Sabtu, 21 Maret 2009

Bagaimana peran entrepreneur dari “ usaha baru ” dapat bertahan pada era-Globalisasi ............

Globalisasi adalah satu kata yang mungkin paling banyak dibicarakan orang selama lima tahun terakhir ini dengan pemahaman makna yang beragam. Yang pada akhirnya Istilah globalisasi telah membawa kesadaran bagi manusia, bahwa semua penghuni planet ini saling terkait dan tidak bisa dipisahkan begitu saja satu sama lain walau ada rentang jarak yang secara fisik membentang. Dunia dipandang sebagai satu kesatuan dimana semua manusia di muka bumi ini terhubung satu sama lain dalam jaring-jaring kepentingan yang amat luas.

Sugianto dalam tulisannya tentang Globalisasi dan tatanan ekonomi dunia baru, menyatakan bahwa Globalisasi adalah suatu proses yang multi-dimensi, meliputi ekonomi, politik, sosial, budaya dan ideologi. Fenomena globalisasi mewujud dalam bentuk penyempitan waktu dan ruang dalam hubungan sosial. Artinya hubungan sosial antara individu dengan masyarakat maupun antar masyarakat dalam suatu negara bahkan antar negara telah menjadi begitu transparan, tidak lagi mengenal batas-batas politik. Perkembangan yang begitu cepat dalam teknologi informasi, perdagangan internasional, serta mobilitas tenaga kerja, modal dan keuangan antar negara sejak tiga dasawarsa terakhir telah mengakibatkan peran ekonomi suatu negara secara individual terhadap perekonomian global menjadi semakin kurang penting atau kurang berarti. Teknologi Informasi (TI) yang kini berkembang amat pesat tak bisa dipungkiri memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap seluruh proses globalisasi ini. Mulai dari wahana TI yang paling sederhana (radio dan televisi), hingga internet dan ponsel, informasi mengalir dengan sangat cepat dan menyeruak ruang kesadaran banyak orang.

Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.

• Perubahan dalam konsep ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.

• Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).

• Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.

Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial. Dampak globalisasi dan perubahan teknologi, bahwa situasi pasar saat ini telah didorong kearah keadaan yang berbeda jauh sekali dibandingkan dengan situasi pasat sebelumnya. Perubahan-perubahan tersebut tampak pada berbagai fenomena, antara lain:

- Kekuasaan saat ini sudah beralih ke tangan konsumen.
- Skala produksi yang besar tidak lagi merupakan keharusan.
- Batasan-batasan negara dan wilayah tidak lagi menjadi kendala.
- Teknologi dengan cepat dapat dikuasai dan ditiru.
- Setiap saat akan muncul pesaing-pesaing dengan biaya yang lebih murah.
- Meningkatnya kepekaan konsumen terhadap harga dan nilai.

Situasi dan kondisi demikian memotivasi pelaku bisnis “usaha baru” agar senantiasa mampu mengantisipasi pasar secara berkesinambungan.
Untuk itulah, agar dapat bertahan, mereka perlu menganalisis pasar, mengenali peluang, memformulasikan strategi pemasaran, mengembangkan taktik dan tindakan spesifik, serta menyusun anggaran. Entrepreneur harus mampu memberikan apa yang diharapkan pelanggan dan menepati janji-janjinya secara konsisten. Dengan demikian, perencanaan bisnis yang benar-benar matang sangat diperlukan, sehingga bisnis dapat tumbuh berkembang dan mampu menghasilkan laba sebagaimana diharapkan. Perencanaan bisnis “usaha baru” yang baik harus dapat secara jelas menggambarkan karakteristik bisnis yang sedang atau akan dilaksanakan sehingga pihak-pihak yang tertarik dapat melihat secara transparan mengerti dengan jelas prospek perkembangannya dimasa yang akan datang. Perencanaan bisnis yang baik harus memuat asumsi-asumsi serta alasan yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan.

Rencana bisnis yang disusun secara cermat akan sangat menolong dalam pengambilan keputusan karena subtansinya mencakup strategi, target, dan posisi bisnis di tengah-tengah persaingan yang ada. Agar semua tujuan tersebut tercapai, sangat diperlukan strategi untuk mencapai keunggulan bersaing. Keunggulan bersaing ini penting untuk diketahui dalam penyusunan perencanaan bisnis karena tidak lepas dari prinsip-prinsip ekonomi, yaitu bagaiman kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan lancar dengan meminimalkan seluruh biaya yang ditimbulkan dan memaksimalkan keuntungan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perencanaan bisnis harus dibuat secara komprehensif, efisien, dan efektif agar dapat menjadi acuan bagi Entrepreneur dari “usaha baru” dalam dunia bisnis yang sarat persaingan.

Abdul Talib Rachman seorang pakar manajemen dari Management Indonesia Community, mengatakan bahwa dunia tanpa batas telah menggambarkan gelombang perubahan yang serba komplek dan tidak ada kepastian, oleh karena itu, masa depan tantangannya bukan terletak dari keunggulan kompetitip melainkan keunggulan bisnis akan terletak seberapa jauh peran kepemimpinan mengungkit kedewasaan rohaniah dan sosial dijadikan landasan yang kuat untuk membangun jiwa bisnis yang berbasiskan jiwa tanpa topeng kepalsuan. Dengan pemikiran tersebut, maka kekuatan pemikiran intuitif menjadi faktor yang kuat untuk menuntun kedewasaan emosional dan intelektual pelaku bisnis, sehingga setiap peran kepemimpinan entrepreneur akan mendorong kearifan dalam berbisnis yang ditopang oleh kekuatan moral. Jadi orang berbisnis tidak semata-mata mendapatkan keuntungan yang mutlak dengan tanpa memikirkan kepentingan orang banyak, maka disitulah terletak peluang berbisnis untuk mendapatkan kesempatan meningkatkan energi. Jadi merebut peluang masa depan menjadi fokus untuk memberikan daya dorong dalam menciptakan semangat. Semangat merupakan energi yang dapat memotivasi jiwa bisnis berbasiskan jiwa tanpa topeng kepalsuan artinya dengan jiwa membuka mata hati dalam meretas jalan menjadi kepribadian diri sendiri.

Menurut Abdul Talib Rachman, membangun keunggulan bisnis bagi “usaha baru” dengan bertolak dari suatu pemikiran, yaitu keberhasilan berbisnis dengan kearifan yang beretika menuntut perubahan pola pikir yang harus dapat digerakkan oleh peran kepemimpinan entrepreneur dalam memberikan keteladanan dengan tekanan yang terkait dengan intelektual, estetis, moral dan spiritual.
Keempat unsur tersebut dapat memberikan daya dorong yang kuat untuk mengungkit kekuatan pikiran dalam melakukan perubahan dalam memahami secara mendalam yang terkait usaha untuk mencapai kemenangan kompetitif dan pertumbuhan komparatif disatu sisisi dan disisi lain sejalan dengan pertumbuhan dunia tanpa batas menuntut adanya satu pemikiran untuk membangun dalam keunggulan yang disebut dengan perkongsian dalam bisnis untuk memanfaatkan keunggulan dalam bersinergy.

Dengan demikian Entrepreneur dari “usaha baru” perlu menjadikan suatu kebiasaan yang produktif bertolak dari pemikiran bahwa keunggulan bisnis adalah suatu bentuk keungulan manusia sebagai sumber daya yang sangat menentukan dan selalu siap mengikuti gelombang perubahan yang sejalan dengan keunggulan yang dipelihara oleh peran kepemimpinan entrepreneur dalam melakukan semuanya didukung dengan sebuah budaya yang menghargai dan menumbuh kembangkan keempat unsur yang disebut diatas


Salam,
Hilman Muchsin

Tidak ada komentar: