Rabu, 01 April 2009

Re: Akibat resesi Global,..... Perlukah pasar bebas ???

Bung Donald,

Anda mengatakan bahwa “Teori pasar bebas ini sudah diuji terus selama 200 tahun dan menghasilkan negara super power US. Apapun namanya US masih super power dan Rusia sudah bangkrut dan china menjadi kapitalis dan sosialis ”…….

Perlu anda pahami anda ketahui, Bahwa sebenarnya Pasar bebas (free market) yang ramai dibicarakan tidak pernah ada dalam dunia perdagangan, yang ada adalah pasar yang diatur (regulated market) masin-masing Negara, Setiap negara mengatur pasar domestik dan pasar luar negerinya sendiri-sendiri.

Kalo anda ‘ga percaya ? silakan anda hubungi Dr Jamhari, beliau dosen di fakultas pertanian Universitas Gajah mada (UGM) yang menjadi pembicara dalam seminar “Dampak Free Trade Agreement terhadap petani” di Yogyakarta, Sabtu

Jadi anda bisa mengatakan kalo pasar bebas sudah diuji 200 tahun, darimana ?

Siapa bilang Rusia bangkrut ?, Justru Rusia sekarang lebih hebat keuangannya dari pada Amerika !!!

Perlu anda ketahui, bahwa Negara-negara maju seperti Amerika sebagai trendsetter dunia menginginkan pasar yang lebih karena akan lebih menguntungkan mereka dengan upaya penerapan dan penurunan tarif.

Output perkapita di negara maju sudah tinggi, sehingga untuk menjual barang-barang produksi mereka perlu menjualnya ke negara-negara berkembang yang output perkapitanya lebih rengadah.

Bagi negara-negara berkembang, posisinya kurang menguntungkan. Karena negara-negara maju memaksakan akses pasar ke negara berkembang, sementara mereka enggan mungurangi subsisdi domestiknya.

Buku Mystery of Capital karangan ekonom Peru Hernando de Soto yang terbit tahun 2000, selama tahun 2000-2001 diulas secara luas di kalangan internasional tetapi rupanya tidak cukup mendapat perhatian di Indonesia. Buku ini menyingkap ”rahasia” kemiskinan di negara-negara berkembang, dan menerangkan mengapa (sistem ekonomi) kapitalisme yang memenangkan perang melawan sosialisme di dunia Barat, ”membangkrutkan” Soviet UNI tahun 1991, tidak berkembang atau akan selalu gagal berkembang di negara-negara miskin seperti Peru atau Indonesia.

Adapun alasan utama kapitalisme (akan) gagal di dunia ketiga adalah bahwa sistem ekonomi modern ini baru menyentuh sebagian kecil perekonomian, sedangkan sebagian besar yang merupakan sektor ekonomi (perekonomian) rakyat berjalan dengan, pola kerja dan mekanisme sendiri terlepas dari apa yang terjadi pada sebagian kecil sektor industri modern di kota-kota besar. Sektor ekonomi rakyat ini dalam literatur disebut sektor informal, ”underground economy”, atau ”extra legal economy”, yang tak pernah diperhitungkan peranannya. Bahkan jika pemerintah Indonesia kini menggunakan istilah ”UKM”(Usaha Kecil dan Menengah), sektor ekonomi rakyat yang sebagian besar tidak dapat dikategorikan sebagai ”usaha” tidak masuk dalam kelompok UKM.

Pemenang hadiah nobel perdamainan Muhammad Yunus menulis bahwa kapitalisme masih bertahan hingga kini, tapi sekian tahun setelah komunisme hancur di Uni Soviet, dunia masih dihantui kemiskinan dan keterbelakangan. Perdagangan global meningkat, perusahaan multinasional menyebar ke banyak negara berkembang, tapi ternyata tak semua orang bisa ke luar dari jeratan kemiskinan.

Komunisme hancur, setidak-tidaknya di Uni Soviet, dan yang keluar sebagai pemenang adalah kapitalisme, tapi setengah dari 6 miliar penduduk bumi ini hanya memiliki pendapatan US$ 2 sehari (setara Rp 24 ribu), bahkan satu miliar manusia di muka bumi ini hanya hidup dengan US$ 1 sehari.

Muhammad Yunus bahkan percaya bahwa 94% pendapatan dunia dimilik oleh 40% penduduk super kaya dunia. 60% warga dunia lainnya hanya hidup dengan 6% pendapatan dunia. Ini ketimpangan yang luar biasa.

Kenapa semua ini terjadi atau kenapa begitu banyak orang yang tak bisa terangkat dari jurang kemiskinan di saat negara-negara maju menghendaki pasar yang lebih bebas dan globalisasi justru dielu-elukan sebagai satu-satunya jalan keluar dari masalah keterbelakangan ????

Kenapa idiologi dari pasar yang diharapkan terbuka lebih bebas atau globalisasi justru memperparah kesenjangan antara negara miskin dan kaya ??? Kenapa jurang antarwarga kaya dan miskin makin melebar saat fundamentalisme pasar justru diterapkan dengan amat ketat ???

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu adalah karena pasar yang lebih bebas terbuka atau globalisasi memang bukan senjata pamungkas untuk mengatasi semua masalah sosial yang dihadapi dengan karakter unik di masing-masing masyarakat atau negara.

Masalah akan bertambah rumit jika negara maju memaksakan kehendaknya untuk dijalankan oleh negara terbelakang. Cara-cara mengelola perekonomian suatu negara seharusnya tidak diintervensi oleh negara yang merasa dirinya kuat dari sisi ekonomi dan militer

Globalisasi haruslah menjadi sumber kemaslahatan, dan bukan sebaliknya sebagai menjadi sumber kesengsaraan di banyak negara lemah seperti saat ini. Idiologi ini harus menyesuaikan diri dengan perubahan dan bukannya statis tanpa mau menerima perbaikan.

Bung Donald, saya kira anda menjawab tulisan saya tanpa berdasarkan referensi, hanya justifikasi pribadi yang sangat pongah.. Ma’af jangan tersinggung

Salam,

Hilman Muchsin



Donaldy Sianipar wrote:
>
> To: milis_imab@yahoogroups.com
> From: geraldhtg@gmail.com
> Date: Tue, 31 Mar 2009 14:06:09 +0700
> Subject: Re: [milis_imab] FW: [itb77] Akibat resesi Global,..... Perlukah pasar bebas ???
>
>
> Menurut Ini ulasan pakar ekonomi yang nggak mengerti ekonomi atau tulisan di fabricated untuk kepentingan hipotesanya yang jatuhnya mirip dengan koperasi yang saat ini sudah ditinggalkan semua negara. Bisa dimaklumi sumber tulisan dari Prof Mubyarto dan Sri Edi Swasono yang ujungnya adalah ide dan gagasan dasar dari Muhammad Hatta (proklamator) .
>
> Tidak ada satu bentuk ekonomi yang demikian sempurna, bahkan dalam teori pasar bebas sekalipun sudah disebutkan konsep life cycle ekonomi, yaitu sampai puncak namanya Peak dan turun ke bawah namanya Resesi yang bisa jatuh ke Depresi kalau kita gagal membuat stimulus atau memberikan kepercayaan kepada pasar kembali. Kegagalan lainnya adalah bentuk kontrol pemerintah sebagai regulator, yang tentu saja sampai saat ini regulasi yang ada belum cukup karena perkembangan teknologi dan lainnya, dan sangatlah wajar kalau regulasi biasanya datang kemudian. Jadi tidak ada yang heran melihat keadaan sekarang karena teori ekonomi pasar pun sudah memberikan potential down risk seperti sekarang. Lebih jauh teori ekonomi saat inipun sudah berkembang terus diantaranya adanya hukum anti monopoli (Sherman act, Clayton act) yang jelas-jelas bertujuan untuk membuat pasar dapat bekerja dengan baik dan banyak perkembangan lainnya. Artinya pasar harus menjamin bahwasanya mereka yang efisien dan kreatif akan memperoleh profit dan kemakmuran, siapa yang malas dan tidak mau bekerja pasti akan menjadi miskin. Konsep ini agaknya cukup sejalan dengan konsep dalam Alkitab, karena Tuhan pun mengatakan siapa yang tidak bekerja tidak berhak mendapat makan atau perumpamaan talenta. Teori ekonomi baru coba diusulkan oleh Kuba dengan sosialisnya sama rata dan sama rasa, herannya Kuba tidak pernah menjadi negara maju dan miskin walau sudah membangun 35 tahun, Fidel Castro heran? Jawabannya sama rata dan sama rasa menciptakan kemandulan efisiensi kerja dan tidak merangsang kreativitas membangun. Untuk apa cape-cape jadi Dokter kalau memang gajinya sama dengan pembantu rumah tangga.
>
> Makanya di setiap seminar saya selalu menekankan hati-hati dengan istilah rakyat miskin, karena sebagian besar miskin bukan juga karena tidak ada kesempatan dan akses dana pinjaman, simply karena mereka malas dan tidak mau bekerja keras. Lihat saja sekeliling kita, mulai daripada karyawan, pembantu rumah tangga dan lainnya, semuanya bekerja malas2xan, main internet kalau tidak diawasi dan lainnya.
>
> Kalau Indonesia bagaimana? Indonesia sejak Soeharto bukan pasar bebas, US mendikte lebih banyak untuk kepentingan membendung komunis, jadi salah arahpun ya tidak apa2x asal anti komunis. Indonesia negara diktator selama 30 tahun dan tidak tahu apa itu pasar bebas, mungkin sejak krisis moneter kita mulai belajar, waktu harga minyak naik, semua protes (karena nggak mengerti bahwasanya hargapun bisa turun kalau harga minyak dunia turun), waktu turun baru mengerti mekanisme pasar. Jadi kita masih anak2x dalam pasar bebas, namun kalau memberikan pendapat sudah seperti professor. Teori pasar bebas ini sudah diuji terus selama 200 tahun dan menghasilkan negara super power US. Apapun namanya US masih super power dan Rusia sudah bangkrut dan china menjadi kapitalis dan sosialis. Semua menuju pasar bebas tinggal bagaimana regulasi bisa menjaga agar pasar dapat bekerja dengan sempurna (setiap orang punya akses yang sama, tidak ada monopoli yang bisa mempengaruhi harga dll). Sampai saat ini tidak ada teori ekonomi yang lebih baik dalam memberikan kemakmuran daripada pasar bebas
>
> Jadi kalau mau mengatakan pasar bebas sudah tidak relevan??? wah pendapat seperti ini agaknya kelewat berani ya!!
>

Tidak ada komentar: