Selasa, 16 Juni 2009

Sebuah Konsekuensi Sosial Pertumbuhan Ekonomi (Bagian I)


Para ekonom sejak lama memiliki konstituen untuk mendukung pertumbuhan. Karena walaupun sebuah Negara terkaya memiliki sumber daya yang terbatas, pusat permasalahan pada ekonomi adalah pilihan: Apakah kita mendanai pemotongan pajak kepada yang kaya atau melakukan investasi pada infrastruktur dan R&D, atau perang di Iraq atau bantuan kepada kaum miskin di Negara-negara berkembang atau diri kita sendiri? Dengan memfasilitasi keseluruhan sumber daya, pertumbuhan dalam teori seharusnya membuat pilihan-pilihan ini sedikit lebih mudah.

Amerika Serikat di pihak lain mendemonstrasikan ketika pertumbuhan meningkatkan supply, juga menumbuhkan aspirasi. Pilihan Negara-negara kaya yang harus diambil tidak terlihat lebih mudah dibandingkan Negara-negara miskin, sebagai contoh, harus memilih apakah menggunakan budget kesehatan yang terbatas untuk membayar biaya sepenuhnya perawatan penyakit akibat merokok, beberapa penderita penyakit akibat merokok akan hidup sebagai hasilnya, tetapi orang lain yang membutuhkan layanan kesehatan akan meninggal, karena uang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan itu tidak tersedia. Untuk sumber daya yang bergantung dengan pertumbuhan hal ini adalah yang membedakan antara hidup dan mati.

Tetap saja pertumbuhan memiliki banyak pengkritik. Ada literatur yang dikembangkan sangat baik oleh para anti-pertumbuhan yang populis yang prihatin dengan imbas pertumbuhan pada lingkungan dan kemiskinan. Hasil karya, The Moral Consequences of Economic Growth oleh Benjamin Friedman menerima kritik seperti itu, memposisikan pertumbuhan tidak hanya memberikan keuntukan ekonomi namun juga keuntungan moral. Dia beragumantasi pertumbuhan memiliki potensi untuk meningkatkan lingkungan, mengurangi kemiskinan, mempromosikan demokrasi, dan membangun lingkungan sosial yang lebih terbuka dan lebih bertoleransi.

Akan tetapi hal ini bukan berarti bahwa Friedman, Professor ekonomi di Harvard University, seorang yang naïf pendukung ekonomi pasar. Pesannya memberikan perbedaan halus ( walaupun untuk beberapa hal tidak sehalus yang Saya inginkan) dan Dia menyadari bahwa pertumbuhan tidak selalu membawa keuntungan yang dijanjikan. Ekonomi pasar tidak secara otomatis memberikan garansi pada pertumbuhan, keadilan sosial, atau ekonomi yang efisiensi; untuk mencapai tujuan ini mensyaratkan pemerintah memberikan peranannya.

Biarlah Bertumbuh

Dalam sejarah, para ekonom mempertanyakan paling tidak pada fase awal dari perkembangan, pertumbuhan akan didukung oleh kondisi sosial seperti keadilan yang lebih besar dan lingkungan yang lebih baik. Peraih nobel ekonomi Simon Kuznet memberikan argumentasinya berdasarkan pengalamannya sebelum perang dunia kedua bahwa adanya peningkatan ketidak adilan pada fase-fase awal perkembangan. Arthur Lewis pemenang Nobel ekonomi lainnya menelaah lebih lanjut, adanya ketidaksamaan yang lebih besar adalah penting untuk dapat memberikan saving/tabungan yang dibutuhkan oleh pertumbuhan. Generasi ekonom berikutnya memposisikan keberadaan kurva lingkungan Kuznet: fase awal pada pertumbuhan menyebabkan kerusakan lingkungan, tetapi bukan kesehatan pada lingkungan.

Kuznet dan pengikutnya mempertahankan bahwa pada akhirnya pertumbuhan akan membawa keadilan sosial (equality yang lebih besar, kemiskinan yang berkurang) dan lingkungan yang lebih baik. Namun hal ini tidak ada satu pun yang terealisasi yang berarti bahwa walaupun hal ini benar di masa lalu, namun mungkin belum tentu di masa yang akan datang. Ketidakadilan (inequality) yang terlihat menurun di Amerika Serikat setelah Great Depression, namun dalam 30 tahun terakhir hal ini ternyata meningkat sangat pesat. Berbagai macam bentuk polusi telah banyak menurun ketika negara-negara kaya memperhatikan isu-isu kualitas udara, Namun emisi rumah kaya dengan segala aspek yang berbaha yang mereka timbulkan terkait masalah pemanasan global telah berlanjut meningkat dengan pertumbuhan ekonomi, khususnya di Amerika Serikat.

Friedman menekankan khususnya akan pentingnya pengaruh externality (efek transaksi ekonomi), Dalam banyak contoh dimana perbuatan pelaku ekonomi memiliki konsekuensi-konsekuensi bagi pihak-pihak lain dimana pelaku ekonomi tersebut tidak harus membayar (negative externalities) atau dimana pihak tersebut tidak dikompensasi (positive externalities).

Hampir setiap orang mengenali “kegagalan pasar” ini yaitu ketika pasar itu sendiri tidak dapat memproduksi hasil yang efisien serta implikasinya, yang dapat dicatat yaitu kerusakan terhadap lingkungan. Emisi gas rumah kaca di Amerika Serikat mengakibatkan biaya yang besar kepda yang lain terutama pulau-pulau yang letaknya tidak terlalu tinggi dari laut yang bisa terimbas kenaikan permukaan laut di masa yang tidak terlalu lama di masa depan, namun perusahaan-perusahaan Amerika dan konsumen tidak membayar biaya-biaya ini.

Mengkoreksi kegagalan market seperti ini tidak membutuhkan subsidi kepada perusahaan-perusahaan minyak untuk meningkatkan produksi minyak karena tidak ada kegagalan pasar pada arah ini, hal ini lebih membutuhkan pencegahan. Namun externality ini memberikan implikasi argumentasi yang lebih umum yaitu ketika pertumbuhan memiliki keuntungan sosial melebihi apa yang didapat oleh setiap individu atau perusahaan, kemudian pasti ada peranan pemerintah untuk mempromosikan pertumbuhan.
Walaupun salah satu dari keuntungan sosial yang lebih luas adalah lebih terbuka dan toleran dalam sebuah komunitas, Friedman menjelaskan secara berhati-hati bahwa hubungan antara demokrasi dan pertumbuhan adalah 2 (dua) arah; pertumbuhan mempengaruhi demokrasi, demokrasi mempengaruhi pertumbuhan. Kedua aspek hubungan ini sangat kompleks dan seringkali tidak jelas. Bangsa Cina tidak secara khusus adalah Negara yang mengusung demokrasi atau secara politik terbuka namun memiliki pertmbuhan yang paling cepat dan paling berkesinambungan dibandingkan negara lain karena mereka lebih diterima oleh khalayak ramai, lebih memperhatikan kepada si miskin. Namun Cina telah melakukan lebih banyak mengurangi kemiskinan dibandingkan negara-negara lainnya. Pada periode trakhir, Amerika Serikat melihat median income real menurun di rumah tanga dan si kaya mendapatkan potongan pajak yang besar walaupun si miskin bertumbuh.

Tidak seperti ekonom yang pro pertumbuhan, Friedman menyadari bahwa isunya bukan hanya tumbuh atau tidak, namun kebijakan yang menyebabkan pertumbuhan. Hasil karyanya memberikan kritik penting kepada karya-karya (salah satunya adalah karya Paul Collier dan David Dollar dari World Bank) yang mengkorelasikan pertumbuhan dan pengentasan kemiskinan atau pertumbuhan dan integrasi ke dalam global ekonomi. Sesungguhnya keputusan dalam menerapkan kebijakan tidak terfokus pada pertumbuhan atau tidak bertumbuh atau berintegrasi atau tidak berintegarasi dan mengkerucutkan masalah pada masalah tersebut.

Pertanyaannya akan lebih spesifik, apakah ada pengurangan tarif atau tidak, ada liberalisasi pasar modal atau tidak, investasi pada penelitian dan pengembangan (R&D) atau tidak, atau memperbesar akses kepada pendidikan atau tidak. Dan jawabannya akan jauh lebih kurang jelas. Beberapa kebijakan ini beberapa akan mempromosikan pertumbuhan yang meningkatkan kemiskinan, atau dapat juga mempromosikan pertumbuhan dengan jalan mengurangi kemiskinan. Beberapa startegi pertumbuhan mungkin baik bagi lingkungan mungkin tidak.

Pendeknya debat seharusya tidak dipusatkan pada apakah seseorang mendukung pertumbuhan atau tidak. Pertanyaan seharusnya apakah ada kebijakan yang dapat mempromosikan apa yang disebut dengan pertumbuhan yang bermoral, yaitu pertumbuhan yang berkesinambungan yang meningkatkan standar kehidupan tidak hanya hari ini tapi untuk generasi mendatang dan membangun masyrakat yang lebih bertoleransi, sebuah mayarakat yang terbuka? Dan apakah ada yang dapat dilakukan untuk memastikan bahwa keuntungan dari petumbuhan dapat dibagi secara merata, membangun masyarakat degan keadilan sosial dan penuh solidaritas dibandingkan dengan pemisahan atau pembuatan gap yang sangat terlihat jelas di New Orleans ketika ada bencana alam badai Katrina?
Masalahnya adalah hampir semua bukti empiris yang tersedia yang datang dari analisa antar Negara, tidak terlalu memberikan informasi. Karya Friedman memfasilitasi kembali seruan Bank Dunia untuk melakukan penelitian lebih ke level mikro atau kasus per kasus untuk melihat adanya trade off (pertukaran) antara pertumbuhan dengan pengurangan kemiskinan dan penurunan kualitas lingkungan.

Bersambung…
Wallahua’lam bi showaab

Pembahasan Buku: “The Moral Consequences of Economic Growth,” Pengarang Benjamin M. Friedman tahun 2005 Oleh Joseph E. Stiglitz

Oleh ghifi - 16 Juni 2009 -
Public Blog Kompasiana

Tidak ada komentar: