua titik yang dipisahkan oleh sebuah halangan yang tak dapat dilalui.

Sebelum peradaban Barat berhasil membangun gedung pencakar langit, para insinyur Muslim pada abad ke-16 M telah berhasil membangun gedung pencakar langit di Shibam, Yaman. Tak heran, jika kota itu dikenal sebagai 'kota pencakar langit tertua di dunia.' Inilah contoh pertama tata kota yang didasarkan pada prinsip-prinsip pembangunan secara vertikal.

Di kota Shibam dibangun tak kurang dari 500 tower rumah yang tingginya mencapai 30 meter. Para insinyur teknik sipil Barat untuk pertama kalinya berhasil membangun gedung pencakar langit pertama pada tahun 1885 M. Gedung pencakar langit pertama yang dibangun insinyur barat adalah Home Insurance Building yang tingginya mencapai 42 meter.

Pada abad ke-21 ini, gedung pencakar langit masih berada di negara Muslim yakni di Dubai, yakni Burj Dubai. Pada tahun 1998, gedung pencakar langit tertinggi berada di Malaysia, yakni menara kembar Petronas. Untuk urusan merancang gedung pencakar langit, duania mencatat insinyur Muslim pada abad ke-20 dari Banglades, Fazlur Khan, sebagai 'Einstein Teknik Struktural'.

Insinyur teknik sipil Muslim di abad ke-12 M, juga telah mampu mendirikan menara tertinggi di abad pertengahan. Menara masjid tertinggi itu adalah Qutub Minar yang tingginya mencapai 72 meter. Sedangkan, menara masjid tertinggi di abad ke-21 ini adalah menara Masjid Hasan II yang tingginya mencapai 201 meter. Menara itu dibangun pada tahun 1986.

Salah satu pencapaian lainnya yang berhasil dibangun para insinyur Muslim adalah sistem pemasok air atau sistem irigasi. Saluran irigasi yang dibagun pada zaman kemilau Islam itu hingga kini masih digunakan di dunia Islam atau wilayah bekas kekuasaan Islam di Eropa, seperti Sicilia, Semenjanjung Iberia dan khusunya Andalusia, Aragon, dan provinsi Valencia di Spanyol.

Sistem irigasi yang dikembangkan para insinyur Muslim itu juga telah diadopsi di Kepulauan Canary dan Amerika. Bangsa Spanyol yang memperkenalkannya ke benua Amerika. Hingga kini, sistem irigasi yang dikembangkan para insinyur Muslim itu masih digunakan di Meksiko, Texas, Peru, dan Chili. Begitu banyaknya sumbangan yang telah diberikan para insiyur muslim di bidang teknik sipil. Lalu atas dasar apa peradaban Barat berupaya untuk menyembunyikannya?

Al-Farghani, Insinyur Sipil di Abad IX

Insinyur sipil Muslim dari abad ke-9 M itu bernama lengkap Abu'l-Abbas Ahmad ibnu Muhammad ibnu Kathir Al-Farghani. Ilmuwan yang terlahir di Farghana, Tansoksiana, itu biasa dipanggil Al-Farghani. Orang Barat biasa menyebutnya Al-Fraganus. Sebelum terjun dalam bidang teknik sipil, sejatinya Al-Farghani adalah seorang astronom.

Salah satu karyanya yang terkenal adalah Kitab fi al-Harakat al-Samawiya wa Jawami Ilm al-Nujum(Elemen-elemen Astronomi). Al-Farghani begitu populer sebagai astronom, karena mampu menetapkan diameter bumi sejauh 6.500 mil serta menemukan diameter planet-planet. Di era kepemimpinan Khalifah Al-Mutawakil, Al-Farghani lalu terjun di bidang teknik.

Menurut sejarawan Ibnu Tughri Birdi, Al-Farghani dipercaya untuk mengawasi pembangunan Great Nilometerdi Fustat kota tua Kairo. Pembangunan megaproyek Great Nilometer itu rampung pada tahun 861 M, bersamaan dengan meninggalnya Khalifah Al-Mutawakil. Proyek lainnya yang digarap Al-Farghani adalah pengggalian kanal Al-Ja'fari.

Al-Farghani ditugaskan dua putera Khalifah Al-Mutawakil, yakni Muhammad dan Ahmad, untuk mengawasi proyek penggalian kanal itu. Kanal itu melalui kota baru Al-Ja'fariyah yang dibangun Al-Mutawakil dekat Samarra, di Tigris. Sayangnya, proyek penggalian kala yang diawasi Al-Farghani itu tak terlalu sukses.

Sebab, kanal itu tak bisa mengalirkan air dengan baik, kecuali bila ketinggian Sungai Tigris sedang tinggi. Konon, khalifah pun sempat marah, karena Al-Farghani ternyata salah perhitungan. Akibatnya, dia lebih dijuluki sebagai sebagai insinyur teoritis dibandingkan insinyur praktik. Pada tahun 987 M, Ibnu Al-Nadim mengungkapkan, Al-Farghani berhasil menulis dua buku penting dalam bidang teknik yakni, Kitab al-Fusul, Ikhtiyar al-Majistidan Kitab Amal Al-Rukhmatatau 'Book on the Construction of Sun-dials.



Peninggalan Para Insinyur Muslim



Umat Islam di era kekhalifahan begitu banyak membangun bendungan dengan beragama jenis struktur dan bentuk. Kebanyakan bendungan yang dibangun pada awal perkembangan Islam berada di Jazirah Arab. Salah satu dam yang dibangun itu berada di Qusaybah dekat kota Madinah.

Bendungan itu tingginya mencapai 30 meter dan panjangnya sekitar 205 meter. Di Iran juga terdapat bendungan Kebar yang dibangun pada abad ke-13 M. Inilah bendungan tertua yang masih tetap bertahan. Selain itu, bendungan masa keemasan Islam juga dapat ditemukan di Afghanistan.

Paling tidak ada tiga bendungan yang dibangun oleh Raja Mahmoud Ghaznah (998 M - 1030 M). Bendungan di Afghanistan itu berada dekat ibu kota, Kabul. Para insinyur Muslim di era kejayaan juga membangun bendungan di Spanyol Muslim. Di kota Cordoba, tepatnya di sungai Guadalquivir dapat ditemukan dam tertua yang masih bertahan dan berfungsi peninggalan peradaban Islam di negara itu.

Insinyur Muslim menggunakan metode survei lahan yang mutakhir untuk menetapkan lokasi pembangunan bendungan. Mereka juga sudah mampu membuat tata letak terusan atau kanal dengan sistem yang sangat kompleks. Untuk membuat tata letak kanal, para insinyur Muslim sudah mulai menggunakan astrolabe dan juga perhitungan trigonometri.

Di sekitar Baghdad, air dialihkan ke Kanal Nahwran yang memasok air untuk saluran irigasi. Bendungan yang terbilang mengagumkan berada di Marib, Yaman. Tingginya mencapai 14 meter dan panjangnya sekitar 600 meter. Sayangnya, begitu banyak bendungan yag dibangun pada masa keemasan Islam itu yang dihancurkan tentara Mongol saat melakukan invasi ke dunia Islam.

By Republika Newsroom
Rabu, 18 Maret 2009 pukul 10:59:00

Senin, 04 Mei 2009

Buffett attacks buyback strategy as 'foolish' Legendary investor Warren Buffett has attacked the strategy of companies buying back their own shares,


Warren Buffett thinks most buybacks do not create value
Speaking at Berkshire Hathaway's annual meeting in Omaha, Nebraska, Mr Buffett said: "Most of the repurchasing in recent years was foolish." He added that companies invariably paid too much.
Mr Buffett said that only once in the last decade had he considered buying back Berkshire stock as its shares were trading "demonstrably lower than intrinsic value".
However, he stressed: "I don't think that situation exists now."
Many companies that bought back shares over the last two years are licking their wounds, particularly in the financial sector.
RBS launched a £1bn share buyback in 2006, paying an average of £18.38 for the shares, which now stand at just 44p. In January 2008, Lehman Brothers unveiled plans to buy back 19pc of its equity – just nine months before the investment bank went bust.
When a company has spare cash on its balance sheet that it does not need to invest in its business, it can use share buybacks to boost its earnings per share – in expectation that it receives a higher stock market rating.
Mr Buffett is not alone in having doubts over the practice. The UK Shareholders' Association (UKSA) has also argued that buybacks are often contrary to shareholders' interests, especially
private investors. UKSA prefers the dividend route as a way of returning cash.
Buybacks have also come under criticism because they are regarded as a way to improve management benefits under share option or other remuneration schemes that relate to an improvement in earnings per share.
Mr Buffett also dismissed the US government's stress tests on bank balance sheets.
"I think I know their future, frankly, better than somebody that comes in to take a look," Mr Buffett said. "They may be using more of a checklist-type approach." He said he had applied his own stress test to Wells Fargo and it had passed with flying colours.
When Mr Buffett retires his role will be split, with his son Howard becoming chairman and a new chief executive appointed from within the group. However, he said all the internal candidates failed to beat the S&P 500 in 2008.
Following the biggest annual drop in profits since Mr Buffett began running the company in 1965, Berkshire Hathaway will report its first-quarter results on Friday. Mr Buffett said that operating profits would fall by around 10pc year-on-year to $1.7bn (£1.1bn). Operating profits do not include the changes in valuation of the company's investments and derivatives.
Book value per share, a key measure of investment companies, will be down another 6pc from the end of 2008, as the value of Berkshire's share investments fell and losses on derivatives contracts mounted. This is added to book value losses of 9.6pc in 2008.
Berkshire Hathaway lost around $7.5bn in the value of its investments and derivatives last year, the majority of which were unrealised. Profits last year slid by 62pc to $3,224 per Class A share.
Berkshire Hathaway shares have fallen from a peak of $147,000 in September 2008 to $92,005 now.

The Great Depression

By Nick Taylor is the author of “American-Made,” a 2008 history of the Works Progress Administration.

The Great Depression was a worldwide economic crisis that in the United States was marked by widespread unemployment, near halts in industrial production and construction, and an 89 percent decline in stock prices. It was preceded by the so-called New Era, a time of low unemployment when general prosperity masked vast disparities in income.

The start of the Depression is usually pegged to the stock market crash of “Black Tuesday,” Oct. 29, 1929, when the Dow Jones Industrial Average fell almost 23 percent and the market lost between $8 billion and $9 billion in value. But it was just one in a series of losses during a time of extreme market volatility that exposed those who had bought stocks “on margin” – with borrowed money.

The stock market continued to decline despite brief rallies. Unemployment rose and wages fell for those who continued to work. The use of credit for the purchase of homes, cars, furniture and household appliances resulted in foreclosures and repossessions. As consumers lost buying power industrial production fell, businesses failed, and more workers lost their jobs. Farmers were caught in a depression of their own that had extended through much of the 1920s. This was caused by the collapse of food prices with the loss of export markets after World War I and years of drought that were marked by huge dust storms that blackened skies at noon and scoured the land of topsoil. As city dwellers lost their homes, farmers also lost their land and equipment to foreclosure.

President Herbert Hoover, a Republican and former Commerce secretary, believed the government should monitor the economy and encourage counter-cyclical spending to ease downturns, but not directly intervene. As the jobless population grew, he resisted calls from Congress, governors, and mayors to combat unemployment by financing public service jobs. He encouraged the creation of such jobs, but said it was up to state and local governments to pay for them. He also believed that relieving the suffering of the unemployed was solely up to local governments and private charities.

By 1932 the unemployment rate had soared past 20 percent. Thousands of banks and businesses had failed. Millions were homeless. Men (and women) returned home from fruitless job hunts to find their dwellings padlocked and their possessions and families turned into the street. Many drifted from town to town looking for non-existent jobs. Many more lived at the edges of cities in makeshift shantytowns their residents derisively called Hoovervilles. People foraged in dumps and garbage cans for food.

The presidential campaign of 1932 was run against the backdrop of the Depression. Franklin Delano Roosevelt won the Democratic nomination and campaigned on a platform of attention to “the forgotten man at the bottom of the economic pyramid.” Hoover continued to insist it was not the government’s job to address the growing social crisis. Roosevelt won in a landslide. He took office on March 4, 1933, with the declaration that “the only thing we have to fear is fear itself.”

Roosevelt faced a banking crisis and unemployment that had reached 24.9 percent. Thirteen to 15 million workers had no jobs. Banks regained their equilibrium after Roosevelt persuaded Congress to declare a nationwide bank holiday. He offered and Congress passed a series of emergency measures that came to characterize his promise of a “new deal for the American people.” The legislative tally of the new administration’s first hundred days reformed banking and the stock market; insured private bank deposits; protected home mortgages; sought to stabilize industrial and agricultural production; created a program to build large public works and another to build hydroelectric dams to bring power to the rural South; brought federal relief to millions, and sent thousands of young men into the national parks and forests to plant trees and control erosion.

The parks and forests program, called the Civilian Conservation Corps, was the first so-called work relief program that provided federally funded jobs. Roosevelt later created a large-scale temporary jobs program during the winter of 1933–34. The Civil Works Administration employed more than four million men and women at jobs from building and repairing roads and bridges, parks, playgrounds and public buildings to creating art. Unemployment, however, persisted at high levels. That led the administration to create a permanent jobs program, the Works Progress Administration. The W.P.A. began in 1935 and would last until 1943, employing 8.5 million people and spending $11 billion as it transformed the national infrastructure, made clothing for the poor, and created landmark programs in art, music, theater and writing. To accommodate unions that were growing stronger at the time, the W.P.A. at first paid building trades workers “prevailing wages” but shortened their hours so as not to compete with private employers.

Roosevelt’s efforts to assert government control over the economy were frustrated by Supreme Court rulings that overturned key pieces of legislation. In response, Roosevelt made the misstep of trying to “pack” the Supreme Court with additional justices. Congress rejected this 1937 proposal and turned against further New Deal measures, but not before the Social Security Act creating old-age pensions went into effect.

Brightening economic prospects were dashed in 1937 by a deep recession that lasted from that fall through most of 1938. The new downturn rolled back gains in industrial production and employment, prolonged the Depression and caused Roosevelt to increase the work relief rolls of the W.P.A. to their highest level ever.

Hitler’s invasion of Poland in September 1939, following Japan’s invasion of China two years earlier and the continuing war there, turned national attention to defense. Roosevelt, who had been re-elected in 1936, sought to rebuild a military infrastructure that had fallen into disrepair after World War I. This became a new focus of the W.P.A. as private employment still lagged pre-Depression levels. But as the war in Europe intensified with France surrendering to Germany and England fighting on, ramped up defense manufacturing began to produce private sector jobs and reduce the persistent unemployment that was the main face of the Depression. Jobless workers were absorbed as trainees for defense jobs and then by the draft that went into effect in 1940, when Roosevelt was elected to a third term. The Japanese attack on Pearl Harbor in December 1941 that started World War II sent America’s factories into full production and absorbed all available workers.

Despite the New Deal’s many measures and their alleviation of the worst effects of the Great Depression, it was the humming factories that supplied the American war effort that finally brought the Depression to a close. And it was not until 1954 that the stock market regained its pre-Depression levels.

Prof Jeffrey Lang: Hidayah dari Hadiah Alquran



"Adam diturunkan ke bumi bukan karena dosa yang diperbuatnya, melainkan karena Allah SWT menginginkan seorang khalifah di bumi untuk mengatur dan menyejahterakan alam." (Jeffrey Lang).

Prof Dr Jeffrey Lang,nama lengkapnya.Sehari-hari dia bekerja sebagai dosen dan peneliti bidang matematika di Universitas Kansas, salah satu universitas terkemuka di Amerika Serikat. Gelar master dan doktor matematika diraihnya dari Purdue University pada tahun 1981. Ia dilahirkan dalam sebuah ke luarga penganut paham Katolik Roma di Bridgeport, Connecticut, pada 30 Januari 1954.

Pendidikan dasar hingga menengah ia jalani di sekolah berlatar Katolik Roma selama hampir 18 tahun. Selama itu pula, menurut Lang sebagaimana ditulis dalam catatan hariannya tentang perjalanannya mencari Islam menyisakan banyak pertanyaan tak berjawab dalam dirinya tentang Tuhan dan filosofiajaran Kristen yang dianutnya selama ini.

"Seperti kebanyakan anak-anak lain di kisaran tahun 1960-an hingga awal 1970-an, saya melewati masa kecil yang penuh keceriaan. Bedanya, pada masa itu, saya sudah mulai banyak bertanya tentang nilai-nilai kehidupan, baik itu secara politik, sosial, maupun keagamaan. Saya bahkan sering bertengkar dengan banyak kalangan, termasuk para pemuka gereja Katolik," paparnya.

Menginjak usia 18 tahun, Lang remaja memutuskan menjadi seorang atheis. ‘’Jika Tuhan itu ada dan Dia punya belas kasih dan sayang, lalu mengapa ada begitu banyak penderitaan di atas bumi ini? Mengapa Dia tidak masukkan saja kita semua ke dalam surga? Mengapa juga dia menciptakan orang-orang di atas bumi ini dengan berbagai penderitaan?’’ kisah Lang tentang kegelisahan hatinya kala itu. Selama bertahun-tahun, pertanyaan-pertanyaan seperti itu terus menggelayuti pikirannya.

Dihadiahi Alquran akhirnya Lang baru mendapat jawaban atas berbagai pertanyaan tersebut ketika ia bekerja sebagai salah seorang asisten dosen di Jurusan Matematika, Universitas San Francisco. Di sanalah, ia menemukan petunjuk bahwa Tuhan itu ada dan nyata dalam kehidupan ini. Petunjuk itu ia dapatkan dari beberapa mahasiswanya yang beragama Islam.

Saat pertama kali memberi kuliah di Universitas San Francisco, Lang bertemu dengan seorang mahasiswa Muslim yang mengambil mata kuliah matematika. Ia pun langsung akrab dengan mahasiswa itu. Mahmoud Qandeel, nama mahasiswa tersebut. Dia berasal dari Arab Saudi.

Mahmoud, kata Lang, telah memberi banyak masukan kepadanya mengenai Islam. Menariknya, semua diskusi mereka menyangkut dengan sains dan teknologi. Salah satu yang pernah didiskusikan Lang dan Qandeel adalah riset kedokteran. Lang dibuat terpana oleh jawaban Qandeel, yang di negaranya adalah seorang mayor polisi.

Qandeel menjawab semua pertanyaan dengan sempurna sekali dan dengan menggunakan bahasa Inggris yang bagus.

Ketika pihak kampus mengadakan acara perpisahan di luar kampus yang dihadiri oleh semua dosen dan mahasiswa, Qandeel menghadiahi asisten dosen itu sebuah Alquran dan beberapa buku mengenai Islam.

Atas inisiatifnya sendiri, Lang pun mempelajari isi Alquran itu. Bahkan, buku-buku Islam tersebut dibacanya hingga tuntas. Dia mengaku kagum dengan Alquran. Dua juz pertama dari Alquran yang dipelajarinya telah mem buat dia takjub dan bagai terhipnotis.

‘’Tiap malam muncul beraneka ma cam pertanyaan dalam diri saya. Tapi, entah mengapa, jawabannya segera saya temukan esok harinya. Seakan ada yang membaca pikiran saya dan menuliskannya di setiap baris Alquran. Saya seakan menemukan diri saya di tiap halaman Alquran,’’ ungkap Lang.

Telaah Alquran Sebagai seorang pakar dalam bidang matematika dan dikenal sebagai seorang peneliti, penjelasan yang didapatkannya tidak langsung ia percayai begitu saja. Ia meneliti dan menelaah secara lebih mendalam ayatayat Alquran. Beberapa ayat yang membuatnya kagum dan telah membandingkannya dengan ajarannya yang lama adalah ayat 30-39 surah Albaqarah tentang penciptaan Adam.

Dalam bukunya Losing My Religion: A Call for Help, Jeffrey Lang secara lengkap menjelaskan pergulatannya dalam memahami ayat 30-39 surah Albaqarah tersebut.

‘’Saya membaca ayat tersebut beberapa kali, namun tak kunjung sanggup menangkap apa maksud Alquran,’’ ujarnya. ‘’Bagi saya, Alquran sepertinya sedang menyampaikan sesuatu yang sangat mendasar atau mungkin keliru. Lalu, saya membacanya lagi secara perlahan dan saksama, baris demi baris, untuk memastikan pesan yang di -sampaikan,’’ lanjutnya.

Ketika membaca ayat ke-30 surah Albaqarah, ‘’Dan, ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Malaikat berkata, ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi, mereka adalah orang-orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah. Padahal, kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan menyucikan Engkau?’ Allah berfirman, ‘Sesungguhnya, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’.’’ Menurut Lang, ayat ini sangat mengganggunya. ‘’Saya merasa sangat kesepian. Seakan-akan penulis kitab suci ini telah menarik diri saya ke dalam ruang hampa dan sunyi untuk berbicara langsung dengan saya,’’ ujarnya.

‘’Saya berpikir, keterangan ayat tersebut ada sesuatu yang keliru. Saya protes. Lalu, saya baca lagi. Saya amati dengan saksama. Sebab, menurut ajaran yang pernah saya dapatkan, diturunkannya Adam ke bumi bukan menjadi khalifah, tetapi sebagai hukuman lantaran dosa Adam. Namun, dalam Alquran, tidak ada satu kata pun yang menjelaskan sebab-sebab diturunkan Adam karena perbuatan dosa,’’ jelasnya.

Menurut Lang, pertanyaan yang di utarakannya sama dengan pertanyaan malaikat yang menyatakan bahwa manusia itu berbuat kerusakan.

‘’Tapi, saya merasa ada sesuatu yang lain dari keterangan ayat selanjutnya.

Allah hanya menjawab, ‘Sesungguhnya, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.’ Jawaban ini terkesan sederhana dan enteng, namun mengandung makna yang dalam,’’ ungkapnya.

Lang menjelaskan, dalam Alkitab, jawaban Tuhan atas pertanyaan malaikat disampaikan tentang hukuman yang diberikan karena berbuat dosa. ‘’Penjelasan ini berbeda dengan Alquran. Alquran menjawab pertanyaan para malaikat dengan memperlihatkan kemampuan manusia, pilihan moral, dan bimbingan Ilahi.

Allah mengajarkan manusia (Adam) nama-nama benda.’’ ‘’Ayat tersebut menunjukkan kemu liaan dan kemampuan manusia yang tidak diberikan kepada malaikat,’’ ujarnya.

Bahkan, pada ayat ke-39 dite rangkan, ‘’Adapun orang-orang yang tidak beriman dan mendustakan ayatayat Kami, mereka adalah penghuni neraka dan mereka kekal di dalamnya.’’ ‘’Saya merasa ayat ini makin kuat menyerang saya. Namun, saya semakin percaya akan kebenaran Alquran dan meyakini agama Islam yang dibawa oleh Muhammad SAW,’’ jelasnya.

Islam rasional

Sekitar tahun 1980-an, belum banyak pelajar Muslim yangmenuntut ilmu di UniversitasSan Francisco. Sehingga, kalau bertemu dengan mahasiswa Muslim di area kampus, menurut Lang, itu merupakan hal yang sangat langka.

Ada cerita menarik tatkala Lang sedang menelusuri kampus. Secara tak terduga, ia menemukan sebuah ruangan kecil di lantai bawah sebuah gereja. Ruang tersebut rupanya dipakai oleh beberapa mahasiswa Islam untuk menunaikan shalat lima waktu.

Kepalanya dipenuhi tanda tanya dan rasa ingin tahu. Dia pun memutuskan masuk ke tempat shalat tersebut.

Waktu itu, bertepatan dengan waktu shalat Zuhur. Oleh para mahasiswanya, dia pun diajak untuk ikut shalat. Dia berdiri persis di belakang salah seorang mahasiswa dan mengikuti setiap gerakannya.

Dengan para mahasiswa Muslim ini, Lang berdiksusi tentang masalah agama, termasuk semua pertanyaan yang selama ini tersimpan dalam kepalanya. ‘’Sungguh luar biasa, saya benar-benar terkejut sekali dengan cara mereka menjelaskan. Masuk akal dan mudah dicerna. Ternyata, jawabannya ada dalam ajaran Islam,’’ tuturnya.

Sejak saat itu, Lang pun memutuskan masuk Islam dan mengucapkan dua kalimah syahadat. Dia menjadi seorang mualaf pada awal 1980. Ia mengaku bahwa dengan menjadi seorang Muslim, banyak sekali kepuasan batin yang didapatkannya.

Itulah kisah perjalanan spiritual sang profesor yang juga meraih karier bagus di bidang matematika. Dia mengaku sangat terinspirasi dengan matematika yang menurutnya logis dan berisi faktafakta berupa data riil untuk menda patkan jawaban konkret.

‘’Dengan cara seperti itulah, saya bekerja. Adakalanya, saya frustrasi ketika ingin mencari sesuatu, tapi tidak mendapat jawaban yang konkret. Namun, dengan Islam, semuanya rasional, masuk akal, dan mudah dicerna,’’ tukasnya.

Prof Lang saat ini ditunjuk oleh fakultasnya sebagai pembina organisasi Aso siasi Mahasiswa Islam guna menjembatani para pelajar Muslim dengan pihak universitas. Tak hanya itu, dia bah kan ditunjuk untuk memberikan ma ta kuliah agama Islam oleh pihak rektorat.

Ia menikah dengan seorang perempuan Arab Saudi bernama Raika pada tahun 1994. Mereka dikaruniai tiga anak, yakni Jameelah, Sarah, dan Fattin. Selain menulis ratusan artikel ilmiah bidang matematika, dia juga telah menulis beberapa buku Islam yang menjadi rujukan komunitas Muslim Amerika. Even Angels ask: A Journey to Islam in America adalah salah satu buku best seller-nya. Dalam buku itu, dia menulis kisah perjalanan spiritualnya hingga memeluk Islam.

Beberapa tahun belakangan ini, Lang aktif pada banyak kegiatan Islami dan dia merupakan pembicara inspirasional yang paling terkenal di sebuah organi sasi pendidikan bernama Mecca Centric. Di sana, dia melayani konsultasi segala sesuatu tentang Islam ataupun kegiatan kepemudaan. sya/dia/berbagai sumber/kem

By Republika Newsroom
Minggu, 26 April 2009 pukul 07:14:00