Minggu, 17 Oktober 2010

2011 Jakarta Berpotensi Macet Total


Kemacetan sudah pasti kita temukan setiap harinya, terlebih setelah liburan panjang selesai deretan mobil dan motor berjajar untuk saling mendahului agar segera sampai tujuan.

Situasi ini akan semakin parah manakala hujan mendera. Genangan air dan banjir memaksa pengguna jalan memperlambat laju kendaraannya atau bahkan berhenti di tengah jalan.

Kemacetan tak hanya terjadi di pagi atau sore hari disaat para pekerja berangkat dan pulang dari tempatnya beraktivitas. Di siang hari, kemacetan pun terjadi di mana-mana.

Ketua Komisi Organisasi Dewan Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Ririn Sefsani memprediksi lalu lintas Jakarta akan lumpuh pada 2011 apabila tidak ada penanganan khusus dari pemerintah.

Pasalnya setiap hari di Jakarta saja ada penambahan 1.172 kendaraan baru. Jumlah ini belum termasuk kendaraan dari daerah Depok, Bekasi, dan Tangerang, yang setiap hari lalu lalang di Ibukota. Di sisi lain, lebar dan panjang jalan di ibukota relatif stagnan.

Sekadar memberi gambaran, Jakarta memiliki panjang jalan 7.650 km, dengan luas jalan 40,1 km2 (6,2 persen dari luas wilayah DKI Jakarta). Setiap tahunnya, pertumbuhan panjang jalan hanya ±0,01%. Ini tak sebanding dengan pertambahan kendaraan -khusus Jakarta- 1.172 per hari. Pantas, kalau Jakarta kerap dilanda macet.

Dari tahun ke tahun, penyelesaian persoalan kemacetan di Jakarta hanya dilakukan secara tambal sulam. Sehingga permasalahan ini tidak kunjung usai dan cenderung semakin parah.

Pengamat perkotaan Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna, menyatakan kemacetan tidak akan terselesaikan sampai kiamat datang. Pasalnya, belum ada kesadaran dari Pemda DKI untuk mengelola masalah ini secara serius.

“Kalau kata orang-orang, sampai kiamat Jakarta akan macet terus. Saya berpikir untuk mengurangi beban Jakarta agar mengurangi kemacetan misalnya, buatlah daya tarik di luar Jakarta, biar tidak menumpuk di Jakarta semua,” paparnya.

Yayat menjelaskan, setiap orang yang biasanya hanya sampai di tempat tujuan sekira 30 menit, sekarang harus bersabar diri karena macet. Macet sudah menguras waktu dan tenaga yang cukup banyak. Selain itu, ada suatu keadaan yang buruk jika kendaraan pribadi semakin berkembang ketimbang kendaraan umum. Hal ini bisa dikatakan pemerintah belum bisa memberikan solusi.

“Saya melihat ada masalah di situ, karena beban biaya dari bahan bakar hingga biaya tol, serta volume kendaraan pribadi yang semakin tinggi. Kalau dari kendaraan massal yang berkembang itu hal yang bagus, tetapi kalau kendaraan pribadi yang berkembang kita gagal,” tambahnya.(ful)

1.172 Kendaraan Baru Bertambah Tiap Hari di Ibu Kota

Kemacetan di Jakarta memang tak bisa dielakkan. Banyak pendapat terlontar tentang penyebab kemacetan itu. Namun tampaknya ada satu fakta yang memang berpengaruh besar terhadap kemacetan itu.

Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Perhubungan, khusus untuk Jakarta jumlah kendaraan setiap harinya bertambah 1.172 kendaraan dengan estimasi 186 mobil dan 986 motor. Wow!

Jumlah itu belum termasuk kendaraan milik warga di sekitar Jakarta seperti Depok, Tangerang, dan Bekasi yang sehari-hari berkantor di Ibukota. Di mana pertambahan kendaraan warga yang “eksodus” itu mencapai angka 2.249 kendaraan per hari. 288 untuk mobil dan 1.960 motor. Fantastis bukan?

Melihat angka di atas, diperkirakan pada 2014 Jakarta akan macet total karena jumlah kendaraan sama dengan luas jalan.

Bahkan pendapat lebih ekstrem datang dari Ketua Komisi Organisasi Dewan Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Ririn Sefsani. Menurutnya, tak perlu menunggu 2014 sebab pada 2011 Jakarta sudah macet total!.

Sekadar memberi gambaran, Jakarta memiliki panjang jalan 7.650 km, dengan luas jalan 40,1 km2 (6,2 persen dari luas wilayah DKI Jakarta). Setiap tahunnya, pertumbuhan panjang jalan hanya ±0,01%. Ini tak sebanding dengan pertambahan kendaraan -khusus Jakarta- 1.172 per hari. Pantas, kalau Jakarta kerap dilanda macet.

Setelah berbicara soal penyebab macet yang jelas-jelas merugikan baik dari segi waktu maupun biaya, tak lengkap rasanya bila tidak diiringi hitung menghitung kerugian dalam bentuk angka.

Dinas perhubungan menaksir kerugian yang diderita akibat kemacetan. Yakni pemborosan biaya operasional kendaraan mencapai Rp17,2 triliun per tahun dan pemborosan energi (BBM) senilai Rp10 triliun per tahun.(ful)

Sumber :
http://news.okezone.com/read/extend/2010/10/14/343/382499/2011-jakarta-berpotensi-macet-total
http://news.okezone.com/read/extend/2010/10/14/343/382495/1-172-kendaraan-baru-bertambah-tiap-hari-di-ibu-kota

Tidak ada komentar: