Kamis, 30 September 2010

'Infrastruktur transportasi RI kalah dengan Vietnam'

Infrastruktur sarana transportasi di Indonesia masih tertinggal jauh dari negara-negara Asean, sehingga biaya untuk kebutuhan transportasi di tanah air masih mencapai 30% dari keseluruhan pengeluaran untuk konsumsi masyarakat.

Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) Eka Sari Lorena Soerbakti mengatakan kondisi tersebut membuat kualitas infrastruktur trasportasi di Indonesia, untuk ukuran tingkat Asean saja, lebih lebih buruk dari Vietnam.

"Masalah trasportasi di Indonesia yang selama ini terjadi, seperti kemacetan dan minimnya akses, sering menjadi bahan perbincangan di tingkat internasional karena sangat mengganggu kinerja investasi," kata Eka saat melakukan kunjungan ke Surabaya, tadi malam.

Menurut Eka, di Jakarta Misalnya, dari 20 juta pengguna sarana transportasi, 10 juta orang diantaranya merupakan pengguna sarana transportasi umum yang jumlah sarananya hanya 4% dari keseluruhan jumlah alat transportasi di Jakarta.

Kondisi ini, kata Eka membutuhkan kerjasama lebih erat antara insansi pemeintah bersama asosiasi pengusaha transportasi dan lembaga donor asing untuk memacu pembangunan infrastruktur transportasi di tanah air.

"Baru-baru ini, pihak Bank Dunia menyatakan kepada kami berniat melakukan diskusi bersama berbagai stake holder sektor transportasi dan survey ke daerah luar Jakarta untuk melihat kemungkinan peningkatan investasinya di sektor transportasi Indonesia," kata pemilik perusahaan bus Lorena itu.

Kepala Dinas Perhubungan Jawa Timur, Wahid Wahyudi, membenarkan pernyatan Eka dengan menunjukkan contoh kasus di Jawa Timur yang tengah mengalami permasalahan kepadatan arus transportasi baik di darat, udara, maupun laut.

"Untuk transportasi darat, wilayah Surabaya, sebagian Gresik dan sebagian Sidoarjo merupakan sentrum kemacetan yang sangat sulit diatur apalagi di saat-saat arus mudik dan arus balik seperti sekarang," kata Wahid.

Wahid mencontohkan Tanjung Perak, yang memiliki kapasitas menampung 30 juta ton kargo, sudah mengalami overload sejak satu dasawarsa lalu.

"Karena itu pembangunan pelabuhan kargo baru di Teluk Lamong dan kawasan Soca ( Madura) sangat perlu dipercepat untuk mengurangi kepadatan tanjung Perak, selain itu, persoalan pipa Kodeco di selat madura juga harus segera terselesaikan," kata Wahid.

Kondisi Juanda, tambah Wahid, juga tengah mengalami kondisi kepadatan yang mengkhawatirkan karena bandara, yang sebenarnya hanya berkapasitas menampung enam juta penumpang dalam setahun itu, kini harus melayani sebelas juta penumpang selama satu tahun.

"Makanya, situasi terminal pemberangkatan penumpang di Juanda sekarang ramai sekali mirip terminal bus, apalagi di sana terdapat pesawat sipil dan militer sehingga jarak keberangkatan antar pesawat di Juanda saat ini hanya 1,21 menit," terang Wahid. (Bsi)

http://web.bisnis.com/sektor-riil/transportasi/1id206240.html

Tidak ada komentar: