Senin, 22 Juni 2009

Indeks saham di AS dan Eropa merosot


Dari rekan saya Indah Rose,

Tadi malam ( 22 juni 2009), Dow di tutup -200.72 (-2.35%) 8,339.01, Nasdaq -61.28 (-3.35%) 8,766.19, S&P 500 -28.19 (-3.06%) 893.04
Citigroup -0.17 (-5.36%) 3.03, Bank Of America (bac) -1.28 (-9.68%) 11.94

Indeks saham di AS dan Eropa merosot
Indeks saham di Wall Street dan Eropa merosot tertekan pernyataan Bank Dunia bahwa resesi akan lebih parah daripada perkiraan sebelumnya.
Indeks Standard & Poor’s 500 kemarin ditutup anjlok 3,1% menjadi 893,04, terendah dalam dua bulan terakhir. Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 200,72 poin (2,4%) menjadi 8.339,01. Indeks Dow Jones Stoxx 600 di Eropa turun 2,8% dan Indeks MSCI World melemah 2,7%.

Harga saham Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc dan Alcoa Inc jatuh 8,9%, sedangkan harga saham BP Plc dan Occidental Petroleum Corp turun lebih dari 3,8%. Harga ssaham Bank of America Corp merosot 9,7% seiring mundurnya dua anggota dewan direksi.
"Kekhawatiran masih terjadi. Tak seorang pun yang tahu persis kapan resesi berakhir," ujar John Wilson, chief market technician pada Morgan Keegan & Co di Memphis, Tennessee.

Harga saham dan komoditas menurun setelah bank Dunia menyebutkan pengangguran dan kemiksinan akan meningkat di negara berkembang. Lembaga keuangan dunia itu memprediksi kontraksi ekonomi global tahunini akan mencapai 2,9%, lebih tinggi dari estimasi sebelumnya melemah 1,7%.

Bank Dunia: Ekonomi Negara Berkembang Cuma Tumbuh 1,2% di 2009
Bank Dunia (World Bank) memperkirakan ekonomi negara berkembang hanya akan tumbuh 1,2 persen pada tahun ini. Jika tidak memperhitungkan China dan India, maka pertumbuhan negara berkembang hanya naik sedikit menjadi 1,6 persen.

Proyeksi ini jauh di bawah pertumbuhan ekonomi negara berkembang pada 2008 yang mencapai 5,9 persen dan pada 2007 yang menembus 8,1 persen.

Berdasarkan siaran pers Bank Dunia, salah satu indikasi menurunnya pertumbuhan ekonomi negara berkembang ini adalah prediksi aliran modal bersih ke negara-negara berkembang yang anjlok. Aliran modal bersih ke negara berkembang pada 2009 diperkirakan hanya US$ 363 miliar atau turun dari 2008 yang sebesar US$ 707 miliar dan 2007 yang mencapai US$ 1,2 triliun.

Namun pada 2010, pertumbuhan ekonomi negara berkembang diperkirakan akan kembali meningkat jadi 4,4 persen dan 5,7 persen di 2011.

Sedangkan untuk pertumbuhan GDP dunia apda 2009, Bank Dunia memprediksi masih akan negatif 2,9 persen. Namun kondisi ini akan bangkit kembali di 2010 hingga menyentuh level positif 2 persen di 2020 dan terus naik jadi 3,2 persen di 2011.

"Negara berkembang bisa menjadi kunci untuk mendorong pemulihan global. Hal ini karena investasi domestik mereka akan bangkit dengan adanya dukungan internasional termasuk aliran kredit internasional," kata World Bank Chief Economist and Senior Vice President, Development Economics, Justin Lin dalam siaran pers, Senin (22/6/2009).

Selain itu, Bank Dunia juga merilis proyeksinya terhadap ekonomi di sejumlah region dunia sebagai berikut:

Asia Timur dan Pasifik
Pertumbuhan ekonomi di region Asia Timur dan Pasifik diperkirakan akan mencapai 5 persen di 2009. Pulihnya perdagangan antar region yang diperkirakan akan terjadi pada semester kedua 2009 hingga 2010 mencerminkan hasil stimulus fiskal di China dan membaiknya permintaan ekspor di negara-negara kaya. Sedangkan pertumbuhan GDP pada 2010 diperkirakan akan membaik hingga mencapai 6,6 persen dan 7,8 persen di 2011.

Eropa dan Asia Tengah
Region ini menjadi daerah yang paling merana akibat krisis global. Defisit yang besar di sejumlah negara di region ini membuat GDP pada 2009 diperkirakan minus 4,7 persen sebelum akhirnya membaik jadi 1,6 persen di 2009.

Amerika Latin dan Karibian

GDP di region ini diperkirakan akan minus 2,2 persen pada 2009 dan membaik jadi 2 persen di 2010.

Timur Tengah dan Afrika Utara

GDP di daerah ini diperkirakan masih akan tumbuh 1,3 persen di 2009 dan terus naik jadi 3,8 persen di 2010.

Afrika Sub-Sahara
GDP di region ini akan tumbuh tipis 1 persen dan akan mengalami akselerasi menjadi 3,7 persen pada tahun depan.

Krisis Datang, IMF Raup Untung Rp 1,2 Triliun

Krisis membuat sebagian negara kembali ke IMF untuk mencari utangan. Mantan 'dokter krisis' Indonesia itu pun sukses meraup untung hingga US$ 126 juta atau sekitar Rp 1,26 triliun untuk tahun fiskal yang berakhir 30 April 2009.

Perolehan untung IMF itu jelas jauh lebih baik dari proyeksi kerugian US$ 292 juta untuk tahun fiskal yang sama. Laba itu juga meningkat dibandingkan laba di tahun fiskal sebelumnya yang sebesarUS$ 89 juta.

Lonjakan laba yang diperoleh IMF itu terutama datang dari pendapatan yang melebihi ekspektasi dari portofolio investasi IMF yang sebagian besar ditempatkan pada surat-surat berharga dengan pendapatan tetan.

"Dan juga adanya kenaikan pendapatan dari pinjaman yang merefleksikan permintaan yagn lebih besar dari negara-negara anggota IMF untuk mendanai kebutuhan mereka di saat krisis," demikian pernyataan dari IMF seperti dikutip dari AFP, Selasa (23/6/2009).

Pada tahun lalu, IMF sempat didera krisis keuangan setelah sejumlah negara andalannya melunasi utang-utangnya seperti Argentina, Brasil dan juga Indonesia. Seiring membaiknya perekonomian, negara-negara tersebut bisa melunasi utangnya sebelum jatuh tempo.

Indonesia pada tahun 2006 melunasi utang ke IMF dalam dua tahapan. Tahap pertama dilakukan pada Juni 2006 sebesar US$ 3,7 miliar dan tahap kedua dilakukan pada Oktober 2006 untuk sisa utang yang sebesar US$ 3,2 miliar. Pelunasan utang dilakukan seiring semakin membaiknya cadangan devisa Indonesia.

Namun dengan terjadinya krisis, sejumlah negara kembali ke IMF untuk mencari utangan. IMF bahkan juga mempermudah proses pinjaman kepada negara-negara yang terdesak untuk mengatasi krisis. Seiring dengan lancarnya lagi pemberian pinjaman, IMF pun membuat proyeksi yang lebih baik untuk keuangannya.

Untuk tahun fiskal 2010 yang dimulai 2010, IMF bahkan memperkirakan laba bersihnya bisa mencapai US$ 446 juta. Namun dengan berdasarkan kemungkinan pinjaman baru yang masih didiskusikan, laba IMF bisa meroket hingga US$ 1,1 miliar.

"Proyeksi-proyeksi ini tergantung pada tingkat ketidakpastian yang lebih tinggi mengingat sulitnya membuat prediksi kedepan untuk pendanaan IMF dan evolusi dari krisis finansial," demikian pernyataan IMF

Indeks Cenderung Konsolidasi

ndeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) akan melanjutkan konsolidasi hari ini. Minimnya berita positif dari dalam dan luar negeri membuka peluang indeks terkonsolidasi.


Pengamat pasar modal David Cornelis mengatakan, volume perdagangan saham juga diperkirakan kecil karena investor wait and see hingga ada sentimen positif baru. Indeks kemungkinan bergerak pada batas resistance 2.000 dan level support adalah batas terendah perdagangan pekan lalu.

Dia memproyeksikan, fokus utama pelaku pasar adalah pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan fluktuasi harga minyak mentah dunia.

Indeks, menurut David, akan mencari posisi keseimbangan baru dengan pola konsolidasi uptrend channel . Tren kenaikan indeks masih terlihat, sehingga jika terjadi pelemahan, investor bisa buy on weakness, terutama saham-saham bluechips.

Menurut dia, hari ini, indeks akan bergerak mendatar dengan kecenderungan melemah dengan tetap berada pada batas konsolidasi. Kisaran pergerakan indeks berada pada level batas bawah 1.950 dan batas atas 2.008.


HSI Potensi Turun; 17700 Support

Indeks Hangseng mungkin akan mengalami penurunan, mengikuti Wall Street, pasar regional dengan support akan berada di level 17700, ujar Ben Kwong dari KGI Asia.

"Arah pattern berubah dengan US dollar mengalami kenaikan, harga komoditi mengalami penurunan dimana tidak berdampak baik pada pasar", ujarnya.

Tips indeks Hangseng mungkin akan mengalami koreksi lagi, mungkin turun ke 16000 di bulan Juli.

Saham yang berhubungan dengan komoditi seperti Cnooc, Chalco mungkin akan menjadi pemimpin penurunan.

HSI ditutup naik sebesar 0.8% pada level 18059.55 kemarin.

Nikkei Turun 2.8%; Kenaikan Yen Pukul Eksporter

Indeks Nikkei kembali melebarkan penurunan, terakhir turun sebesar 2.8% pada level 9662.34 setelah USD/JPY kembali anjlok, terakhir di 95.43, mendekati 95, ujar analis pasar.

"Masih ada harapan untuk pemulihan ekonomi, tapi kenaikan yen memukul sentimen", ujar manager broker Jepang.
Dikatakannya, selama USD/JPY tidak anjlok dibawah level 95, Nikkei seharusnya dapat bertahan diatas level 9500.

Eksporter turun, Nikon turun sebesar 5.5% pada level Y1.501 sedangkan Advantest turun sebesar 5% pada level Y1.633

Untuk info lebih lanjut anda bisa klik di http://current.pacific2000.co.id

Tidak ada komentar: